Arsip Blog

Sabtu, Agustus 01, 2009

Sakit Jadi Pahala

Sebagai seorang sarjana saya berpikir bahwa akan mudah mendapatkan pekerjaan yang halal dan tidak meragukan. Setelah beberapa saat mendaftar di AU PA/PK jalur S1, agak membingungkan juga ceritanya. Sarjana yang dibutuhan adalah sarjana S1 Biokimia, sedangkan saya adalah S1 Biologi. karena sudah mantap untuk keluar dari kerja di Solo dan melanjutkan untuk mencari pekerjaan di Yogya kampung sendiri, maka S1 biologi saya katakan bahwa saya punya nilai mata kuliah Biokimia, very satisfactory jika dinilai dengan kalimat. Dan saya hanya sekali katakan bahwa S1 saya adalah biologi.

Hari itu adalah di tahun 2004 sebelum bulan Ramadhan 2004. Setelah itu saya memasukkan persyaratan kepada panitia, dan ternyata panitia mengatakan tidak punya uang, karena uang untuk pelaksanaan pendaftaran belum turun.

Kemudian mengatakan bahwa bagi yang akan memasukkan lamaran membayar Rp 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah). Saya berpikir ini permainan panitia aja kali, biar yang tidak setuju membayar tidak jadi mendaftar atau yang membayar nanti bisa mudah digugurkan.
Akhirnya saya memilih diam dan membayar Rp 10.000,00 kepada panitia, namun sekenario ada pada saya.

Hari pertama masuk tes, saya tidak memotong jenggot saya dan ternyata menjadi perhatian bagi yang lain, terlepas dari permasalahan dengan orang tua yang sudah selesai di rumah. Ingin juga mendaftar tanpa memotong rambut, tetapi karena orang tua menginginkan saya potong saya akhirnya memotong namun tidak untuk jenggot saya.

Satu kesalahan mereka sudah saya kantongi, saya teruskan menunggu pemanggilan untuk pengecekan kelengkapan administrasi pendaftara. Memang ini adalah pendaftaran PA/PK Perwira jadi selain disiplin juga ada unsur ilmiahnya dan tidak keras.

Perintah-perintah, pertanyaan juga disampaikan dengan halus, sampai akhirnya selesai administrasi walaupun masih ada satu kekurangan dalam surat isian pendaftaran yang harus saya serahkan hari berikutnya karena salah tulis.

Kemudian pada hari kedua saya iut tes jasmani 1, dimana pada saat itu saya menyerahkan kekurangan pada administrasi namun tidak diterima katanya besok saja. Aneh emang saya seorang tentara, besok masuk kerja? pikirku.

Selesai tes, saya dipanggil oleh teman-teman dengan nama Amrozi, waw ini saya suka karena itu adalah sanjungan dari mereka. Padahal mereka tahu sendiri Amrozi. Memang pada masa itu Amrozi dan kawan-kawannya baru saja tertangkap dan beritanya menghebohkan, ini untungnya memiliki jenggot langsung ikut tenar.

Saya juga gak takut dengan TNI emangnya TNI siapa saya?

Hari pertama tes jasmani 1 saya lulus dan kemudian melanjutkan tes Jasmani 2, dan masih juga saya dipanggil Amrozi.

Setelah lulus kemudian ikut tes Mental Ideologi Tertulis, namun sebelumnya ikut tes Kesehatan I, dan semuanya saya lulus.

Pada tes MI tertulis, saya lupa jika saya termasuk shif I dan lupa sholat Ashar sehingga saya sholat ashar sambil duduk di bangku tes, mudah-mudahan aja diterima. Karena jika saya keluar dan sholat maka tidak ada waktu untu saya mengerjakan tes karena waktunya sampai selesai tes sudah adzhan Magrib. Saya ikuti aja pikiran dan kata hatiku untuk Sholat di kursi, tetapi saya itu lupa sudah sholat ashar atau belum? mungkin saya terlalu gembira karena tinggal tes MI saja. Pada hari itu saya sudah berkumpul di depan masjid kompleks AU Adisucipto, sepertinya sudah sholat tapi seperti belum.

Setelah selesai MI tertulis yang aku ingat nanti tes wawancara hari selasa, dan hari senin untuk Shiff I. Sampai rumah saya hari seninnya mengingat bahwa nanti pantohir perlu penambahan data pendaftaran baru sehingga bagi yang belum diperbanyak diperbanyak. Saya hari senin ingat bahwa saya adalah shiff II dan tes wawancara hari selasa, sedangkan hari senin mencari legalisirlagi untuk persiapan pantohir.

Hari selasa datang, seorang teman berkata "kamu kemarin ngebom dinama? dicari-cari gak ada?' jawabku : "akukan tes wawancara hari ini?"

Akhirnya saya menuju ke intel AU untuk minta tes, dan hasilnya besok pagi Rabu kami umumkan hasilnya sekarang ikut teman-teman yang lain.

Selebihnya mereka ingin saya memotong jenggot.

Saya akhirnya kembali ke teman-teman dan ikut tes kesehatan II, dan Rabu diumumkan saya gagal di kesehatan.

Namun saya bersyukur masih bisa mencoba lagi tahun 2005.
Pada saat 2005 ada kebutuhan TNI dari S1 biologi, khusus AD yang jumlahnya 1 orang. Di Yogya sudah ada 3 orang S1 biologi, tentu persaingan yang ketat, dan saya ikut tes sampai pantokhir terakhir Yogya.

Saya ada ketakutan disini karena ada hubungan dengan orang dalam tidak seperti pertama kali daftar, walaupun kami tidak memberi uang kepada saudara jauh kami yang bertugas di AU. Saudara jauh karena jalurnya dekat dengan nenek saya, saudara dari ipar adik nenek saya, ya aku sendiri tidak dekat, namun Almarhum Ibu dan Nenek saya tahu. Dan hal ini menjadi pertanyaan serius di wawancara selain ideologi pancasila yang saya rubah menjadi ideologi islam.

Ternyata hasilnya sama, hasilnya gagal di kesehatan, dan saat itu saya ada luka operasi keloid yang belum sembuh. Karena dokter mengijinkan untuk ikut tes PA/PK.

Saya kemudian mencoba untuk tidak mengingat lagi dan menjadikan TNI sebagai cita-cita. Setelah keloid saya tertutup dengan keloid baru saya banyak menghabiskan waktu dirumah aja, karena wirausaha lebih saya senangi dari pada bekerja yang lain. Hingga akhirnya gempa bumi 2006 menimpa Yogya.

Dan sekarang semua sudah kembali lagi, rumah sudah besar-besar seperti sebelum gempa, dan saya bisa berjenggot lagi.

Ternyata sakit itu adalah bentuk pahala dari Allah swt. aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MLS

MLS
multi level sedekah

Mengenal Tambang Lebih Dekat

SATU JARINGAN,MULTI BISNIS!

Entri Populer