Senin, Oktober 27, 2008

KOTA DAN DUNIA

BANGUNAN KOTA
Merujuk pada sejarah maka manusia hanya bermula dari 2 orang, yaitu Adam dan Hawa. Kemudian beranak dan terus berketurunan sampai mendiami dunia. Sebagian ada dari penduduk dunia yang sudah mengatakan sebagai penduduk kota, ada yang mengatakan sebagai penduduk desa dan ada yang mengatakan sebagai penduduk pedalaman. Sekarang adalah 8 tahun setelah tahun 2000 atau 8 tahun setelah awal milenium 3 atau juga ada yang mengatakan milenium 2. Siapa yang berubah dan apa yang tidak mengalami perubahan dari sejak Adam dan Hawa. Menurut saya milenium 1 dari 1 M sampai 1000 M, Milenium 2 dari 1001 M sampai 2000 M dan milenium 3 dari 2001 M sampai 3000 M.

Manusia pada dasarnya mengikuti kemajuan, manusia yang melakukan perubahan, dan terkadang mengatakan manusia yang tidak terlibat dan mengikuti perubahan sebagai manusia primitif.

Negara dibentuk dari kesepakatan, masyarakat dan diatur dalam kesepakatan, begitu pula keluarga. Orang di daerah mana saja baik kota sampai primitif dikatakan berkesepakatan dan berkelompok. Tidak ada yang hidup sendiri, sampai saat ini tidak ada temuan yang menyatakan ada manusia yang mampu hidup sendiri.

Kehidupan manusia sekarang banyak diulas pada ramalan masa depan yang ditulis pada masa lalu dan diterjemahkan lagi sebagai ramalan orang masa kini.

Ramalan yang banyak didengar di Indonesia adalah Jayabaya, dan yang sekarang banyak diperdengarkan di dunia dalah ramalan Nabi Muhammad saw akan Akhir Zaman.

Banyak buku beredar membahas akan akhir zaman beserta ciri-ciri yang mendahuluinya. Datangnya kemenangan bagi pengikut keimanan adalah salah satunya. Memang sejarah sudah membuktikan keimanan telah dimenangkan di seantero dunia. Keimanan ini berakhir pada keimanan akan nabi yang terakhir Muhammad saw dan Tuhan Allah swt dan konsekuensi yang harus dijalankannya setelah beriman.

Hidup tidak sekali bagi orang beriman tetapi masih ada kehidupan di alam kubur, dan kehidupan setelah alam kubur yaitu kehidupan di alam hisab dan diteruskan kehidupan di surga atau neraka.

Semoga kita sebagai penghuni surga-surga Allah swt. aamiin.

Jumat, Oktober 10, 2008

Perancang Lambang Negara

Di salin dari http://istanakadriah.blogspot.com/Monday, July 23, 2007
oleh Muthofar Hadi, S.Si.
Yogyakarta
Jum'at, 10 Oktober 2008

http://www.youtube.com/watch?v=z44EzNdNrKo

SULTAN HAMID II ADALAH PERANCANG LAMBANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA.

(By Yayasan Sultan Hamid II Jakarta)

Sepanjang orang Indonesia, siapa tak kenal burung garuda berkalung perisai yang merangkum lima sila (Pancasila), Tapi orang Indonesia mana sajakah yang tahu, siapa pembuat lambang negara itu dulu?

DIA adalah Sultan Hamid II, yang terlahir dengan nama Syarif Abdul Hamid Alkadrie, putra sulung sultan Pontianak; Sultan Syarif Muhammad Alkadrie. Lahir di Pontianak tanggal 12 Juli 1913. Dalam tubuhnya mengalir darah Indonesia, Arab --walau pernah diurus ibu asuh berkebangsaan Inggris. Istri beliau seorang perempuan Belanda yang kemudian melahirkan dua anak --keduanya sekarang di Negeri Belanda.

Syarif Abdul Hamid Alkadrie menempuh pendidikan ELS di Sukabumi, Pontianak, Yogyakarta, dan Bandung. HBS di Bandung satu tahun, THS Bandung tidak tamat, kemudian KMA di Breda, Negeri Belanda hingga tamat dan meraih pangkat letnan pada kesatuan tentara Hindia Belanda.

Ketika Jepang mengalahkan Belanda dan sekutunya, pada 10 Maret 1942, ia tertawan dan dibebaskan ketika Jepang menyerah kepada Sekutu dan mendapat kenaikan pangkat menjadi kolonel. Ketika ayahnya mangkat akibat agresi Jepang, pada 29 Oktober 1945 dia diangkat menjadi sultan Pontianak menggantikan ayahnya dengan gelar Sultan Hamid II.

Dalam perjuangan federalisme, Sultan Hamid II memperoleh jabatan penting sebagai wakil Daerah Istimewa Kalimantan Barat (DIKB) berdasarkan konstitusi RIS 1949 dan selalu turut dalam perundingan-perundingan Malino, Denpasar, BFO, BFC, IJC dan KMB di Indonesia dan Belanda.

Sultan Hamid II kemudian memperoleh jabatan Ajudant in Buitenfgewone Dienst bij HN Koningin der Nederlanden, yakni sebuah pangkat tertinggi sebagai asisten ratu Kerajaan Belanda dan orang Indonesia pertama yang memperoleh pangkat tertinggi dalam kemiliteran.

Pada tanggal 21-22 Desember 1949, beberapa hari setelah diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio, Westerling yang telah melakukan makar di Tanah Air menawarkan “over commando” kepadanya, namun dia menolak tegas. Karena tahu Westerling adalah gembong APRA. Selanjutnya dia berangkat ke Negeri Belanda, dan pada 2 Januari 1950, sepulangnya dari Negeri Kincir itu dia merasa kecewa atas pengiriman pasukan TNI ke Kalbar - karena tidak mengikutsertakan anak buahnya dari KNIL.

Pada saat yang hampir bersamaan, terjadi peristiwa yang menggegerkan; Westerling menyerbu Bandung pada 23 Januari 1950. Sultan Hamid II tidak setuju dengan tindakan anak buahnya itu, Westerling sempat dimarah.

Sewaktu Republik Indonesia Serikat dibentuk, dia diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu ditugaskan Presiden Soekarno merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang negara.

Berdasarkan transkrip rekaman dialog Sultan Hamid II dengan Mas Agung (18 Juli 1974) sewaktu penyerahan file dokumen proses perancangan lambang negara, disebutkan “ide perisai Pancasila” muncul saat Sultan Hamid II sedang merancang lambang negara. Dia teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesia, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara.

Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis terdiri dari M Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M A Pellaupessy, Moh Natsir, dan RM Ng Purbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah berdasarkan perintah Pasal 3 Ayat 3 Konstitusi RIS 1949.

Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku “Bung Hatta Menjawab” 1978 halaman 108 untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M Yamin. Pada proses selanjutnya yang diterima Pemerintah RIS dan DPR RIS adalah rancangan Sultan Hamid II. Sedangkan Karya M Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan menampakkan pengaruh Jepang.sebagaimana pernyataan Moh Hatta; “Patut pula ditambahkan sebagai catatan bahwa lambang dengan tulisan yang mempunyai arti yang demikian mendalam itu, dipadukan menjadi seperti sekarang ini, dengan melalui sayembara waktu RIS dulu dan dilaksanakan oleh Menteri Priyono.banyak gambar yang masuk waktu itu, tetapi yang terbaik akhirnya ada dua buah, satu dari Muhammad Yamin dan yang satu dari Sultan Hamid. Yang diterima oleh Pemerintah dan DPR adalah dari Sultan Hamid, yakni seperti sekarang ini. Adapun dari Muhammad Yamin di tolak. Karena disana ada gambar sinar-sinar matahari dan menampakan sedikit banyak disengaja atau tidak pengaruhj Jepang. Saya berpendapat bahwa apa yang ada sekarang itu, seperti uraian saya sudah tepat dan bernilai abadi bagi kehidupan negara dan bangsa Indonesia” (lihat gambar 2 dan gambar 8)

Pendapat Bung Hatta juga dikuatkan dengan pernyataan G.Soenaryo pada Majalah Forum Keadilan Edisi No 19 Tahun 1990 : “Garuda Pancasila yang merupakan salah satu atribut Negara Indonesia sekarang inipun sejarah lengkap belum terungkap, baik secara populer, apalagi secara ilmiah. Dari sejarah, memang Lambang Negara Republik Indonesia ini merupakan rancangan Sultan Hamid II,”

Pendapat yang senada adalah dari Wartawan Senior Berita Buana, Solichin Salam setelah berwancara dengan Bung Hatta. Menyatakan : “Apabila kita teliti gambar lambang negara kita sekarang ini, maka jelas benar keterangan bung Hatta, bahwa yang dipilih adalah rancangan lambang negara yang dibuat Sultan Hamid II, dengan ada garis tebal yang merupakan ciri khasnya, yaitu Garis Khatulistiwa, Dalam merancang lambang negara ini Sultan Hamid II mempunyai konsultan berkembangsaan Perancis, yakni Ruhl ahli lambang (Semiotic). Sebaliknya Yamin dalam menjalankan tugas, juga berkonsultasi dengan Ruhl”

Ahli sejarah Konstitusi juga menyatakan hal yang sama, AB Kusuma menyatakan 1997 berdasarkan hasil wawancara peneliti (Turiman,SH) dalam tesisnya ha; 90 menyatakan : “Bisa jadi benar bahwa yang membuat gambar lambang negara kita adalah Sultan Hamid II karena pada waktu itu ia dipercayakan oleh Bung Karno menjadi Menteri Negara dan juga menjadi Koordinator Perencanaan Lencana Negara, menurut saya walaupun gambar itu dibuat oleh Menteri Negara RIS Sultan Hamid II, khusus pada bagian lambang-lambang di dalam perisai yang terdapat ditengah lambang negara kita, maka hal itu merupakan perpaduan unsur dari anggota Panitia Lencana Negara. Sebenarnya yang menarik bagi saya dari sisi sejarah konstitusi adalah penjelasan tata urutan gambar-gambar lambang negara di dalam perisai sebagaimana dirumuskan pada pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 yang mengatur tentang Lambang Negara, ternyata tata urutan berbeda dengan tata urutan sila-sila Pancasila di dalam Pembukaan UUDS 1950 sebagai dasar hukum dikeluarkan Peraturan Pemerintah tersebut dan hal ini menarik apabila dikaitakan dengan pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen.”

Pendapat lain yang menarik memperkuat pendapat di atas adalah dari Akmal Sutja dalam bukunya Sekitar Pancasila, 1986, halaman 76-77 yang membenarkan pendapat Bung Hatta sebagaimana dinyatakan Bung Hattta pada halaman 108 dan 112 yaitu : “Sampai ada penelitian yang dapat dipercaya hal ini, kiranya dapat diterima saja keterangan dari Bung Hatta, bahwa Sultan Hamid II yang mendapat ilham brilian untuk mengangkat kembali simbol-silmbol asli bangsa Indonesia yang dimuliakan oleh bangsa Indonesia sepanjang sejarahnya, Karena Bung Hatta salas satu seorang pemimpin yang cukup dipercaya yang saat itu menjabat Wakil Presiden, membenarkan pendapat ini, ketimbang praduga berdasarkan latar belakang Muhammad Yamin. “

Pernyataan Drs Akmal Sutja ini yang menjadi inspirasi Turiman Fachturahman Nur,SH,MHum melakukan penelitian ilmiah lebih mendalam di Program Magister Ilmu Hukum UI dalam bentuk penelitian ilmiah dengan judul Tesis: “Sejarah Hukum Lambang Negara Republik Indonesia (Suatu Analisis Yuridis Normatif Tentang Pengaturan Lambang Negara Dalam Peraturan Perundang-Undangan)” dibawah Bimbimgan Prof DR.H, Dimyati Hartono,SH selaku pengasuh mata kuliah Sejarah Hukum dan DR.H Azhary,SH,MH, pengasuh mata kuliah Ilmu Kenegaraan di UI, 1999.

Berbagai pernyataan nara sumber itulah yang diteliti oleh peniliti, dan juga pernyataan Sultan Hamid II sendiri, dalam Pledoi yang dibacakan pada sidang Mahkamah Agung tanggal 23 Maret 1953 yang terkenal dengan “peristiwa Sultan Hamid II, beliau menyatakan “Apakah yang harus dikerjakan? Tindakan apa yang saya dapat ambil ? Sebagai Menteri Negara saya hanya diserahi tugas menyiapkan gendung parlemen dan membikin rencana lambang negara, Sampai saya ditangkap (5 April 1950) dan kemudian ditahan tak ada tugas lain tugas saya”.
Pertanyaannya adalah bagaimana proses perjalanan sejarah perancangan lambang negara Republik Indionesia setelah rancangan Sultah Hamid II diterima oleh Pemerintah dan Parlemen RIS, Tahun 1950 ?

Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu.Terjadi kesepakatan mereka bertiga, mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan "Bhineka Tunggal Ika".

Tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan final lambang negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan, karena adanya keberatan terhadap gambar burung garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap bersifat mitologis. (lihat gambar 1)

Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali-Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri.

AG Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Dep Hankam, Pusat Sejarah ABRI, 1978, hal 6 menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih “gundul” dan “'tidak berjambul”' seperti bentuk sekarang ini seperti pernyataan A;G Pringgdigdo: “Berdasarkan atas pasal 3 Konstitusi itu (RIS) pada tanggal 11 Februari 1950 Pemerintah RIS menetapkan lambang Negara yang berupa lukisan burung garuda dan perisai, yang terbagi dalam 5 ruang yang mengingatkan kepada PANCASILA. Pada waktu itu burung Garuda kepala “gundul”, tidak pakai “jambul” ” (lihat gambar2)., Hal ini berubah dalam Lambang Negara Republik Indonesia Kesatuan yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Tanggal 17 Oktober 1951 No 66 Tahun 1951” bukankah gambar yang dimaksud adalah rancangan Sultan Hamid II sebagai Menteri Negara Zonder Forto Folio RIS yang terpasang pertama kali di Ruang Sidang Parlemen RIS” 17 Agustus 1949 (lihat gambar2).

Inilah karya kebangsaan anak-anak negeri yang diramu dari berbagai aspirasi dan kemudian dirancang oleh seorang anak bangsa, Sultan Hamid II Menteri Negara RIS. Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950.

Penyempurnaan kembali lambang negara itu terus diupayakan. Kepala burung Rajawali Garuda Pancasila yang “gundul” menjadi “berjambul,” hanya bentuk cakar kaki Garuda Pancasila yang mencengkram pita putih bersemboyan Bhinneka Tunggal Ika masih menghadap ke belakang dan gambar ini masih terus menerus mendapat masukan dari Presiden Soekarno (lihat gambar 3).

Tanggal 20 Maret 1950, bentuk final gambar lambang negara yang telah diperbaiki mendapat disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian memerintahkan pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk final rancangan Menteri Negara RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat ini, sehingga cengkraman kaki Garuda Pancasila menghadap kedepan dan keterangan ini sebagaimana disitir dari Majalah Gatra No 32 Tahun I, 25 Juni 1995 dalam Judul “Bung Karno,Ikan dan Air, yang menyatakan:” ....salah satu bentuk kepercayaan itu ialah permintaan bung Karno kepada Dullah untuk mengubah posisi kaki gambar Pancasila (Peneliti Gambar Lambang Negara yang tadi dirancang kementerian Penerangan, kaki garuda dilukiskan seolah-olah menghadap kebelakang. Dan oleh Dullah dilukis kembali dengan membalik sehingga menghadap kedepan..” (lihat gambar 5), sebagaimana sketsa perbaikan dari Sultan Hamid II yang diserahkan kepada Kementerian Penerangan dan telah disposisi oleh Presiden Sokarno tanggal 20 Maret 1950 (lihat gambar 4).

Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara di mana lukisan otentiknya diserahkan kepada H Masagung, Yayasan Idayu Jakarta pada 18 Juli 1974 Rancangan terakhir inilah yang menjadi lampiran resmi PP No 66 Tahun 1951 Tentang Lambang Negara dan berdasarkan pasal 2 jo Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 yang menyatakan; “Perbandingan-Perbandingan ukuran adalah menurut gambar tersebut dalam Pasal 6..” dan Pasal 6 PP Nomor 66Tahun 1951 menyatakan “Bentuk warna dan perbandingan ukuran Lambang Negara Republik Indonesia adalah seperti terlukis dalam lampiran pada Peraturan Pemerintah ini”. Bukankah Lambang Negara yang dimaksudkan pada Pasal 2 jo Pasal 6 PP Nomor 66 Tahun 1951 adalah yang diserahkan oleh Sultan Hamid II kepada H. Mas Agung Ketua Yayasan Idayu pada tanggal 18 Juli 1974, (Lihat gambar 6) sedangkan Gambar Lambang Negara yang ada disposisi Presiden Soekarno dan foto gambar lambang negara yang diserahkan ke Presiden Soekarno pada awal Februari 1950 masih tetap disimpan oleh Kraton Kadriyah Pontianak. (lihat gambar 4 dan gambar 3)

Turiman Fachturahman Nur SH M.Hum, Dosen Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura Pontianak yang mengangkat sejarah hukum lambang negara RI sebagai tesis demi meraih gelar Magister Hukum di Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa hasil penelitiannya tersebut bisa membuktikan bahwa Sultan Hamid II adalah perancang lambang negara. "Satu tahun yang melelahkan untuk mengumpulkan semua data. Dari tahun 1998-1999," dokumen lambang negara ditelusuri dari berbagai institusi antara lain dari Yayasan Idayu Jakarta, Yayasan Mas Agung Jakarta, Badan Arsip Nasional, Pusat Sejarah ABRI dan tidak ketinggalan Keluarga Istana Kadariah Pontianak, merupakan tempat-tempat yang paling sering disinggahinya untuk mengumpulkan bahan penulisan tesis yang diberi judul Sejarah Hukum Lambang Negara RI (Suatu Analisis Yuridis Normatif Tentang Pengaturan Lambang Negara dalam Peraturan Perundang-undangan).

Di hadapan Dewan penguji, Prof Dr M Dimyati Hartono SH dan Prof Dr H Azhary SH, dia (Turiman SH) berhasil mempertahankan tesisnya itu pada hari Rabu 11 Agustus 1999. "Secara hukum, saya bisa membuktikan. Mulai dari sketsa awal hingga sketsa akhir. Garuda Pancasila adalah rancangan Sultan Hamid II" sebagaimana Lampiran Resmi PP No 66 Tahun 1951 Tentang Lambang Negara berdasarkan pasal 2 jo Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 yang menyatakan; “Perbandingan-Perbandingan ukuran adalah menurut gambar tersebut dalam Pasal 6..” dan Pasal 6 PP Nomor 66Tahun 1951 menyatakan “Bentuk warna dan perbandingan ukuran Lambang Negara Republik Indonesia adalah seperti terlukis dalam lampiran pada Peraturan Pemerintah ini”

Saat ini yang menjadi persoalan dan menjadi agenda perjuangan anak bangsa adalah bagaimana Pemerintah RI dan DPR dan Tokoh-Tokoh masyarakat khususnya masyarakat Kalimantan Barat mewujudkan wasiat beliau (Sultah Hamid II), ketika menyerahkan file lambang negara kepada H.Mas Agung, 18 Juli 1974 dan pesan lisan beliau kepada kerabat Kraton/istana Kadariyah Kesultanan Pontianak dimasa hidup beliau.”Mungkin ini adalah yang dapat saya sumbangkan kepada bangsa saya, kamu jangan pasang lambang negara dirumahmu sebelum diakui bahwa gambar itu rancangan Hamid” kemudian pesan tertulis sebagaimana tertera pada tulisan tangan Sultan Hamid II di atas kertas berlogo RTC bertahun 1949 dihadapan H. Mas Agung dan disaksikan sekretaris pribadi Sultan Hamid II. Max Yusuf Alkadrie dan Albert Law di Yayasan Idayu jln Kwitang Jakarta Pusat Nomor 24 Tanggl 18 Juli 1974 menyatakan “.......,mudah-mudahan sumbangan pertama saya ini (buku-buku) ini bermanfaat bagi negara yang dicintai oleh kita “ (lihat file dokumen 9)

Sebenarnya dari rekomendasi Seminar dan Dialog Nasional tentang Lambang Negara yang diadakan di Kota Pontianak Hotel Kapuas Palace Tahun 2000 yang dihadiri Anggota PAH I MPR RI dan Ketua DPR-RI, Pemerintah Daerah Provinsi Kalimatan Barat. DPRD Provinsi Kal-Bar, serta tokoh masyarakat Kalimantan Barat yang sebelumnya diawali dengan pelaksanaan Khaul Sultan Hamid II di istana Kadariyah Pontianak tanggal 30 Maret 2000, sudah ada 2 (dua) agenda yang sudah terwujud, yaitu pertama, Amandemen UUD1945 dengan memasukan Pasal tentang Lambang Negara yaitu Garuda Pancasila berdasarkan hasil seminar tersebut dan kedua, sosialisasi terus menerus setiap tanggal; 1 Juni pada moment lahirnya Pancasila oleh peneliti maupun oleh Universitas Tanjungpura Pontianak yang diinisiator oleh Fakultas Hukum UNTAN, bahkan Korwil ESQ Kal-Bar pada momen Temu Nasional ESQ, Tahun 2006 mengadakan Pameran Dokumen Lambang Negara di Balai Senayan, demikian juga dalam berbagai kesempatan lain, seperti pameran di UNTAN dan di berbagai tempat di Kalimantan Barat.

Namun patut disadari bersama, bahwa masih ada agenda yang tertinggal dan perlu diperjuangkan bersama oleh anak bangsa, yaitu Agenda Ketiga, yaitu: Pengakuan Resmi dari Pemerintah RI dalam hal ini oleh Presiden terpilih dari hasil pemilihan langsung untuk memberikan penghargaan dab pengakuan resmi, bahwa perancang lambang negara RI adalah Sultan Hamid II dalam kapasitas sebagai Menteri Negara RIS 1949-1950 sebagaimana negara mengakui, bahwa pencipta Lagu Indonesia Raya adalah WR Supratman dan penjahit bendera pusaka merah Putih adalah Ibu Fatmawati, tentu Pemerintah RI harus berlaku adil untuk semua anak bangsa yang telah memberikan sumbangsih walaupun secuil seperti Sultan Hamid II, yaitu anak bangsa dari bumi Kalimantan Barat yang merupakan bagian dari Negara Republik Indonesia.

Sultan Hamid II saat ini sudah wafat menghadap Kehadirat Allah SWT pada 30 Maret 1978 di Jakarta dan dimakamkan di pemakaman Keluarga Kesultanan Pontianak di Batulayang, tetapi mana penghargaan Bangsa dan Negara Republik Indonesia kepada beliau, ingat bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai perjalanan sejarahnya siapakah yang peduli dengan pelurusan sejarah bangsa khususna Sejarah Hukum Lambang Negara ini ? jika bukan kita sebagai anak-anak bangsa.


Mewujudkan wasiat anak bangsa yang masih tertinggal di bangsa ini adalah selaras dengan perintah Allah SWT di dalam Al-Qur’an; “Sesungguhnya Allah telah menyuruhmu untuk menyampaikan amanaht kepada yang berhak menerimanya Dan bila kamu menetapkan hukum antara manusia, maka penetapan hukum itu hendaklah adil, bahwa dengan itu Allah telah memberikan pengajaran sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Melihat (QS An Nisaa (4) Ayat 58)

Pada ayat lain Allah SWT menegaskan;”Hai orang-orang yang beriman ! Hendaklah kamu berdiri tegak di atas kebenaran yang adil semata-mata karena Allah dalam memberikan kesaksian dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum sampai mempengaruhi dirimu untuk berlaku tidak adill, Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Karena itu bertaqwalah kamu kepada Allah ! Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS Al Maidah (5) Ayat 8).



Jakarta, Senin 9 Juli 2007
Yayasan Sultan Hamid II Jakarta
Ketua Umum,
H. Max Yusuf Alkadrie
Sekretaris,
Turiman Fachturahman Nur, SH.MHum

-------------------------------------
Sepanjang sejarah orang Indonesia, siapa tak kenal burung garuda berkalung perisai yang merangkum lima sila (Pancasila)? Tapi orang Indonesia mana sajakah yang tahu, siapa pembuat lambang negara itu? Perancang dan pembuat lambang negara itu adalah Sultan Hamid II. Dan burung garuda dijadikan lambang negara Republik Indonesia hingga sekarang.

Senin, Oktober 06, 2008

Tentang Diriku

Saya adalah seorang anak laki-laki yang lahir dari pasangan suami istri dari Purn. TNI AL (Mayor/P)Paridjo Edi Siswanto dan (Almhm) Ibu Badinah, BA. Saya lahir di dusun Gerselo, Patalan Jetis Bantul, dimana kakek dari ibuku masih menjadi kepala dusun, dan beliau meninggal pada saat aku berusia 10 tahun, yaitu pada tahun 1989. Alm Kyai Muhdini, kakek dari ibuku inilah yang membesarkan aku sejak kecil, ayahku seorang pelaut TNI AL, yang seminggu sekali pulang sehari, namun disaat ayahku berlayar atau sedang ada tugas keluarnegeri bisa 1 bulan tidak ketemu, dan kakekku yang menemani aku.
Setelah kakekku meninggal aku memang kelihatan berbeda, karena aku tidak siap ditinggal kakek. Aku yang biasanya ceria, dan aktif setelah itu aku seperti anak yang tidak sehat kelihatan loyo dan tidak bersemangat lagi. Dan aku mulai berangan-angan yang tidak-tidak, mulai pindah sekolah ke Surabaya, tempat bapak bertugas, sampai pindah rumah ke Jakarta di tempat saudara-saudara sepupu saya atau di rumah kakek dari Bapak di Purworejo.
Namun semua itu tidak terwujud atau tidak diijinkan, oleh semua termasuk nenek.
Saya mulai bersemangat lagi disaat masuk kelas 5, aku pernah mewakili SDku lomba Bulutangkis, dan juga tenis meja, dan pernah juga mewakili untuk ikut gerak jalan satu regu dari SDku. Aku pernah dapat juara tenis meja namun karena aku masih takut dan aku sendirian akhirnya hadiahnya tidak saya bawa, takut nanti ditengah jalan diambil orang. Sehingga aku bilangnya ke sekolah tidak juara, mungkin sampai sekarang aku tidak melihat hadiahnya. Pernah ikut klub bulutangkis, karena sering dianter sama ayah temenku aku males untuk berangkat,malu, inginnya berangkat sendiri, tapi karena jauh dan ada yang ngantar tidak dibolehkan, ya keluar aja. Padahal berbakat dan berprestasi juga lho. Masa-masa di kelas 5 dan 6 yang aku ingat disaat pelajaran IPS, hal yang menjadi kenangan adalah setelah hari sebelumnya mencatat pelajaran IPS maka pertemuan berikutnya, buku IPS ditutup dan semua tangan ada diatas meja bersedekap. kadang juga tidak tahu kapan waktunya buku IPS harus ditutup. Setelah itu Bapak guru membacakan soal satu nomor, dan ditanyakan mulai dari urutan anak yang duduk didepan bapak guru. Jika tidak terjawab terus sampai anak yang bisa menjawab. Kemudian soal lagi sampai Bapak Guru bilang cukup. Pernah saat giliran soal apa kepanjangan TMII, aku diurutan kedua, karena masih belum ingat aku jawab,TEMPAT MEMELIHARA IKAN INDONESIA, kemudian baru dilempar, aku berlagak protes dengan teman sebangku, karena singkatan TMII kan itu boleh juga, padahal kita sama-sama tidak bisa, dan sebelahku cewek, beda meja, dia terkenal pintar dan pernah juara kelas menjawab Taman Mini Indonesia Indah, aku baru bilang iya ya, aku lupa. Aku malu sebagai orang Indonesia belum kenal TMII, ya seperti itulah kehidupan di SD ku. Belum lagi jika pertanyaannya seperti sungai terpanjang, danau terbesar, atau kerajaan kerajaan dilingkup asia dan dunia, pusing jika belajar dulu, lebih baik jawab aja apa adanya. Makanya nilai IPS yang paling rendah di raport yang aku terima, tapi Matematika aku bisa paling tinggi di kelas.
Kenakalan di SD mungkin tidak seberapa nakal tapi pernah aku dipukul sama temen satu kelas yang lebih gede badannya, tapi aku gak pingsan, aku lupa mbalas atau gak, gara-garanya dia sembunyi terus aku kasih tahu tempat sembunyinya. Kenakalan yang lain karena penasaran aja tapi juga berhenti sendiri, seperti ngatain orang, jadi terkadang ikut-ikutan, karena dipikir baik, tapi aku sering lho menjadi pemimpin pleton saat upacara, kalau pemimpin upacara mungkin sekali kalau gak dua kali. Tapi di SMP dan SMA sering di jadikan pemimpin upacara, yang membuatku sedih disaat aku jadi pemimpin upacara aku pernah mundur diri, karena ingin pingsan padahal tinggal doa, sedihnya bukan main. Membawa Pancasila juga di SMP pernah di bawa ke UKS karena ingin pingsan, tapi tetap saja jika upacara masih sering ditunjuk untuk jadi pemimpin upacara soalnya jarang yang mau kalau tidak dijadwal dulu.
Kalau aku tidak salah sejak kelas 4 SD aku berlatih beladiri tangan kosong, BETAKO MERPATI SAKTI, sampai kelas 3 SMP, sebenarnya sudah sabuk coklat, namun karena tidak diijinkan untuk meneruskan akhirnya aku berhenti. saat masuk SMA aku sempat senang karena bisa sekolah di SMA N 2 Bantul, SMA favorite di Bantul selain SMA N 1 Bantul. Sayangnya aku masih dianggap anak kecil, mendaftar aja masih diantar, memangsih kalau dari dusunku jauh juga jaraknya 30 menit kali naik sepeda. Waktu itu aku belum punya sim, diantar naik motor, kemudian aku didepan bawa motor sampai sekolah, ibuku masuk duluan ke tempat pendaftaran, mungkin dia cari-cari aku tetapi disaat aku parkir motor kakiku kena knalpotnya motor orang lain, sehingga aku tidak langsung ketempat pendaftaran tapi duduk lihat kakiku. Eh ibuku datang marah-marah, aku digandeng gitu aja ke dalam, aku malunya bukan main, belum lagi mukaku yang cengir-cengir menahan sakit, dikira malu kali ya. Gak begitu lama selesai pendaftarannya, terus ibuku bilang nanti kalau kamu tidak diterima di sini ke Muhammadiyah Bantul 1, ya, tapi aku belum tahu?, dimarahi lagi orang bantul tidak tahu MUHIBA, itu dekat pabrik tepung, ingatku. Tapi saat pengumuman aku diterima, diurutan bawah, karena NEM terendah 43, sekian dan aku NEM 44,49.
Aku ingat jika ke Bantul sering sama ibu tidak pernah bermain sampai jauh ke Bantul sendiri, jadi tidak tahu mana-mana kecuali dusunku. Kalau aku terkadang bersikap tidak malu-malu saat SMA, belajar PD, jika ditanya bantul dan daerahnya yang aku gak tahu, aku tanya balek mereka dengan daerah yang aku tahu, untuk menutupi malu karena tidak kenal daerah bantul atau sekitar SMA N 2 bantul. Mungkin setelah 1 bulan aku baru sedikit kenal karena disaat pulang sekolah aku naik sepeda sering main berjalan-jalan di jalan yang belum pernah aku lalui biar hafal walaupun nama kampungnya kadang tidak tahu.

Ibuku meninggal 27 Mei 2006 terkena gempa bumi, masa itu ibuku sedang menjalankan tugas dari pemerintah untuk sekolah S1, dan sudah KKN tinggal sekripsi, namun Allah swt memanggilnya terlebih dahulu. Dalam 1 rumah kami tinggal 2 keluarga saat gempa terjadi, keluarga Bapakku ada 3 orang (Ibuku, aku, dan adikku no 2) dan keluarga nenekku (nenek dan 3 orang putranya). Dalam kejadian itu Ibuku meninggal, nenek meninggal, dan adik ibuku meninggal, dan yang selamat aku, adikku nomor dua, dan 2 orang adik ibuku laki-laki. Ayahku dan adikku pertama tidak dirumah.

Innalillahi wainnailaihi roji'un, mudah-mudahan Allah menghapus dosa dan kesalahan mereka, menerima amal baik mereka dan menempatkan mereka di surga (Allah swt).
aamiin.

Almarhumah Ibu Badinah, BA, ibuku kemudian diberi oleh Sri Sultan HB X gelar Anumerta dan kenaikan pangkat satu tingkat, Gol IV B, beserta nilai pensiun menjadi 70% dari gaji.

Terimakasih Bapak Sultan semoga Allah swt membalas budi baik Bapak sebagai Gubernur DIY.

Hari Kamis, 19 Februari 2009 kami menyelenggarakan pengajian untuk mendoakan Almarhumah Muhdini, Almarhumah Badinah, Almarhumah Purwanti di rumah yang sudah kami bangun dengan bantuan pemerintah dan JRF. Semoga amal baik mereka yang telah membantu kami diterima Allah swt.

Baca juga :
Pendidikan Saya
Kota dan Dunia
dll

Jumat, Oktober 03, 2008

ITTIKAF DI ISTIQLAL

SELAMAT HARI RAYA IDUK FITRI 1429 H,
TAQOBALLALLAH MINNA WAMINKUM MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN

Saya mungkin salah satu dari sekian orang yang merasakan kenikmatan dan kesenangan dengan datangnya bulan Ramadhan 1429 H, sebab 2 tahun berlalu, ramadhan 1427 H saya tidak berpuasa dan hanya membayar fidyah, ramadhan tahun 1428 H saya berpuasa hanya 15 hari sisanya membayar fidyah. Dan ramadhan tahun 1429 H Alhamdulillah saya dapat 29 hari, 1 hari saya tidak berpuasa karena merasakan sakit yang sangat, dan di siang hari setelah bedug aku berbuka, dan kemarin juga sudah aku bayar fidyahnya Rp 20.000,- di hari ke 23 Ramadhan 1429 H. Kenikmatan ke 2, pada bulan ramadhan ini aku sudah mulai menekuni bidang pekerjaanku sebagai assisten installer AORA dari PT KARYA MEGAH ADI JAYA di Jakarta. Dan bersyukur lagi disaat memasuki 10 hari terakhir di bulan ramadhan kemarin aku dibolehkan untuk ittikaf, dan pilihan tempat untuk ittikafku adalah di masjid terbesar di ASEAN, masjid Istiqlal di Jakarta.
Informasi akan difasilitasinya para jamaah muslim mukmin yang akan melakukan ittikaf di masjid Istiqlal aku dapat langsung dari pengurus masjid, sebelum aku ikut buka bersama di masjid tersebut, yaitu tanggal 18 Ramadhan 1429 H. Pada tanggal 20 Ramadhan aku masih memasang AORA TV BERLANGGANAN, sampai pukul 16.00 WIB, karena ada 2 pasangan, dan sampai rumah sebelum maghrib. Setelah berbuka kemudian aku membersihkan diri untuk naik bus way ke masjid istiqlal untuk berittikaf.
Alhamdulillah aku bisa penuh ittikaf dimasjid Istiqlal 10 hari dan pulang kembali kerumah, sebelum berbuka pada tanggal 30 Ramadhan, sebelum SBY dan rombongan berbuka dan bertakbir bersama di Istiqlal Jakarta. Pada hari ke dua Ittikaf saya selain membersihkan diri juga mencuci pakaian sendiri karena masih jomblo, tetapi ternyata mencuci dan menjemur pakaian di sekitar istiqlal tidak diperbolehkan, sehingga ittikafku tidak sepenuhnya berdiam diri dimasjid, hari itu adalah hari pertama aku kembali kerumah bulek rumah dimana aku tinggal. Sebelum sampai rumah aku kemasjid grogol, dan menanyakan apakah mereka juga menyediakan fasiskitas untuk ittikaf, mereka bilang kya, tetapi untuk tahun ini tidak ada yang ittikaf. Kemudian aku istirahat sampai sholat ashar di dirikan dan aku ikut berjamaah sholat ashar. Setelah itu aku ingat bahwa aku pernah meninggalkan puasa tanggal 20 kemarin, kemudian saya tanyakan fidyahnya dan kemudian saya bayar Rp. 20.000,-, karena saya hanya meninggalkan puasa selama sehari dengan udhur sakit. Sakit saya itu karena saya mengangkat beban terlalu berat hanya dengan tangan kiri, padahal lengan atas tangan kiri baru dalam pemulihan dari operasi keloid pada pertengahan tahun 2005 dengan 8 - 10 jahitan yang bedah jahitannya di akhir tahun 2005 sehingga kemudian dibiarkan membuka sampai tertutup luka operasi itu kembali. Memang cukup lama, dari penyembukannya bisa dibilang setahun
dari 2005 - 2006, kemudian pemulihanannya sekitar satu tahun juga yaitu 2006 - 2007, dan pada awal 2008 sudah tertutup luka operasinya dan pemulihan geraknya juga sudah lumayan, paling tidak yang kiri bisa mengangkat dengan sempurna 1/2 dari beban angkatan tangan kanan. Dan Alhamdulillah sekarang sekalipun ramadhan kemarin masih terasa sakit pemulihan dari sakit itu termasuk cepat, dalam satu hari sudah bisa sembuh, dengan istirahat total tidak melakukan aktifitas yang berat atau memberatkan.
Setelah membayar fidyah kemudian saya ke rumah untuk membersihkan diri, berbuka kemudian lembali lagi ke istiqlal untuk ittikaf, dan pada tanggal 26 saya juga kemali kerumah lagi untuk mencuci dan mengambil pakaian ganti dan terakhir pulang pada sore hari tanggal 30 ramadhan, dan alhamdulillah ,enu berbuka dirumah kupat dan enthok, jadi tidak nyesal tidak ikut berbuka dengan SBY di Istiqlal.
Beberapa catatan buat diriku dari istiqlal sebagai hikmah adalah :
1. Berangkatlah untuk ittikaf sebelum sholat maghrib pada tanggal 20 ramadhan
2. Simpan dan teliti barang bawaan ditempat yang sudah disediakan panitia jangan selalu di bawa kemana-mana sekalipun memudahkan untuk mengambil alat mandi, buku dan pakaian sendiri
3. Tanyakan peraturan kepada petugas jangan hanya kepada sesama jamaah, karena bisa jadi ketipu seperti kamu mencuci dan menjemur pakaian, dan mungkin yang lainnya juga
4. Waspada terhadap orang asing yang tidak secara jelas bermaksud dan melaksanakan ittikaf, karena bisa jadi pencuri, seperti kopiah, parfum, dan tasbih kamu yang hilang atau HP milik jamaah lain yang hilang
5. Membawa uang secukupnya agar tidak harus ke ATM disaat membutuhkan uang, seperti disaat kamu membeli gamis dan sarung, jadinya setelah transaksi 2 hari barangnya baru kamu dapat, karena pedagangnnya keburu di larang oleh petugas istiqlal
6. Buat pengurus istiqlal, keamanannya harap ditingkatkan, keberadaan pedagang di batasi saja jangan dilarang, dan jika memungkinkan saurnya juga kita gak perlu beli sendiri, terimakasih.

Kepada segenap jamaah ittikaf di istiqlal ramadhan 1429 H semoga Allah swt menerima ibadah kita dan memberikan pahala dan manfaat dari ibadah lita, dan semoga kita dipertemukan kembali dengan bulan ramadhan tahun berikutnya dengan tetap dalam iman dan islam di hati kita, aamiin.

Kepada yang belum pernah ittikaf, semoga ini bisa menjadi hikmah buat Anda untuk tahun depan menyempatkan diri berittikaf di 10 hari terakhir di bulan ramadhan 1430 H.

MLS

MLS
multi level sedekah

Mengenal Tambang Lebih Dekat

SATU JARINGAN,MULTI BISNIS!

Entri Populer