Rabu, Desember 24, 2008

NEGERI YANG DILUPAKAN OLEH NEGARA

MUTHOFAR HADI, S.Si./Mantan Presiden BEMFMIPA UNS

MAKKAH

Posting ini akan menjawab negeri yang saya maksud, meskipun secara umum negeri atau kota ini sudah dapat diketahui dalam posting Negara Lupa Negeri, dan Kebesaran Sang Pemimpin. Sebelum menjadi kota Makkah di bawah kerajaan Saudi Arabiya sekarang ini, Makkah adalah sebuah daerah yang sudah dikenal sebagai tempat pertemuan Nabi Adam as dan istrinya Hawa, sebagai tempat didirikannya Ka’bah oleh Nabi Ibrahim dan putranya. Dan sebagai tempat umat-umat sebelum datang Islam untuk berkumpul dan mempersembahkan jamuan ke ka’bah dan beribadah.

Sedangkan dalam penyebutannya Makkah disebut dalam kapasitasnya sebagai negeri, dengan pemimpin yang otonom dan tidak berada di bawah pemerintahan atau rezim tertentu. Hal ini dapat dibuktikan di saat negeri Makkah diserang oleh pasukan Abrahah dengan pasukan gajahnya. Abrahah ingin menghancurkan kebesaran dan kekuatan Makkah sebagai negeri dan tempat berkumpulnya banyak orang setiap tahunnya. Namun sekalipun Makkah tidak mendapatkan bantuan dari negeri lain, dalam arti bahwa Makkah dalam pemerintahan otonom waktu itu hanya menghadapi kekuatan Abrahah ini dengan doa. Dan keyakinan tersebut adalah sebagai wujud terjaganya ajaran yang telah dibangun di abad-abad sebelumnya. Meskipun sebagian besar mereka musrik, menyembah berhala, namun masih tersimpan keyakinan bahwa Makkah dijaga oleh Allah swt. Hal ini terbukti di saat pasukan Abrahah akan menghancurkan Ka’bah, sebagai bangunan yang diperuntukkan untuk Allah swt oleh keluarga Nabi Ibrahim, pasukan Abrahah diusir dan dikalahkan oleh burung yang datang secara berbondong-bondong dengan melempar batu yang berapi, sehingga pasukan Abrahah dapat terusir dan terkalahkan dari negeri Makkah.

Makkah menjadi terkenal di saat Sang Pemimpin menaklukkannya dengan pasukan dari Madinah, Sang Pemimpin, Muhammad saw, kemudian menjadikan negeri kedua setelah ibu kota negara Islam di negeri Madinah. Negeri Makkah menjadi negara semi otonom di bawah kepemimpinan Sang Pemimpin di negeri Madinah. Sampai kemudian dalam pesannya, sang pemimpin ingin meninggal dan dikuburkan di dekat Ka’bah, di Makkah. Maka di akhir-akhir pemerintahannya Sang Pemimpin menjalankan kepemimpinannya dari Makkah dan setelah beliau meninggal digantikan oleh Pengganti Sang Pemimpin yang bergelar Khalifah, Abu Bakar as Shidiq, Umar bin Khatab, Usman bin ‘afan, dan Ali bin Abu Thalib. Para khalifah ini memerintah dengan pusat pemerintahan sebagian besar di Makkah dengan membawahi banyak negeri-negeri yang telah memeluk Islam sebagai pilihan Sang Pemimpin yang telah menjadi keyakinan dan ajaran yang dipilih oleh banyak orang di banyak negeri bahkan sampai abad 14 H sekarang ini.

ATURAN YANG DILANGGAR

Sang Pemimpin sebelum meninggal menerangkan pilihannya, muslim mukmin, dalam bentuk agama yaitu agama Islam yang beliau sempurnakan dalam ibadah hajinya yang terakhir, Ibadah haji adalah bagian dari rukun Islam yang lima : syahadat, sholat, puasa, zakat, dan haji bagi yang mampu. Haji ini adalah dalam bentuk perjalanan seorang muslim mukmin menuju ke Ka’bah dan melakukan rukun haji sampai selesai sehingga ibadahnya bisa diterima Allah swt atau disebut haji mabrur. Di saat haji terakhirnya selesai beliau memproklamasikan bahwa pilihannya sudah sempurna, ajaran Allah swt yang diterimanya melalui wahyu sudah sempurna, “hari ini telah aku sempurnakan nikmatku untukmu, dan aku rela Islam menjadi agamamu”, dan Sang Pemimpin, Muhammad saw, bersabda “aku tinggal dua perkara untukmu, barang siapa yang berpegang teguh kepadanya, mereka tidak akan tersesat selamanya, yaitu Al Quran dan As Sunnah”.

Demikianlah perjalanan Sang Pemimpin, pilihannya dan ajarannya. Ajaran beliau ini yang kemudian disebarluaskan oleh pengikutnya termasuk oleh Pengganti Sang Pemimpin. Al Quran adalah wahyu yang disampaikan kepada rasul Muhammad saw yang kemudian di satukan dalam satu mushaf bernama mushaf al Quran yang terjaga dari kepalsuan dan kebohongan sampai saat ini 14 abad. Hanya saja dalam perjalanan para pengikutnya, mereka tidak sekuat di saat masih ada Rasul Muhammad saw, dan perjalanan pengikutnya atau kemudian disebut umat muslim telah digambarkan secara umum sampai akhir kehidupan di bumi atau disebut kiamat. Gambaran perjalanan umat muslim, yang mengikuti Rasul Muhammad saw, dan umat non muslim, yang tidak mengikuti Rasul Muhammad saw ditulis dalam wahyu Al Quran, dan perkataannya, yang disebut Al Hadist. Sedangkan aturan-aturan ibadah, muamalah, dan liku-liku kehidupan manusia diteladani dari pribadi Sang Pemimpin, Rasul Muhammad saw, baik dalam bentuk ucapan atau perbuatan yang dikenal dengan As Sunnah. Sehingga barang siapa yang mengikuti Al Quran dan As Sunnah tidak akan tersesat selamanya, sampai mereka mati, maka matinya adalah jalan menuju kehidupan kekal di surga Allah swt bersama Sang Pemimpin, Rasul Muhammad saw.

Sang Pemimpin mengatakan bahwa generasi, termasuk pemimpin, sesudah generasi Sang Pemimpin akan terus menurun, sampai suatu generasi yang generasi tersebut tidak melihat dan bertemu Sang Pemimpin tetapi memiliki keyakinan seperti Sang Pemimpin, Rasul Muhammad saw. Sehingga generasi mereka itu di katakan oleh Rasul Muhammad saw, Sang Pemimpin, lebih baik dari generasi pertamanya. Dan generasi ini juga memiliki ciri-ciri yang sudah disebutkan oleh Sang Pemimpin, ciri-ciri generasi tersebut sekarang dapat ditemukan dalam Hadist yang ditulis dan dibukukan dalam buku Hadist.

Setelah meninggalnya Sang Pemimpin, Rasul Muhammad saw, ajaran beliau menjadi ada di dalam Al Quran dan As Sunnah. Sewaktu Sang Pemimpin masih hidup ajarannya adalah dirinya, Sang Pemimpin adalah Al Quran berjalan dan As Sunnah itu sendiri. Hal yang sama telah Sang Pemimpin tanyakan kepada Pengganti Pemimpin di negeri lain, karena Sang Pemimpin ada di negeri Madinah. Dan Sang Pemimpin bertanya “apa yang akan kamu jadikan pedoman untuk mengurusi urusan umatku disaat aku tidak ada?” dan di jawab oleh Pengganti Beliau, Khalifah, dengan “Al Quran”, Sang Pemimpin “jika tidak kamu temukan?” di jawab khalifah “Sunnahmu, sunnah Rasul Muhammad saw”, Sang Pemimpin “jika tidak kamu temukan?“ di jawab khalifah “ijtihadku, dengan berdasarkan Al Quran dan As Sunnah”, Sang Pemimpin “jika tidak kamu temukan?” di jawab khalifah “ijtihat” dan Sang Pemimpin mengatakan “Benar, Benar, dan Benar” sehingga khalifah itu dilantik sebagai Penggantinya di negeri di luar Madinah.

Semasa kepemimpinan beliau juga tidak berarti bahwa beliau tidak memiliki permasalahan, permasalahan-permasalahan yang beliau hadapi itulah yang pemecahannya hadir berupa wahyu Al Quran dan As Sunnah sebagai wahyu juga. Karena Rasul, Muhammad saw tidak berbicara kecuali adalah wahyu Allah swt yang beliau terima. Sepanjang masa kepemimpinan beliau selama 23 tahun dimulai saat beliau pertamakali menerima wahyu umur 40 tahun sampai beliau wafat umur 63 tahun.

Selama 23 tahun kepemimpinan beliau di negeri Makkah, Madinah, dan meluas ke negeri tetangga bukan merupakan kehidupan yang pendek, dan bukan kehidupan yang semu atau dibuat-buat, sehingga wahyu yang diterimanya adalah nyata dari Allah swt berupa kabar gembira, berita, peringatan, sejarah, hukum, dan lainnya sesuai dengan situasi dan kondisi di saat Rasul Muhammad saw memimpin sampai sempurna menjadi Al Quran dan As Sunnah. Sehingga takdir Allah swt adalah pasti terjadi, baik berupa takdir buruk ataupun takdir baik, dan ini juga bagian dari keimanan dan bagaimana menghadapi takdir ini sudah dijalankan oleh Rasul Muhammad saw.

Sebagai manusia maka non muslim ataupun muslim juga akan mengalaminya, dan bagi kaum muslim mereka memiliki panutan yang juga sudah mengalami sebagai panduan hidup sampai mati yang sekarang ada dalam Al Quran dan As Sunnah, begitu pula non muslim. Karena kepemimpinan beliau bukan hanya untuk muslim saja, sehingga keteladanan beliau juga diteladani oleh non muslim. Pernyataannya adalah, siapa yang menjalankan jalan takdirnya seperti Rasul Muhammad saw maka dia bisa seperti Nabi Muhammad saw tidak muslim tidak non muslim tapi umum, universal. Mereka akan sama dengan jalan hidup Nabi Muhammad saw, di saat senang dia bersyukur dan di saat sedih dia bersabar. Begitulah Sang Pemimpin, Kebesarannya tidak menjadikan dia sombong, tidak menjadikan dia merendahkan orang lain, tidak memakan harta orang lain, bahkan dia dalam keadaan sempit masih bersodakoh dan menyuruh mengambil zakat bagi yang mampu berzakat, dan membagikan zakat secara merata untuk kepentingan negara dan rakyatnya, baik yang muslim ataupun non muslim sampai wafat.

Keteladanan yang bisa ditiru dari beliau adalah semua aspek kehidupan manusia, tua, muda, anak-nak, orang susah, orang senang, kaya, pejabat, rakyat, miskin dan lainnya sudah dicontohkan oleh Sang Pemimpin, Rasul Muhammad saw, dan sekarang ada di dalam Al Quran dan As Sunnah. Sehingga kepemimpinan beliau tidak hanya dilihat dari keberhasilannya mendapat pengikut yang banyak dan terus bertambah, tetapi juga dari kesabarannya menghadapi kesedihan, kesabarannya ditinggal lari pengikutnya, kesabarannya bersitegang dengan sahabatnya, keberaniannya berperang, perkataan dan perbuatan Sang Pemimpin lainnya bisa diteladani sebagai jalan hidup yang baik. Jalan hidupnya bukanlah jalan hidup manusia yang membuat rusak bumi, bukan jalan hidup yang menyesatkan, tetapi jalan hidup yang membawa kebahagiaan kekal di surga Allah swt.

Kehidupan kekal itulah yang menjadi cita-cita Sang Pemimpin, Nabi Muhammad saw dan pengikutnya dan umatnya. Umat Nabi, adalah orang yang hidup pada masa keNabian dan sesudah keNabiannya sampai kiamat. Artinya Nabi Muhammad saw adalah Nabi penutup dari semua Nabi yang pernah Allah swt beri wahyu di Bumi. Sehingga umat Nabi Muhammad saw bukan hanya yang mengikutinya, orang muslim, saja, tetapi termasuk non muslim setelah keNabiaannya adalah umatnya. Sehingga keuniversalan Al Quran dan As Sunnah tidak hanya berisi kabar gembira bagi muslim tetapi juga berisi tentang kerugian bagi orang-orang non muslim sebagai umat Nabi Muhammad saw. Orang muslim yang keluar dari Islam maka dia adalah umat Nabi Muhammad yang telah memilih kafir. Pilihannya sudah berbeda dengan pilihan Sang Pemimpin. Sehingga balasan bagi mereka yang kafir diterangkan oleh Sang Pemimpin akan menjadi penghuni neraka dan mereka kekal didalamnya.

Keberlangsungan Kepemimpinan setelah Sang Pemimpin juga mengacu kepada hal tersebut, dan apa yang ditinggalkan untuk pengikutnya yaitu Al Quran dan As Sunnah. Dan itu yang kemudian diterapkan dalam landasan kehidupan setelah Sang Pemimpin Wafat. Mulai dari proses pergantian Sang Pemimpin, mengambil zakat, sholat, haji dan muamalah di dalam negeri atau ke luar negeri termasuk perang. Kepemimpinan Pengganti Sang Pemimpin oleh sahabat-sahabatnya berlangsnung sampai ke generasi cucu-cucu beliau. Setelah itu Kepemimpinan beralih kepada generasi yang tidak pernah melihat dan bertemu langsung dengan Nabi Muhammad saw. Kepemimpinan di masa generasi cucu beliau adalah kepemimpinan yang dilupakan, dinegeri yang dilupakan, dan aturan yang dilupakan. Kepemimpinan beliau, pengganti Sang Pemimpin, cucu Sang Pemimpin, diperoleh karena pengakuan dari rakyat karena tidak mengakui kepemimpinan Negara.

Negara Islam yang sudah memiliki banyak negeri-negeri tidak diakui oleh rakyat dan pengganti sang pemimpin, cucu Nabi Rasul Muhammad saw, Hasan bin Ali bin Abu Thalib diangkat menjadi Khalifah dan berkedudukan di Makkah. Kekhalifahan Hasan ra tidak berlangsung lama, beliau diperangi oleh pemimpin Negara, dan wafat bersama keluarga, dan pengikutnya. Kemudian Kekhalifahan beralih kepada Husein bin Ali bin Abu Thalib, adiknya, yang juga diangkat oleh rakyat. Sedangkan kepemimpinan Negara diberikan oleh pemimpin sebelumnya yang secara tidak aklamasi menyatakan dirinya sebagai pemimpin pengganti Khalifah Ali bin Abu Thalib yang meninggal dunia karena luka dari pembunuhan yang tidak berhasil di saat khalifah Ali bin Abu Thalib sedang menjadi imam sholat.

Kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib selesai dan kepemimpinan Muawiyah tidak diakui secara aklamasi, termasuk penduduk Makkah dan mengangkat Hasan ra sebagai Khalifah, yang digantikan Husein ra. Permusuhan antara Kekhalifahan di Makkah dan Kepemimpinan Negara Islam berlanjut sampai terjadi peperangan yang mengakibatkan Khalifah Husein dan pengikutnya banyak yang meninggal dan menjadi tawanan Pemimpin Negara. Mereka hidup sebagai tawanan dan dilecehkan oleh Pemimpin Negara sekalipun Pemimpin Negara mengetahui bahwa sedikit dari yang ditahan adalah keturunan Sang Pemimpin, Rasul dan Nabi Muhammad saw

Pemimpin negara dan pengikutnya memilih jalan Nabi Muhammad saw tetapi tidak berperilaku seperti Nabi Muhammad saw. Dan mereka tidak bisa menjalani takdir dengan baik, namun memilih menjalani takdir dengan jelek. Semua menjalani bahwa generasi setelah Nabi adalah akan menurun, tetapi sungguh sikap Pemimpin Negara dan pengikutnya tidak bisa dijadikan contoh dan teladan yang baik. Mereka keturunan dari orang yang meminta diakui sebagai pemimpin, mereka mengangkat diri mereka sebagai pemimpin, dan melenyapkan orang yang tidak mengakui pengakuan mereka sebagai pemimpin. Mereka keturunan orang yang memaksa orang untuk mengakuinya sebagai pemimpin, dan menghukum siksa, dan mati bagi orang yang tidak mengakui pengakuannya sebagai pemimpin. Pemimpin seperti ini sama dengan dajjal yang akan memaksa orang lain untuk mengakui dajjal sebagai pemimpinnya bahkan akan membunuhnya jika tidak mengakui dajjal sebagai pemimpinnya.

Dajjal akan melakukan peperangan di bumi untuk memaksa orang mengikuti dajjal, sampai nanti Isa as akan diturunkan oleh Allah swt untuk membunuh dajjal. Dan mulailah babak baru kehidupan di bumi dalam masa kekhalifahan Isa as dan pengikut-pengikutnya termasuk Muhammad bin Abdullah keturunan Sang Pemimpin, Rasul Muhammad saw yang bergelar Al Mahdina. Masa kekhalifahan Isa as berlangsung bersama kekhalifahan Al Mahdina, dalam kurun waktu 8, 9, atau 10 tahun. Allahua’lam.

"Ketika dajjal sedang berbuat kerusakan seperti itu, Allah swt mengutus Isa bin Maryam turun di dekat menara putih di sebelah timur Damaskus dengan mengenakan pakaian dua warna sambil meletakkan dua telapak tangannya pada sayap dua malaikat. Apabila ia tundukkan kepalanya, hujan pun turun. Jika dia angkat kepalanya, maka butiran-butiran mutiara berjatuhan dari kepalanya. Orang kafir tidaklah mencium bau napasnya melainkan mati dan bau napasnya bisa dicium sejauh mata memandang. Dia mencari Dajjal sehingga ditemukannya di pintu gerbang Kota Ludd, lalu dajjal dibunuhnya. (HR. Muslim)

"Kemudian Isa bin Maryam mendatangi suatu kaum yang dilindungi oleh Allah saw dari dajjal, lalu Isa bin Maryam mengusap wajah mereka dan memberitahukan kepada mereka mengenai derajat mereka di surga. (HR. Muslim)

"Ketika Isa bin Maryam dalam keadaan begitu, Allah swt mewahyukan kepadanya “Sesungguhnya Aku telah mengeluarkan hamba-hambaku yang tidak terkalahkan oleh siapapun. Karena itu selamatkan hamba-hambaku yang shalih ke bukit.” (HR. Muslim)


Posting Lainnya
BEM FMIPA DAN BEM UNS

Posting lain http://www.muthofarhadi.multiply.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MLS

MLS
multi level sedekah

Mengenal Tambang Lebih Dekat

SATU JARINGAN,MULTI BISNIS!

Entri Populer