Sabtu, Mei 14, 2011

Melihat Muslim Indonesia yang Tidak Memberontak


1305089616272223807 

Tidak perlu saya mulai dari awal tentang Indonesia, karena saya sudah menuliskannya dalam artikel saya yang lalu dengan judul “Cerita kelam NII” dan yang lainnya.

Dalam pemerintahan RI, ada perubahan UUD 1945 dengan UUD’S pada tahun 1950, dan Revisi UUD 1945 para era reformasi sampai sekarang 2011.
Dan itu belum membuat saya yakin dengan UUD 1945 akan membawa RI ke pada RI yang selamat dan sejahtera. Menurut saya RI Selamat dan Sejahtera adalah tujuan saya menjadi warga negara RI dan memiliki Negara RI. Saya harap tujuan dirubahnya UUD 1945 dengan UUD 1945 Revisi yang sekarang digunakan sama dengan tujuan saya bernegara RI. Dan hal ini sebenarnya bisa dibaca dalam pembukaan UUD 1945 yang lama maupun yang revisi masih sama, kecuali UUD 1945 yang asli yang dalam pasal Pancasilanya menyebutkan “Ketuhanan Yang Maha Esa Dengan Menjalankan Syariat Islam bagi Pemeluk-Pemeluknya”.

Saya harap hal ini bisa mengakhiri salah paham tentang UUD 1945 yang asli dan yang sudah direvisi.
UUD 1945 sebelum tahun 1950 sudah ada perubahan, yakni di saat dijadikan Pancasila dan UUD 1945 sebagai Dasar Negara. Namun ada koreksi dari pemimpin-pemimpin RI yang diberi wewenang membuat Dasar Negara, dan memutuskan untuk merubah pasal 1 dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 yang sebelumnya berbuyi “Ketuhanan Yang Maha Esa Dengan Menjalankan Syariat Islam Bagi Pemeluk-Pemeluknya” dirubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Dalam perjalan bernegara ada dari kubu muslim di Indonesia yang sama sekali tidak bersedia kembali kepada UUD 1945 dan pancasila yang Asli. Sedangkan yang ingin kembali kepada UUD 1945 dan pancasila yang asli juga menempuh jalan yang berbeda-beda ada yang kemudian mengadakan pemberontakan (DI/TII), berpolitik (Masyumi/NU/Muhammadiyah), diam dan berdoa agar RI menjadi Negara menerapkan syariat Islam.

Saya akan mengajak Anda untuk melihat apa saja yang dilakukan oleh orang-orang Muslim RI di saat UUD 1945 dan Pancasila ingin dikembali ke pada aslinya.

1. Dari Kalangan Pemimpin
Orang-orang yang masuk dalam kelompok ini adalah orang-orang muslim yang tidak mendukung RI kembali menggunakan pancasila dan UUD 1945 asli dan mereka memiliki kedudukan di Pemerintahan RI. Untuk saat ini sebut saja SBY (presiden RI ke -8 (Mr Asaat Presiden RI ke 2) dan kabinetnya, para gubernur di RI kecuali Gubernur Aceh yang sudah menerapkan Syariat Islam sesuai kondisi Aceh), pimpinan TNI/Polri, sampai pimpinan RT/RW di RI.

Mereka secara gencar memberikan mengajak bawahannya dan rakyatnya, bahwa UUD 1945 dan Pancasila yang sekarang sudah baik, dan tidak perlu kembali kepada UUD 1945 dan Pancasila yang asli.

2. Rakyat RI
Kelompok ini adalah orang-orang muslim yang tidak setuju Pancasila dan UUD 1945 yang sudah direvisi ini diganti dengan UUD 1945 dan pancasila yang asli, dan mereka bukanlah pemimpin atau orang-orang yang mengemban jabatan/amanah di RI. Seperti pedagang, petani, buruh, dan yang lainnya.

Mereka cenderung menirukan pemimpinnya atau orang yang telah mempengaruhinya agar Pancasila dan UUD 1945 yang sekarang sudah baik tidak perlu diganti dengan dasar negara Pancasila dan UUD 1945 yang asli.
Namun dari pengalaman RI melalui masa-masa setelah kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, kita bisa melihat dan bahkan ada yang merasakan bagaimana setelah pancasila dan UUD 1945 dijadikan dasar negara.

1. RI meninggalkan UUD 1945 dan Pancasila merubah diri menjadi RIS, dengan Presiden RIS Ir Soekarno, dan Presiden RI Mr Asaat.
 
2. Presiden RI, Soekarno menyatakan Sistem Pemerintahan RI dengan Sistem NASAKOM, sehingga ada unsur yang tidak beragama diijinkan tinggal di RI. Dan ini setelah dibahas di MPRS dinyatakan bahwa Presiden RI, Soekarno, telah menyimpang dari UUD 1945 dan Pancasila.

3. Presiden Soeharto membuat P4, dan penjabaran-penjabaran sila-sila dalam Pancasila, dan akhirnya pada tahun 1998 dinyatakan bahwa ajaran P4 tidak sesuai dengan pancasila dan dihilangkan.

4. Adanya usulan agar Dasar Negara RI kembali kepada Pancasila dan UUD yang Asli atau yang dinamakan Piagam Jakarta, namun tidak diterima. Namun ormas dan partai boleh tidak berdasarkan Pancasila.

5. Adanya gerakan TERORIS dan NII yang disinyalir gerakan untuk merubah dasar negara pancasila menjadi Negara Islam. Dan dinyatakan gerakan ini sebagai gerakan terlarang di Indonesia.

6. Gerakan kembali kepada UUD dan Pancasila, yang sekarang dilaksanakan oleh Pemerintahan SBY, dan akan menerjemahkan kembali atau menggunakan P4 kembali untuk memberikan pengajaran tentang Pancasila. Dan gerakan ini dipimpin oleh orang-orang muslim juga, namun tidak ingin dasar negara RI dirubah selain Pancasila dan UUD 1945 yang sudah disepakati bersama/revisi.

Menurut saya, pemerintah tidak bercermin, siapa yang memimpin dan siapa yang dipimpin. Dan siapa yang memutuskan UUD 1945 dan Pancasila sebagai dasar negara RI saat ini/revisi. Mereka sekarang sebagian besar adalah mantan-mantan anggota DPR/MPR RI yang terbukti KORUP, bahkan dari anggota DPR/MPR RI yang sekarang juga KORUP.

Dan Pemerintah hanya mengajak bertengkar dengan tidak bersedia menjadikan Piagam Jakarta sebagai dasar Negara, ini seperti halnya Pemerintah yang katanya mengikuti KONSTITUSI yang sudah ditetapkan, yang menurut saya ditetapkan oleh orang-orang yang KORUP yang tidak perlu diikuti.

Saya hanya ingin mengatakan, bahwa tidak semua rakyat bersedia dipimpin dan diikat dengan peraturan yang dihasilkan oleh pemimpin/wakil rakyat yang KORUP dan DHOLIM/TIDAK ADIL, sepertihalnya Saya.

selamatkan diri Anda dari korupsi.

Senin, Mei 09, 2011

SBY Tidak Simpatik, Lupa Daratan

Pidato Lengkap Presiden SBY Pada Pembukaan KTT Asean

Pidato Lengkap Presiden SBY Pada Pembukaan KTT Asean WartaNews-Jakarta - Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono melakukan pidato sambutan pada pembukaan KTT ke-18 Asean di Balai Sidang Jakarta Sabtu (7/5), dihadapan sejumlah kepala negara anggota Asean, seperti Sultan Brunei Darussalam Sultan Hassanal Bolkiah, Perdana Menteri Kamboja Hun Sen, Perdana Menteri Laos Thongsing Thammavong, Perdana Menteri Malaysia Dato Sri Mohd Najib bin Tun Abdul Razak, Perdana Menteri Myanmar Thein Sein, Presiden Filipina Benigno S. Aquino III, Senior Minister Singapura S. Jayakumar yang mewakili Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva, dan Perdana Menteri Vietnam Nguyen Tan Dung.
Berikut pidato sambutan Presiden SBY selengkapnya :
PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PEMBUKAAN KTT KE-18 ASEAN
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Salam sejahtera untuk kita semua.
Yang Mulia Para Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan Negara-Negara ASEAN, Yang saya hormati Sekretaris Jenderal ASEAN dan para Menteri ASEAN, Yang saya hormati para Pimpinan Lembaga-lembaga Negara Republik Indonesia, Yang saya hormati para Pimpinan Parlemen ASEAN, representasi organisasi Civil Society dan representasi Pemuda Negara-negara ASEAN, Yang Mulia para Duta Besar Negara sahabat, dan Pimpinan Organisasi Internasional, Para anggota delegasi dan hadirin sekalian yang saya hormati, Dengan penuh rasa syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmat dan karunia-Nya, pada hari yang bersejarah ini, kita dapat berkumpul bersama untuk menghadiri Pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-18 ASEAN.
Atas nama rakyat, pemerintah dan Negara Republik Indonesia, izinkan saya untuk menyampaikan ucapan selamat datang di Indonesia, kepada Yang Mulia para Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan negara-negara sahabat, yang datang dari kawasan ASEAN.
Kehadiran Yang Mulia menunjukkan betapa erat dan hangatnya hubungan antara negara-negara di kawasan ASEAN. Saya berharap, kehadiran Yang Mulia para Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan pada hari ini, menjadi momentum yang bersejarah bagi kerjasama yang lebih erat, saat ini dan mendatang.
Hadirin sekalian yang saya muliakan.
KTT ke-18 ASEAN yang diselenggarakan tahun ini, memiliki arti penting bagi upaya kita untuk menghadapi dan memberi solusi, atas tantangan yang membentang di hadapan kita. Pada awal abad ke-21 ini, kita menghadapi tantangan yang sangat kompleks, beragam, dan bersifat lintas negara. Pergeseran kekuatan geopolitik tengah berlangsung dengan dinamis. Berbagai ancaman keamanan tradisional, masih terus menghantui, yang disertai dengan ancaman keamanan non-tradisional yang juga semakin meningkat. Gejolak perekonomian global kerap terjadi, dengan dampak yang dirasakan oleh semua bangsa di dunia.
Tentu menjadi tidak mudah bagi kita untuk membedakan antara masalah-masalah nasional, kawasan, dan global. Demikian juga antara isu-isu bilateral dan multilateral. Oleh karena itu, kita tidak dapat menghadapi berbagai persoalan itu hanya pada tingkat nasional semata, tetapi diperlukan penyelesaian yang lebih komprehensif, dan kerjasama yang lebih baik, di antara negara-negara yang ada di kawasan Asia Tenggara. Diperlukan pula kerja sama yang lebih erat di antara bangsa-bangsa, baik intra maupun antar kawasan, serta dalam forum-forum global.
Sejarah mencatat, sebagai salah satu pelopor integrasi kawasan di dunia, ASEAN dibentuk berdasarkan keinginan untuk menciptakan perdamaian, membangun konsensus, dan memajukan stabilitas, melalui integrasi dan kerjasama kawasan. Kita menyadari, bahwa untuk menjamin perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Timur, ASEAN harus terlebih dahulu mampu menjamin perdamaian di kawasannya sendiri.
ASEAN berkewajiban untuk merespon dinamika konflik, yang dapat mempengaruhi citra ASEAN dan perdamaian yang berkelanjutan di kawasan ini. Jika terjadi konflik, ASEAN juga harus mampu memfasilitasi forum diplomatik dan dialog terbuka, dengan tujuan menciptakan perdamaian bersama. Semua upaya itu, sudah kita gariskan dalam Cetak Biru Komunitas Politik Keamanan ASEAN. Kewajiban kita tinggalah melaksanakan komitmen dan kesepakatan bersama tersebut.
Hadirin sekalian yang saya hormati.
Saat ini dan ke depan, kita juga menghadapi masalah ketahanan pangan dan ketahanan energi. Dalam situasi global saat ini, populasi penduduk dunia diproyeksikan tumbuh pesat dari tujuh miliar saat ini, menjadi sembilan miliar pada tahun 2045.
Bangsa-bangsa di muka bumi akan menghadapi kompetisi, untuk memperoleh sumber-sumber penghidupan yang terbatas. Kompetisi untuk energi, untuk pangan, dan untuk air yang bersih dan dapat diminum, menjadi bagian dari kompetisi global.
Tidak perlu terlalu jauh, untuk memproyeksikan apa yang terjadi dalam kurun waktu sepuluh atau dua puluh tahun ke depan, saat ini saja kita sedang menghadapi harga pangan dan energi yang sangat fluktuatif, yang cenderung terus meningkat di pasar dunia. Ketahanan pangan merupakan tantangan yang sangat besar bagi ASEAN.
Oleh karena itu, diperlukan kerja sama ASEAN yang nyata dan efektif, untuk lebih menekankan program yang berorientasi pada kesiapan menjamin ketersediaan pangan rakyat.
Salah satu langkah cepat yang harus kita ambil adalah pelaksanaan ASEAN Integrated Food Security Framework secara komprehensif, utamanya dalam penelitian dan pengembangan, serta investasi dalam bidang pangan. Dan secara khusus, yang perlu diperhatikan adalah memformulasikan sistem cadangan pangan di ASEAN, yang juga dapat memungkinkan terbantunya para petani kita untuk keluar dari kemiskinan.
Sama pentingnya dengan mengatasi masalah pangan, adalah mengatasi masalah ketahanan energi. Menghadapi masalah ini, ASEAN harus men-cari solusi yang inovatif.
Sumber-sumber energi baru dan terbarukan, sangat diperlukan untuk meningkatkan keanekaragaman pasokan energi, dan mengurangi konsumsi energi yang berdampak negatif pada lingkungan. Selain itu, pemanfaatan energi yang terbarukan, dan implementasi program ASEAN Energy Efficiency and Conservation, dapat mempercepat pembangunan ekonomi dan sosial di negara-negara anggota ASEAN.
ASEAN harus memperkuat kerjasama kawasan dalam pengembangan sumber-sumber energi terbarukan dan energi alternatif, termasuk hydro-power dan panas bumi. Salah satu caranya, kita harus memajukan pembangunan pusat-pusat penelitian dan pengembangan energi terbarukan di kawasan kita.
Kita mesti memberikan perhatian yang amat serius untuk kerja sama dan upaya nyata mengatasi gejolak harga pangan dan energi dunia, karena dampaknya yang buruk bagi kesejahteraan rakyat kita.
Sejarah menunjukkan bahwa kenaikan harga pangan dan energi, akan langsung mengakibatkan kenaikan jumlah penduduk yang miskin. Sedangkan kita sangat tahu dan merasakan, bahwa untuk menurunkan angka kemiskinan adalah sesuatu yang tidak mudah.
Hadirin sekalian yang saya muliakan.
Selain masalah pangan dan energi, kita juga tidak menutup mata dengan masih terjadinya konflik-konflik bersenjata di berbagai penjuru dunia. Konflik di Libya, belum mereda. Pergolakan politik di Timur Tengah masih terus berlangsung, disertai dengan meluasnya kekerasan. Di perairan internasional, pembajakan dan perompakan di laut semakin rawan. Dan kita juga dihadapkan pada sindikat kejahatan dan terorisme internasional.
Kita baru melalui masa krisis ekonomi dan keuangan global yang belum sepenuhnya pulih. Pada saat yang bersamaan, kita harus mengatasi masalah perubahan iklim yang dapat mengakibatkan kerusakan bagi negara-negara pantai dan kepulauan, serta negara lainnya.
Dan tidak dapat kita pungkiri, masih terjadinya migrasi penduduk dalam jumlah besar, tidak teratur dan tidak legal, sehingga menyebabkan berbagai masalah politik, sosial, dan keamanan, tidak hanya di negara tujuan (countries of destination), tetapi juga di negara yang mereka lalui (transit

 

 

REP | 07 May 2011 | 18:13

226 0 Nihil


SBY hari, Sabtu 7 May 2011, ini membuka KTT ASEAN di Jakarta. Televisi memberitakan bahwa agenda-agenda yang akan dibicarakan adalah seputar, 1. konflik perbatasan antar anggota ASEAN, 2. kasus TERORISME di ASEAN, 3. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa ASEAN, dll, namun tidak ada satu katapun bersimpati atas duka yang sedang di alami rakyat Indonesia dan ASEAN. Duka rakyat Indonesia seperti: Banjir di Bengawan Solo, Kecelakaan Udara Merpati Airline, dan korban bencana lainnya yang sedang terjadi. Tidak etis kalau saya menyebutkannya, karena SBY seharusnya lebih tahu dari saya, bencana yang sedang terjadi apa saja.
13047666201916043794
Dan tidak lupa kemarin di walknews disebutkan bahwa pengangguran di Jateng sudah mencapai 1 juta manusia lebih.
SBY tidak menyentuh permasalahan dasar bangsa ini, lebih mengumbar empati. SBY mendekati PNS, POLRI, dan TNI dengan gaji yang tinggi. Mendekati pejabat-pejabat negara dan juga DPR dengan gaji yang tinggi serta fasilitas-fasilitas yang di atas rata-rata.
SBY mengambil ide-ide kaum radikal seperti ide menjadikan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa International, namun ini tidak akan membuat SBY akan mendapatkan empati dari kaum radikal. Kaum radikal/reformis/revolusioner tidak bisa dibeli dengan iming-iming. Kaum radikal/reformis/revolusioner tidak mengutamakan kemegahan bangsa Indonesia dengan di pakainya Bahasa Indonesia sebagai bahasa ASEAN, namun lebih kepada kepedulian Negara kepada rakyatnya.
Ucapan simpati saja SBY tidak ucapkan, padahal para wakil ASEAN ini sedang berada di Indonesia, dan tentu juga membaca apa yang sedang terjadi di Indonesia belakangan ini. Sungguh SBY tidak sopan sebagai wakil bangsa Indonesia dalam memperlakukan tamu-tamu Negara. SBY semestinya bisa menjelaskan apa dan bagaimana yang sedang terjadi di Indonesia, tidak justru di sembunyikan.
Tentu pemimpin-pemimpin ASEAN, dengan diam-diam akan membaca, bagaimana kondisi sebenarnya rakyat Indonesia. Dan mungkin akan mengatakan dalam forum tersebut bahwa mereka menaruh bela sungkawa bahwa beberapa daerah di wilayah Indonesia sedang tertimpa bencana. Benci saya dengan sikap-sikap SBY, selalu mendahulukan image, selalu JAIM (jaga image), dan tidak jujur.
Dengan tidak jujur dengan apa yang ada pada dirinya sendiri, jelas SBY juga sulit untuk jujur kepada yang lain. Dan jaim itu adalah tidak jujur pada dirinya sendiri, dan bangsa ini tidak perlu jaim, untuk mengatakan kondisi dirinya.
SBY kalaupun kamu jujur mengatakan bahwa kamu masih di dukung, tapi jujurlah apakah kamu masih mampu memimpin Bangsa ini?
Jujurlah, karena bangsa ini membutuhkan pemimpin yang jujur. Kejujuran Anda, SBY, akan menentukan nasib bangsa ini ke depan lebih baik. Namun apabila Anda memilih tidak jujur, maka Anda tentu sudah siap menanggung akibatnya sendiri, tanpa harus menyalahkan rakyat Anda.
Anda selalu mengatakan dengan cepat di saat aparat Anda sedang di sorot oleh media dengan prestasinya, namun di saat ada bencana, contoh kongkret adalah Banjir Bengawan Solo sekarang ini, tidak ada kata berduka cita sama sekali, apalagi yang Anda inginkan?

MLS

MLS
multi level sedekah

Mengenal Tambang Lebih Dekat

SATU JARINGAN,MULTI BISNIS!

Entri Populer