Arsip Blog

Kamis, Mei 28, 2009

Pertarungan 3 Mantan Jenderal TNI

3 Mantan Jenderal di Pilpres 2009 Wiranto, Panglima Dua Orde * Prabowo Subianto, Sang Bintang yang Fenomenal * SBY, Perwira Baret Hijau Lulusan Ranger AS


3 Mantan Jenderal akan bertarung dalam pilpres 2009. Dalam pilpres 2009, Wiranto maju sebagai cawapres mendampingi Jusuf Kalla. Di militer, Wiranto menjadi Panglima ABRI dua presiden, dalam pemerintahan Soeharto dan Habibie. Ia menjadi panglima ABRI orde baru dan bertahan hingga orde reformasi.
Wiranto merupakan lulusan AMN tahun 1968. Pria kelahiran Yogyakarta, 4 April 1947 ini kemudian mengikuti berbagai pendidikan yakni Susscarcab Infantri, Suslapa Infantri, dan Sekolah Staf dan Komando TNI AD serta Lemhanas.
Karir Wiranto mulai menanjak ketika menjadi ajudan Presiden Soeharto. Saat itu Wiranto berpangkat kolonel. Selama 4 tahun ia mendampingi Soeharto mulai 1989 hingga 1993. Saat itu menjadi ajudan presiden, merupakan tiket untuk mendapat promosi ke jenjang yang lebih tinggi.
Wiranto kemudian menjadi Kasdam Jaya lalu Pangdam Jaya. Setelah itu ia menjadi Panglima Kostrad, KSAD dan akhirnya menjadi Panglima ABRI. Karirnya mulus tanpa hambatan.
Peristiwa yang selalu diingat adalah saat Soeharto turun, Wiranto langsung berpidato. Intinya ABRI akan menjamin keselamatan mantan Presiden Soeharto. Wiranto pun dicap sebagai pengawal orde baru.
Sama dengan Prabowo, Wiranto pun selalu dikait-kaitkan dengan peristiwa Mei 1998. Saat itu Wiranto dinilai tidak mampu menjaga stabilitas kemanan negara. Saat kerusuhan membakar Jakarta, Wiranto malah berada di Malang untuk serah terima pasukan pemukul reaksi cepat Kostrad.
Namun hal itu tidak berpengaruh pada karirnya. Habibie tetap mempercayainya untuk memegang jabatan Panglima ABRI. Wiranto naik untuk kedua kalinya menjadi Panglima ABRI. Saat itu Habibie mengabaikan usulan untuk mengangkat Soebagyo HS sebagai Panglima ABRI dan Prabowo Subianto sebagai KSAD. Habibie menilai Wiranto sebagai sosok yang jujur dan bermoral.
Di era Gus Dur, Wiranto menjabat sebagai Menkopolkam. Namun kemudian mengundurkan diri. Wiranto pun ikut bertarung dalam pilpres 2004, berpasangan dengan Salahuddin Wahid. Namun dikalahkan pasangan SBY-JK.
Dalam pilpres 2009, Wiranto kembali mencoba peruntungannya. Lewat Partai Hanura, Kini Wiranto digandeng Jusuf Kalla. Sang Jendral pun mencoba kembali ke Istana. (Dari berbagai sumber,DETIKCOM).

Prabowo Subianto, Sang Bintang yang Fenomenal

Tiga purnawirawan jenderal TNI AD akan bertarung dalam pilpres 2009. Duet Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto masih terus dikaji. Di militer, Prabowo merupakan perwira brilian dengan karir yang naik secepat kilat, namun runtuh dalam sekejap.
Prabowo Subianto Djojohadikusumo, lulusan akademi militer tahun 1974. Namanya tidak bisa dilepaskan dari Korps Baret Merah, Kopassus. Satuan paling elit milik TNI AD.
Prabowo meniti karirnya di Kopassus. Mulai dari komandan peleton hingga akhirnya menjadi Komandan Jenderal Kopassus dengan pangkat Mayor Jenderal. Sebagai perwira Kopassus, sudah tentu Prabowo sering keluar masuk hutan untuk bertempur. Pengalaman tempurnya tidak perlu ditanya. Mulai dari Timor-Timur hingga pedalaman Irian pernah dijalaninya.
Di mata anak buahnya Prabowo dikenal tegas dan berambisi. Tak jarang ia mengeluarkan dana dari kocek pribadi untuk biaya latihan anak buahnya. Prabowo juga dikenal dekat dengan anak buahnya. Tidak heran, banyak perwira maupun prajurit yang loyal padanya.
Prabowo mengembangkan Kopassus dari tiga grup menjadi lima grup. Termasuk mengembangkan satuan antiteror Kopassus yang disebut-sebut merupakan salah satu yang terbaik di dunia.
Prabowo merupakan lulusan sekolah antiteror GSG di Jerman Barat. Selain itu ia mengecap pula pendidikan pasukan elit di Fort Braggs, AS.
Karir militer Prabowo dihabiskan di pasukan tempur. Hanya sekali ia menempati posisi non pasukan tempur saat menjadi Komandan Sesko ABRI di akhir karir militernya.
Putra begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo ini juga sempat memimpin pembebasan sandera di Mapenduma pada tahun 1996. Saat itu Organisasi Papua Merdeka pimpinan Kelly Kwalik menyandera 14 sandera orang peneliti ekspedisi Lorentz. 4 Diantaranya warga Inggris, 2 peneliti Belanda, dan sisanya peneliti dan penginjil warga negara Indonesia.
Saat itu Prabowo masih menjabat Komandan Kopassus berpangkat Brigadir Jenderal. Awalnya Prabowo berniat menyelesaikan penyanderaan ini melalui jalur perundingan. Tetapi hasilnya nihil, operasi militer pun segera digelar. Hasilnya, gabungan pasukan Kostrad dan Kopassus berhasil membebaskan sebagian besar sandera.
Menantu mantan Presiden Soeharto ini menjadi Letnan Jenderal termuda dalam usia 46 tahun. Jabatan bergengsi Panglima Kostrad telah disandangnya. Tinggal selangkah menjadi KSAD dan akhirnya mencapai posisi puncak militer, Panglima TNI. Tapi roda nasib berkata lain.
Prabowo tersandung isu pelanggaran HAM tahun 1998. Ia dicap dalang penculikan sejumlah aktivis. Prabowo pun terpaksa mengakhiri karir politiknya lebih cepat. Bintang paling bersinar di TNI AD ini pun mengakhiri pengabdiannya selama 24 tahun.
Prabowo kembali ke kancah politik nasional dengan menjadi Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra. Namun hanya 4,5 persen suara yang diraup partai berlambang Kepala Garuda ini dalam pemilu 2009. Ia masih harus memastikan tiketnya untuk bisa maju dalam pilpres 2009 dengan menggandeng PDIP.

SBY, Perwira Baret Hijau Lulusan Ranger AS
Tiga purnawirawan jenderal TNI AD akan bertarung dalam pilpres 2009. Salah satunya adalah Susilo Bambang Yudhoyono, perwira cerdas yang merupakan lulusan pelatihan pasukan elit Ranger AS.
Susilo Bambang Yudhoyono merupakan lulusan Akademi Militer tahun 1973. Lulusan terbaik di angkatannya. SBY dikenal sebagai tentara yang berotak encer. Banyak yang menganggap SBY bukan perwira tempur, melainkan perwira kantoran. Pendapat ini sebenarnya kurang tepat.
SBY besar di lingkungan Kostrad. Di tubuh korps baret hijau ini, Ia meniti karirnya dengan menjadi Dan Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad tahun 1974-1976. Yonif Linud 330 merupakan batalyon elit di tubuh Kostrad. Batalyon inilah yang menembak mati Kahar Muzzakar dalam pemberontakan DI TII di Sulawesi pada tahun 1960an. Anggota batalyon ini juga harus memiliki kualifikasi terjun payung.
Di Kostrad, karir militernya terus menanjak. Mulai dari komandan peleton, komandan batalyon hingga Komandan Brigade Infantri Lintas Udara (Dan Brigif Linud) 17 Kujang I/Kostrad.
SBY juga sempat menjadi Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995). Lalu menjadi Kepala Staf Kodam Jaya pada tahun 1996. Dilanjutkan menjadi Pangdam II/Sriwijaya pada tahun 1996-1997. SBY pun sempat menjadi Ketua Fraksi ABRI dan akhirnya menjadi Kepala Kepala Staf Teritorial (Kaster) ABRI (1998-1999).
SBY juga sempat menjajal ganasnya medan pertempuran di Timor Timur. Saat itu SBY menjadi Komandan Peleton di Yonif 305 Kostrad tahun 1976-1977.
SBY juga mengenyam berbagai pendidikan pasukan khusus di luar negeri. Sebut saja pendidikan pasukan khusus AD AS Ranger di Fort Benning. Ranger merupakan satuan elit andalan AS untuk mobilisasi pasukan secara cepat dan tepat.
Menantu komandan legendaris RPKAD, Sarwo Edhie Wibowo ini pernah juga merasakan Jungle Warfare School, Panama tahun 1983. Kursus peperangan hutan untuk pasukan elit. Selain itu SBY juga menyelesaikan Anti Tank Weapon Course di Belgia dan Jerman.
Dari segi pendidikan dan karir militer, SBY memiliki karir yang lengkap di pasukan tempur dan jabatan teritorial.
SBY meniti karir politiknya dengan menjadi Mentamben pada masa pemerintahan Gus Dur kemudian menjadi Menko Polkam pemerintahan Megawati. SBY akhirnya menjadi Presiden RI ke-6. Untuk mempertahankan kekuasaannya, kini SBY harus melawan dua purnawirawan jenderal lainnya Prabowo dan Wiranto dalam pilpres 2009. (Dari berbagai sumber). (Detikcom/x)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MLS

MLS
multi level sedekah

Mengenal Tambang Lebih Dekat

SATU JARINGAN,MULTI BISNIS!

Entri Populer