Selasa, Agustus 24, 2010

Wawancara Tentang Hubungan RI-Malaysia dengan POSMO

Hari ini Sabtu, 21-08-2010, saya dapat telepon, saat itu saya sudah turun dari lantai 2 JEC, menunggu bapak, dan adek saya yang mengiuti prosesi wisuda adek saya ragil, Agustina R.

Telpon saya berdering, kemudian saya angkat, karena mengambilnya terlalu lama, suara panggilan itu mati. Kemudian saya misscall balik. Beberapa saat kemudian suara panggilan telp. saya berbunyi lagi, dan saya angkat:

Mas Koko: “Assalamu’alaikum, benar ini Mas Muthofar?”
Saya : ” wa’alaikumsalam wr wb. Iya benar, saya sendiri, Muthofar”
“Saya bicara dengan siapa?”
Mas Koko: ” Saya ingin wawancara dengan mas Muthofar”
Saya: ” Dalam kapasitas apa saya?”
Mas Koko: “Saya dari POSMO, sebelumnya saya sudah tahu mas Muthofar sebagai pendiri Partai Republik, saya ingin wawancara tentang
Hubungan RI-Malaysia?”
Saya: “Benar saya punya web Partai Republik Islam Indonesia, tapi pengurusnya belum terbentuk, terus akan dimuat kapan, dimana akan wawancara, dan di rubrik apa?”
Mas Koko: “rencana akan diterbitkan Rabu besok, date linenya hari ini, untuk Laporan Utama, karena POSMO terbit mingguan, setiap Rabu. Untuk wawancaranya tempatnya terserah mas Muthofar”
Saya: “Saya masih di JEC, ada acara wisuda, tapi untuk tempatnya jangan di rumah, saya kurang nyaman untuk di wawancara di rumah,
maaf ini dengan Bapak siapa?”
Mas Koko: “Saya Koko mas, bagaimana jika lewat email saja, tapi nanti jam 17 harus sudah kembali ke saya”
Saya:”Baiklah, tapi kalau ada beda pendapat dengan yang lain bagaimana dengan POSMO?”
Mas Koko: “Nanti mas Muhtofar smskan emailnya, untuk beda pendapat itu biasa mas, jadi tidak masalah, ini hanya wawancara biasa”
Saya: “Baik, nanti saya smskan email saya”
“Untuk sumbangsih saya untuk negara saya akan kirimkan balasan pertanyaan Bapak.”
Mas Koko: assalamu’alaikum wr wb
Saya : wa’alaikumsalam wr wb
Komentar:
Trusti Hapsari
wao mendirikan partai?? emang pertanyaan mas koko seputar apa?
Farhad Muthofar Hadi
seputar hubungan Indonesia yang memanas, sebagai salah satu generasi muda apa jawaban saya, gitu 56 menit yang lalu · SukaTidak Suka ·
Trusti Hapsari
oyayaya….beratnya topiknya…
Good Nur
ga berat bagi saya, tapi berat bagi pemerintah
Tulis komentar…
Karena Terlambat, tidak jadi menjadi Liputan Utama mas Koko di POSMO, berikut wawancara saya yang sudah saya kirimkan ke POSMO:

Pertama, salam kenal dan salam merdeka..
Seperti diketahui bersama, Malasyia berulangkali menyentil rasa harga diri bangsa Indonesia. Mulai dari persoalan pengklaiman Pulau Ambalat, perbatasan negara, pengklaiman seni budaya bangsa kita dan banyak lagi.
Hubungan RI-Malasyia, pekan ini kembali memanas dengan peristiwa tertangkapnya tujuh nelayan Malasyia yang mencuri ikan di perairan wilayah RI. Ketegangan kembali terjadi dan Malasyia kembali menunjukkan sikap arogansi.
Dalam sejarahnya, RI dan Malasyia memang sudah memiliki pertentangan kuat, yang terjadi sejak zaman Bung Karno (Ganyang Malasyia).
Pertanyaan:
1. Bagaimana pendapat Bapak secara umum terkait hal di atas?
2. Dengan berbagai sikap arogansi Malasyia, bagaimana pemerintah kita seharusnya bersikap?
3. Benarkah semua itu menunjukkan keterpurukan jati diri dan harga diri bangsa di mata dunia? Kalau benar demikian, 65 tahun merdeka ini bangsa kita tidak menjadi lebih kuat dan berharga diri?
4. Apa yang salah dengan bangsa kita?
5. Jika puluhan tahun yang lalu, Bung Karno berani menyerukan ‘Ganyang Malasyia’ dan ‘Inggris Kita Linggis’, mengapa kita seolah menjadi lemah?
6. Perang fisik memang jalan terakhir. Faktor apa yang memungkinkan terjadinya sebuah perang?
7. Dengan segala sikap arogansi Malasyia, kira-kira apa tujuannya?
8. Mungkinkah arogansi Malasyia merupakan bentuk atau model perang modern, yang dilakukan dengan kecerdasan dan kemapanannya? Dengan kecerdasan dan kemapanannya ini, Malasyia mengklaim sejumlah ikon seni dan budaya bangsa kita.
9. Dengan mengklaim sejumlah hasil seni dan budaya kita, Malasyia benar-benar mempecundangi bangsa kita? Apakah bangsa kita sudah tak memiliki rasa malu?
10. Di luar semua itu, banyak TKI dari negeri ini bekerja di Malasyia. Tragisnya, banyak dari TKI itu mengalami ketikdak-adilan. peemrintah terkesan tinggal diam. Apakah fenomena TKI di Malasyia juga merupakan bukti keterpurukan bangsa ini, pasca Bung Karno?
11. Menurut bapak, sejauh mana keterpurukan dan ketertinggalan bangsa ini?
12. Bagaimana solusinya?
Terimakasih.
Koko Triarko/Wartawan Tabloid POSMO
NB: Mohon kirim foto ukuran besar.

Bismillahirrohmanirrohiim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Terimakasih atas pertanyaan yang diberikan kepada saya. Dalam pengantar yang diberikan saya setuju bahwa hubungan Malaysia bisa di awali dari Masa Bung Karno, namun pada dasarnya hubungan itu lebih jauh sudah ada.

Sejarah para wali sudah dicatat bahwa jauh sebelum menjadi negara Indonesia dan negara Malaysia dari penjajahan, “Indonesia” yang di wakili Demak dan “Malaysia” yang di wakili Malaka ataupun Serawak adalah lahan dakwah para wali songo. Salah satu wali yang tercatat sampai di sana adalah sunan kalijaga.
Persoalan yang kemudian adalah Indonesia Merdeka lebih dulu dari Malaysia.

1. Bagaimana pendapat Bapak secara umum terkait hal di atas?
Permasalahan yang timbul antara Indonesia dan Malaysia adalah persoalan Kemerdekaan. Malaysia merdeka atas pemberian kolonialisme Inggris, sedangkan Indonesia adalah hasil keras orang-orang Indonesia menyatakan Merdeka dari Jepang dan Belanda/Sekutu.
Pada dasarnya penjajahan Eropa ke wilayah Asia Timur adalah masalah “perut”, para penjajah merampo isi kekayaan daerah jajahan untuk kemakmuran penjajah. Namun dibalik itu ada sesuatu yang lebih penting lagi yaitu penjajahan budaya dan keyakinan.
Penjajah Jepang yang terahir menjajah Indonesia tergolong temponya sebentar, jadi tidak sempat membentuk karakter baru pada diri manusia Indonesia. Manusia-manusia yang terbentuk oleh tentara Jepang yang ada dalam PETA, HEIHO, dll adalah potensi bangsa Indonesia yang sebenarnya. Mereka memilih merdeka dari pada mati, yang pada kenyataannya Jepang lebih aakomodatif dengan umat Islam, sehingga pada akhir penjajahan Jepang meskipun dengan kerja yang sangat keras muncullah organisasi MASYUMI, sedangkan dalam Penjajahan Belanda muncul ormas Islam NU dan Muhammadiyah.
Penjajahan di Malaysia oleh imperialis Inggris, memiliki dampak yang berbeda untuk Indonesia karena setelah merdeka Indonesia hanya merasa punya hak sekaligus kewajiban memerdekakan kepada manusia yang di jajah Belanda saja. Sehingga terbentuklah Negara Kesatuan RI dari Sabang sampai Merauke.

2. Dengan berbagai sikap arogansi Malasyia, bagaimana pemerintah kita seharusnya bersikap?
Sikap Pemerintah saat ini tentunya harus lebih bisa bijaksana dari pada pemerintahan Soekarno dulu. Saya sendiri tidak menemukan Negara yang tertuduh berbuat curang atau kejahatan terhadap negara lain di masa ini di kenaan hukuman, kecuali Iraq. Iraq dikenakan hukuman boiot dan sebagainya karena menginvasi Quwait. Namun masalah Palestina-Israel, Amerika-Taliban, tidak ada angsi apapun. Apalagi dalam pidato kenegaraan tanggal 16 Agustus 2010, SBY menyatakan dengan penuh harap bahwa politik luar negeri Indonesia selepas tidak adalagi Blok Barat dan Tumur harus bisa berteman dengan siapa saja, bahkan berniat menjadikan semua negara sebagai temannya negara Republik Indonesia. Ini sangat berbahasa bahkan RI akan mudah digunakan oleh pihak manapun terutama pihak yang kuat untuk menekan yang lemah. Apalagi jika sampai RI di masa SBY menyatakan berteman dengan Israel, maka itu menjadi kado perpisahan untuk SBY. Menurut saya sikap bangsa RI seharusnya mengajukan negara malaysia atas arogansinya terhadap negara Indonesia. hal ini akan membuktikan RI mampu menjaga martabat di luar negeri atau tidak. Misal ternyata negara Malaysia bisa disidangkan dan mengakui kesalahannya kemudian meminta maaf di meja peradilan International maka wajah RI akan bercahaya, bersinar dengan penuh kesenangan akan kedaulatan RI yang mampu dipertahankan di dunia international tanpa peperangan.

3. Benarkah semua itu menunjukkan keterpurukan jati diri dan harga diri bangsa di mata dunia? Kalau benar demikian, 65 tahun merdeka ini bangsa kita tidak menjadi lebih kuat dan berharga diri?
Seperti sudah saya utaraan bahwa ini akan membutikan bangsa Indonesia sebagai negara berdaulat atau sebagai negara belum Merdeka. Saya ambil contoh perjanjian-perjanjian semasa masa kemerdeaan, itu menunjukkan RI dalam tekanan sehingga wilayahnya semakin hari semakin sempit. jadi pemecahan masalah ini sebuah taruhan hargadiri sebagai satu bangsa yang  berdaulat bernama NKRI.

4. Apa yang salah dengan bangsa kita?
Dalam arti bangsa saya artikan sama dengan negara, di situ ada rakyat, pemerintah dan wilayah, hanya menurut saya sebagai bangsa ita punya nilai adat atau ciri khas. Ciri has bangsa ini sudah dimiliki sejak sebelum merdeka, dan yang mampu dipertahankan dalam masa penjajahan sebagai sebuah bangsa adalah agama. Bangsa Indonesia meskipun dijajah Belanda dan jepang namun semangat beragama khususnya Islam tidak luntur bahkan dengan agama Islam manusia Indonesia mendapatkan kemuliaan. Namun sayang di saat dengan cara fisik menang dengan proklamasi atau dengan kata lain hidup merdeka atau mati sahid,  di saat berdiplomasi bangsa ini kalah dan mungin mengalah. Ini bukan sebuah kesalahan pada waktu itu, namun menjadi kesalahan pada saat ini, bahwa diplomasi itu ditutup dengan tidak dibuanya pinti bangsa Indonesia menjadi sebuah bangsa bermartabat dengan ciri khasnya yaitu Islam.

5. Jika puluhan tahun yang lalu, Bung Karno berani menyerukan ‘Ganyang Malasyia’ dan ‘Inggris Kita Linggis’, mengapa kita seolah menjadi lemah?
Saya tidak ingin melibatkan diri saya pada zaman sejarah, saya menganggap para syuhada’ bangsa ini sudah menang. Dan kita tidak perlu mengungkitnya, bahwa ita sekarang memiliki pemikiran berbeda dengan mereka. namun pemikiran yang berbeda itu bukan untuk menyalahkan mereka, namun sebenarnya lebih tepat untuk digunakan di zaman sekarang.
Mengatakan Ganyang Malaysia dan melakukannya juga mudah, namun implikasinya Indonesia akan dieroyok dimeja International bahwa Indonesia memulai Peperangan. Ibarat Rasul saw, beliau ini baru dicaci maki, dan dilempar kotoran kebadan beliau, namun beliau bersikap sabar, dan berdoa kepada Allah swt semoga mereka bertaubat, bukan dengan berperang. Jadi pemecahannya seperti yang saya kemukakan tadi kita menuntut diadakan perjanjian di meja international, dengan topik masalah Malaysia memasuki Wilayah Indonesia dan yang terbaru bahkan menangkap PNS RI di wilayah Indonesia. Itu sudah cukup tidak perlu Pengadilan International, toh pengadilan itu tidak pernah ada. Namun perundingan International itu bisa dalam OKI, ASEAN, ataupun PBB.


6. Perang fisik memang jalan terakhir. Faktor apa yang memungkinkan terjadinya sebuah perang?
Perang menurut saya jarang dijadikan sebagai solusi, sebab bangsa RI masih trauma dengan perang yang panjang. Perang panjang ini masih di alami oleh para pejuang yang sekarang masih hidup bahan bapak SBY juga meskipun beliau lahir di tahun 1949. Perang di Timur-Timur, dan sengketa-sengketa di luar negeri yang RI mengirimkan kontingen Pasuan Perdamaian, sampai saat ini Perang Melawan Terorisme yang juga menggunakan senjata api bahkan BOM.
Jadi tidak perlu mencari penyebab perang negara dengan negara, sebab perang itu bisa diawali oleh orang per orang. Jadi solusinya adalah RI harus menjadi Negara yang Adil agar tidak terjadi peperangan, baik di dalam Negeri apalagi dengan Negeri Tetangga. Namun jikalau berperang saya memilih penyebabnya adalah karena martabat ita sebagai bangsa yang berciri Islam sudah direbut ataupun diintimidasi. Jadi kita harus kembali mencontoh Rasul saw, bagaimana beliau berdamai, dan bagaimana beliau berperang.

7. Dengan segala sikap arogansi Malasyia, kira-kira apa tujuannya?
Saya tidak ingin su’udzon, lebih baik dibutikan di forum International tadi.

8. Mungkinkah arogansi Malasyia merupakan bentuk atau model perang modern, yang dilakukan dengan kecerdasan dan kemapanannya? Dengan kecerdasan dan kemapanannya ini, Malasyia mengklaim sejumlah ikon seni dan budaya bangsa kita.
Saya tidak ingin berkomentar terlebih dulu, jadi lebih baik sama-sama kita buktikan. Apakah Indonesia yang berdaulat di dunia International ataukah justru malaysia, sedangkan kita mengaui bahwa kita sedang di jajah dan tidak masalah karena ini menjadi mental bangsa ini. Buktikan!

9. Dengan mengklaim sejumlah hasil seni dan budaya kita, Malasyia benar-benar mempecundangi bangsa kita? Apakah bangsa kita sudah tak memiliki rasa malu?
Saya pikir masalah budaya itu banyak sebabnya, namun klaim itu sudah terjadi, dan ini adalah kesalahan bersama, apakah Indonesia kemudian menjadi miskin di saat ada budayanya yang dimiliki negara lain? saya justru bertanya sekarang ini RI itu bangsa apa?

10. Di luar semua itu, banyak TKI dari negeri ini bekerja di Malasyia. Tragisnya, banyak dari TKI itu mengalami ketikdak-adilan. peemrintah terkesan tinggal diam. Apakah fenomena TKI di Malasyia juga merupakan bukti keterpurukan bangsa ini, pasca Bung Karno?
Saya terksan dan menaruh apresiasi atas dihukum matinya seorang majikan dalam kasus terakhir, semoga ini mejadi jalan keluar untuk selanjutnya yang baik. insyaallah.

11. Menurut bapak, sejauh mana keterpurukan dan ketertinggalan bangsa ini?
Negara ini hanya kurang percaya diri dengan ciri khas nya sebagai Negara Muslim.

12. Bagaimana solusinya?
Jangan mengotakkan bangsa ini dengan UU, dengan menyatakan bahwa bangsa ini adalah bineka tunggal ika, sehingga tidak patutu agama menjadi dasar negara. Permasalahan dasar negara dengan susah payah dimusyawarahkan oleh para pendiri bangsa ini di saat mereka sedang dalam masa revolusi fisik, sekarang di saat anak cucu mereka sudah dewasa, sayang tidak diberikan kesempatan lagi untu memilih agama Islam sebagai dasar Negara RI. Jadi solusinya adalah jadilah bangsa besar dengan ciri khasnya RI yaitu masyarakat yang beragama Islam.

Untuk aktivitas saya sekarang sebagai pengelola website Partai Republi Islam Indonesia, dan aktive menulis di kompasiana.com dengan alamat web http://www.kompasiana.com/muthofarhadi
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pada 21 Agustus 2010 10.59, koko triarko <kokotriarko@yahoo.com>

Kamis, Agustus 19, 2010

9 Ramadhan 1945

Mengenang mengenang, namun sejarah sebenarnya adalah kehidupan, kehidupan yang sudah lalu. Wallahua'lam apakah semua sejarah yang ditulis, dituturkan, dan didokumentasikan adalah sebuah kehidupan, mungkin juga sebuah karangan fiksi belaka.

Pada sebuah komunitas online yang populer, yakni facebook, seorang teman mengingatkan kepada saya salah satu dari temannya di facebook, bahwa tanggal 9 Ramadhan 1945 adalah hari dimana proklamasi kemerdekaan RI di bacakan.

Saya sendiri termasuk tidak banyak mengetahui akan bulan dan tahun di perhitungan Qomariah seperti itu. Namun ada perasaan senang dan bangga pada diri saya pada penyebutan bulan Ramadhan dan tahunnya saya sendiri lupa untuk tahun Hijriahnya, mungkin seperti di bawah ini:

2010 = 1431
1979 = 1400
1945 = 1366

Dan ternyata dari hal ini saya mengerti bahwa penggunaan tahun Syamsiyah yang bertahun2 di tiap hari menjadikan kurang dapat kemudian menghitung penanggalan Qomariah.

Penjajahan di atas dunia harus dihapuskan...dan seterusnya itulah sedikit dari isi UUD'45 di pembukaan yang tercoreng dengan intimidasi.

Intimidasi itu ternyata tidak hanya membuat saya seorang muslim tidak bisa menggunakan penanggalan Qomariah sejak TK sampai PT, karena semua prosedur penanggalan adalah penanggalan Syamsiyah.

Intimidasi itu mengingatkan saya dengan sebuah pemaksaan para anak-anak usia sekolah untuk bersekolah di SMP. Dimana akan diajarkan pendidikan EVOLUSI, bahwa manusia adalah hasil evolusi bukan penciptaan.

Intimidasi itu menjadikan saya kembali ingat bahwa ada perbedaan seragam untuk anak-anak sekolah di SMPN dengan SMP Swasta Islam. Di SMPN seperti saya anak laki-laki bercelana pendek, bahkan di atas lutut, dan untuk anak perempuan tidak berpakaian muslim (menutup semua auratnya kecuali telapak tangan dan wajah). Begitu sampai seterusnya di PT yang saya masuk setelah lulus UMPTN pada tahun 1997.

Intimidasi itu adalah penghilangan kata dalam pembukaan UUD'45.

Dan ternyata selama 65 tahun sampai tanggal 9 Ramadhan 2010 ini, kata yang dihilangkan itu tidak kembali.

wallahua'lam bishowab, siapapun orangnya yang mampu mengembalikannya atau bahkan menjadikan negara ini menjadi negara berdasarkan hukum Allah swt dan Rasul saw maka akan saya jadikan pemimpin saya, dan saya mengucapkan terimakasih telah memerdekakan saya sebagai seorang muslim.

viva islam
"Tidak perlu kamu tunjukkan dengan kata-kata kamu bahwa kamu paham, 
karena saya ingin melihat sikapmu"

MLS

MLS
multi level sedekah

Mengenal Tambang Lebih Dekat

SATU JARINGAN,MULTI BISNIS!

Entri Populer