Senin, Oktober 06, 2008

Tentang Diriku

Saya adalah seorang anak laki-laki yang lahir dari pasangan suami istri dari Purn. TNI AL (Mayor/P)Paridjo Edi Siswanto dan (Almhm) Ibu Badinah, BA. Saya lahir di dusun Gerselo, Patalan Jetis Bantul, dimana kakek dari ibuku masih menjadi kepala dusun, dan beliau meninggal pada saat aku berusia 10 tahun, yaitu pada tahun 1989. Alm Kyai Muhdini, kakek dari ibuku inilah yang membesarkan aku sejak kecil, ayahku seorang pelaut TNI AL, yang seminggu sekali pulang sehari, namun disaat ayahku berlayar atau sedang ada tugas keluarnegeri bisa 1 bulan tidak ketemu, dan kakekku yang menemani aku.
Setelah kakekku meninggal aku memang kelihatan berbeda, karena aku tidak siap ditinggal kakek. Aku yang biasanya ceria, dan aktif setelah itu aku seperti anak yang tidak sehat kelihatan loyo dan tidak bersemangat lagi. Dan aku mulai berangan-angan yang tidak-tidak, mulai pindah sekolah ke Surabaya, tempat bapak bertugas, sampai pindah rumah ke Jakarta di tempat saudara-saudara sepupu saya atau di rumah kakek dari Bapak di Purworejo.
Namun semua itu tidak terwujud atau tidak diijinkan, oleh semua termasuk nenek.
Saya mulai bersemangat lagi disaat masuk kelas 5, aku pernah mewakili SDku lomba Bulutangkis, dan juga tenis meja, dan pernah juga mewakili untuk ikut gerak jalan satu regu dari SDku. Aku pernah dapat juara tenis meja namun karena aku masih takut dan aku sendirian akhirnya hadiahnya tidak saya bawa, takut nanti ditengah jalan diambil orang. Sehingga aku bilangnya ke sekolah tidak juara, mungkin sampai sekarang aku tidak melihat hadiahnya. Pernah ikut klub bulutangkis, karena sering dianter sama ayah temenku aku males untuk berangkat,malu, inginnya berangkat sendiri, tapi karena jauh dan ada yang ngantar tidak dibolehkan, ya keluar aja. Padahal berbakat dan berprestasi juga lho. Masa-masa di kelas 5 dan 6 yang aku ingat disaat pelajaran IPS, hal yang menjadi kenangan adalah setelah hari sebelumnya mencatat pelajaran IPS maka pertemuan berikutnya, buku IPS ditutup dan semua tangan ada diatas meja bersedekap. kadang juga tidak tahu kapan waktunya buku IPS harus ditutup. Setelah itu Bapak guru membacakan soal satu nomor, dan ditanyakan mulai dari urutan anak yang duduk didepan bapak guru. Jika tidak terjawab terus sampai anak yang bisa menjawab. Kemudian soal lagi sampai Bapak Guru bilang cukup. Pernah saat giliran soal apa kepanjangan TMII, aku diurutan kedua, karena masih belum ingat aku jawab,TEMPAT MEMELIHARA IKAN INDONESIA, kemudian baru dilempar, aku berlagak protes dengan teman sebangku, karena singkatan TMII kan itu boleh juga, padahal kita sama-sama tidak bisa, dan sebelahku cewek, beda meja, dia terkenal pintar dan pernah juara kelas menjawab Taman Mini Indonesia Indah, aku baru bilang iya ya, aku lupa. Aku malu sebagai orang Indonesia belum kenal TMII, ya seperti itulah kehidupan di SD ku. Belum lagi jika pertanyaannya seperti sungai terpanjang, danau terbesar, atau kerajaan kerajaan dilingkup asia dan dunia, pusing jika belajar dulu, lebih baik jawab aja apa adanya. Makanya nilai IPS yang paling rendah di raport yang aku terima, tapi Matematika aku bisa paling tinggi di kelas.
Kenakalan di SD mungkin tidak seberapa nakal tapi pernah aku dipukul sama temen satu kelas yang lebih gede badannya, tapi aku gak pingsan, aku lupa mbalas atau gak, gara-garanya dia sembunyi terus aku kasih tahu tempat sembunyinya. Kenakalan yang lain karena penasaran aja tapi juga berhenti sendiri, seperti ngatain orang, jadi terkadang ikut-ikutan, karena dipikir baik, tapi aku sering lho menjadi pemimpin pleton saat upacara, kalau pemimpin upacara mungkin sekali kalau gak dua kali. Tapi di SMP dan SMA sering di jadikan pemimpin upacara, yang membuatku sedih disaat aku jadi pemimpin upacara aku pernah mundur diri, karena ingin pingsan padahal tinggal doa, sedihnya bukan main. Membawa Pancasila juga di SMP pernah di bawa ke UKS karena ingin pingsan, tapi tetap saja jika upacara masih sering ditunjuk untuk jadi pemimpin upacara soalnya jarang yang mau kalau tidak dijadwal dulu.
Kalau aku tidak salah sejak kelas 4 SD aku berlatih beladiri tangan kosong, BETAKO MERPATI SAKTI, sampai kelas 3 SMP, sebenarnya sudah sabuk coklat, namun karena tidak diijinkan untuk meneruskan akhirnya aku berhenti. saat masuk SMA aku sempat senang karena bisa sekolah di SMA N 2 Bantul, SMA favorite di Bantul selain SMA N 1 Bantul. Sayangnya aku masih dianggap anak kecil, mendaftar aja masih diantar, memangsih kalau dari dusunku jauh juga jaraknya 30 menit kali naik sepeda. Waktu itu aku belum punya sim, diantar naik motor, kemudian aku didepan bawa motor sampai sekolah, ibuku masuk duluan ke tempat pendaftaran, mungkin dia cari-cari aku tetapi disaat aku parkir motor kakiku kena knalpotnya motor orang lain, sehingga aku tidak langsung ketempat pendaftaran tapi duduk lihat kakiku. Eh ibuku datang marah-marah, aku digandeng gitu aja ke dalam, aku malunya bukan main, belum lagi mukaku yang cengir-cengir menahan sakit, dikira malu kali ya. Gak begitu lama selesai pendaftarannya, terus ibuku bilang nanti kalau kamu tidak diterima di sini ke Muhammadiyah Bantul 1, ya, tapi aku belum tahu?, dimarahi lagi orang bantul tidak tahu MUHIBA, itu dekat pabrik tepung, ingatku. Tapi saat pengumuman aku diterima, diurutan bawah, karena NEM terendah 43, sekian dan aku NEM 44,49.
Aku ingat jika ke Bantul sering sama ibu tidak pernah bermain sampai jauh ke Bantul sendiri, jadi tidak tahu mana-mana kecuali dusunku. Kalau aku terkadang bersikap tidak malu-malu saat SMA, belajar PD, jika ditanya bantul dan daerahnya yang aku gak tahu, aku tanya balek mereka dengan daerah yang aku tahu, untuk menutupi malu karena tidak kenal daerah bantul atau sekitar SMA N 2 bantul. Mungkin setelah 1 bulan aku baru sedikit kenal karena disaat pulang sekolah aku naik sepeda sering main berjalan-jalan di jalan yang belum pernah aku lalui biar hafal walaupun nama kampungnya kadang tidak tahu.

Ibuku meninggal 27 Mei 2006 terkena gempa bumi, masa itu ibuku sedang menjalankan tugas dari pemerintah untuk sekolah S1, dan sudah KKN tinggal sekripsi, namun Allah swt memanggilnya terlebih dahulu. Dalam 1 rumah kami tinggal 2 keluarga saat gempa terjadi, keluarga Bapakku ada 3 orang (Ibuku, aku, dan adikku no 2) dan keluarga nenekku (nenek dan 3 orang putranya). Dalam kejadian itu Ibuku meninggal, nenek meninggal, dan adik ibuku meninggal, dan yang selamat aku, adikku nomor dua, dan 2 orang adik ibuku laki-laki. Ayahku dan adikku pertama tidak dirumah.

Innalillahi wainnailaihi roji'un, mudah-mudahan Allah menghapus dosa dan kesalahan mereka, menerima amal baik mereka dan menempatkan mereka di surga (Allah swt).
aamiin.

Almarhumah Ibu Badinah, BA, ibuku kemudian diberi oleh Sri Sultan HB X gelar Anumerta dan kenaikan pangkat satu tingkat, Gol IV B, beserta nilai pensiun menjadi 70% dari gaji.

Terimakasih Bapak Sultan semoga Allah swt membalas budi baik Bapak sebagai Gubernur DIY.

Hari Kamis, 19 Februari 2009 kami menyelenggarakan pengajian untuk mendoakan Almarhumah Muhdini, Almarhumah Badinah, Almarhumah Purwanti di rumah yang sudah kami bangun dengan bantuan pemerintah dan JRF. Semoga amal baik mereka yang telah membantu kami diterima Allah swt.

Baca juga :
Pendidikan Saya
Kota dan Dunia
dll

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MLS

MLS
multi level sedekah

Mengenal Tambang Lebih Dekat

SATU JARINGAN,MULTI BISNIS!

Entri Populer