Senin, Desember 29, 2008

Negara Tanpa Polisi

Sebuah Pengantar

Sebuah masyarakat kecil dengan wilayah dan penduduknya, sekalipun memiliki pemerintahan belum disebut sebagai negara. Negara adalah sebuah wujud nyata dari sebuah komitmen dari masyarakat untuk eksis sebagai sebuah wujud kesatuan, rakyat dengan wilayahnya dan pemerintahan di depan rakyatnya, dan wilayah lain serta negara lain. Eksistensi sebuah negara terbangun dari kebersamaan rakyat dan pemerintah, dalam menjaga dan mewujudkan kehidupan masyarakat negaranya yang adil, makmur dan sejahtera. Tanpa kebersamaan tersebut maka sebagai wujud negara bisa dikatakan sudah tidak bernegara. Hal ini bisa berarti bahwa terjadi perpecahan di dalam wujud negara, bisa dari pegawai pemerintah, pegawai oknum pemerintah, rakyat ataupun negara lain dalam satu wujud negara atau dari bagian wujud negara.
Pertambahan suatu wilayah dan hilangnya suatu wilayah dari sebuah negara memiliki arti bahwa negara tersebut telah berubah dari proklamasi dirinya sebagai negara, sebagai negara yang bertambah wilayahnya maka eksistensinya akan bertambah, dan sebagai negara yang kehilangan wilayahnya eksistensinya akan berkurang. Penggabungan wilayah kesebuah negara merupakan sebuah pilihan hidup dari masyarakat wilayah yang bersangkutan. Jika hal itu memiliki konsekuensi berpisah dari satu negara dan bergabung dengan negara lain adalah merupakan perjuangan kemerdekaan bagi mereka. Sehingga dengan cara apapun sebuah negara akan berubah disaat bagian dari wujud negara berubah.
Perubahan sebuah negara selain disebabkan oleh hilang dan atau bertambahnya wilayah juga bisa disebabkan oleh kekecewaan dari rakyat. Dan hal ini berbeda dengan kekecewaan pemerintah. Kekecewaan pemerintah lebih pada sebuah kebijakan sebagai wakil dari seluruh rakyat dalam sebuah negara, jadi perkataan pemerintah adalah perkataan rakyatnya. Namun disaat perkataan pemerintah sudah tidak sebagai perkataan rakyat maka yang kecewa bukan pemerintah melainkan rakyat. Dan sebaliknya disaat itu pemerintah juga merasakan kecewa karena rakyatnya tidak mau mengakuinya sebagai wakil rakyat atau penyalur lidah rakyat (mengambil istilah di orla). Salah satu cara pemerintah agar tetap menjadi penyalur lidah rakyat adalah menggunakan pegawai pemerintah berupa polisi (terkusus polisi anti huru hara) untuk meredam aksi dan kekecewaan rakyat. Rakyat yang kecewa dan marah di balas dengan kemarahan pegawai pemerintah yang digunakan oleh pemerintah dengan kemarahan pula. Dan korban berjatuhan baik dipihak rakyat maupun dipihak pegawai. Perpecahan negara seperti ini disebut dengan konflik internal negara, yang bisa terjadi antara rakyat dengan rakyat atau rakyat dengan pemerintah. Namun sebagai sebuah negara masih utuh yaitu ada kesatuan wilayah, rakyat, dan pemerintah dan tidak bisa dibilang negara terpecah. Negara akan menjadi terpecah disaat kekecewaan itu kemudian menjadi pemberontakan, artinya rakyat yang kecewa melakukan aksi kekecewaannya itu dengan tidak mengakui pemerintahan dan mendeklarasikan pemerintahan sendiri. Sehingga ada negara di dalam negara.
Rakyat
Orang perorang yang menghuni sebuah wilayah tanpa pemerintahan tidak disebut rakyat. Jika ada sebuah pulau tidak berpenghuni dan tidak ada negara yang memilikinya maka di saat ada orang menghuni pulau tersebut dan mereka memisahkan diri dari ikatan negara mereka maka mereka bukan rakyat. Di saat mereka bertambah banyak dan mereka membentuk pemerintahan maka yang tidak menjadi pegawai pemerintah disebut dengan rakyat. Namun pengertian ini bisa jadi berbeda dan biasanya untuk menyatukan perbedaan tersebut kemudian diambillah jalan tengah dengan pengertian yang ada di dalam kamus, dan silahkan diambil. Rakyat setelah menyadari sudah memiliki negara mereka hidup berkelompok dalam sebuah masyarakat. Masyarakat paling kecil disebut keluarga, yang di dalamnya tidak ada pegawai negara atau pegawai pemerintah, mereka terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Hubungan antar keluarga bisa sebagai hubungan keluarga orang tua dan keluarga anak, dengan keluarga mertua, dengan keluarga saudara kandung, dengan keluarga sepupu, dengan keluarga ipar, dengan keluarga sepersusuan, dan juga dengan keluarga yang tidak dalam hubungan pernikahan, darah, ataupun susuan. Hubungan antar keluarga ini kemudian disebut dengan masyarakat tingkat Rt atau Dusun atau Suku. Dalam masyarakat ini ada pegawai pemerintah yang disebut dengan pegawai pemerintah tingkat terendah. Kemudian bentuk masyarakat yang lebih luas lagi berturut turut adalah masyarakat desa, kota kecamatan, kota kabupaten, kota propinsi dan negara. Dan masing masing dipimpin oleh lurah, camat, bupati, gubernur dan presiden. Ini adalah istilah yang saya ambil dari negara Indonesia.
Kekecewaan Rakyat
Dalam kehidupan bernegara di Indonesia, rakyat sebagai obyek pemerintahan dan pegawai pemerintah sebagai subyeknya. Dalam arti bahwa jalannya negara itu di kelola dan dijalankan oleh pegawai pemerintah dan sebagai penerima hasil kerja pegawai adalah rakyat. Ini adalah istilah yang langka, dalam arti bahwa bentuk kekecewaan rakyat bisa jadi berasal dari makna pemerintahan yang sudah berubah. Sehingga rakyat dijadikan subyek pelaku pemerintahan sedangkan pegawai pemerintah sebagai penikmat hasil kerja rakyat. Istilah yang terbalik ini bisa dilihat pada jaman pemerintahan Belanda di Indonesia dengan segala macam sistem yang mereka terapkan selama katanya 350 tahun, pemerintahan Jepang di Indonesia yang katanya berumur seumur jagung, 3 ½ tahun, dan jaman-jaman sesudahnya sampai saat ini yang katanya jaman setelah kemerdekaan RI menjadi NKRI atau Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bukti apa yang bisa saya berikan jika pegawai pemerintah menjadikan rakyat sebagai subyek pemerintahan?
NKRI diproklamasikan 17 Agustus 1945 dan rakyat masih berjuang sedangkan pegawai pemerintah bersenang-senang dengan mendapat berbagai fasilitas hidup sampai anak turunnya, pensiun ataupun kemudian sebagai warisan orang tuanya.
Rakyat dihadapkan dengan rakyat hasil dari perjanjian-perjanjian/keputusan yang dibuat pegawai pemerintah.
Rakyat dijadikan alasan sebagai subyek yang tidak bisa menerima perjanjian/keputusan pegawai pemerintah dan dibunuh oleh pegawai pemerintah sebagai pemberontak, dengan atau tanpa perlawanan. Dan menyerah atau kemudian mati sebagai pemberontak.
Rakyat menderita dalam pelanggaran perjanjian/keputusan yang dilakukan oleh pegawai pemerintah ataupun oknum pemerintah tidak banyak yang memperjuangkannya (utang luar negeri dll)
Rakyat melakukan perlawanan terhadap penjajah/pegawai yang tidak amanah dengan membentuk laskar-laskar tanpa meminta dan menginginkan gaji sebagaimana pegawai
Rakyat dijadikan subyek dalam PEMILU sedangkan pegawai pemerintah tidak ikut serta
Rakyat diwajibkan membayar pajak sedangkan pegawai pemerintah memakan pajak
Rakyat menuntut perbaikan ekonomi pegawai pemerintah tidak bisa memenuhi
Rakyat ingin kedamaian pegawai pemerintah tidak bisa mewujudkannya
Rakyat ingin bahagia pegawai pemerintah tidak bisa mewujudkannya

Polisi
Setiap pegawai pemerintah baik sipil atau militer adalah bagian dari masyarakat. Pemimpin dalam masyarakat baik sipil atau militer mereka dituntut menjadi pengayom rakyat. Polisi dalam hal ini tidak masuk dalam pegawai sipil dan juga tidak masuk dalam pegawai militer. Polisi keberadaannya tidak jelas, bahkan kerjanya adalah serabutan baik milik sipil dan militer dikerjakannya. Polisi sebenarnya aparat yang dibentuk untuk menertibkan, dan itu adalah sistem kolonial punya. Kenapa rakyat tidak bisa dekat dengan pemimpin karena ada polisi yang mencegahnya, polisi seolah-olah mengubah hidup bermasyarakat dalam satu negara ini dengan tata tertib. Seolah-olah jika sudah ada tata tertib dan ada polisi yang menjaga tata tertib tersebut semua rakyat diam dan patuh. Kepatuhan yang kemudian menjadikan rakyat hanya patuh jika ada polisi, dan tidak patuh pada norma bermasyarakat yang terikat bukan karena aturan tata tertib tertulis dalam undang-undang namun dalam keyakinan beragama masing-masing orang dan masyarakat.
Ditugaskan dalam tugas militer mereka para polisi berontak, dan ditugaskan dalam masyarakat sipil mereka diberontak. Tugas mereka dan hilangnya mereka tidak berpengaruh dalam kehidupan bernegara.
Polisi Militer
Mengadili para militer yang melanggar peraturan, baik di dalam institusi militer maupun diluar institusi militer. Mereka telah menempatkan diri tidak sama dengan rakyat, dengan pengadilan yang tertutup dan tidak diketahui oleh rakyat. Sedangkan institusi militer dibuat dari rakyat, sedangkan kesalahan yang dilakukan bisa berarti juga kesalahan yang bisa terulang. Namun karena tidak diberitahukan maka hukum militer hanya milik para militer, tidak untuk keluarganya sekalipun apalagi rakyat di luar keluarganya. Bahkan mereka dibunuhpun tidak ada yang tahu, karena semua dalam lingkaran yang tertutup. Lihat pembunuhan oleh orang sipil dipublikasikan dan diadili sebagai rakyat, dan untuk itu polisi militer dihapuskan agar militer sungkan bukan hanya di dalam tubuh militer untuk berbuat jahat namun juga di luar tubuh militer. Dan jangan jadikan rakyat sebagai subyek untuk melaporkan kejadian kejahatan militer kepada PM, karena militer memilih pengadilan militer. Militer tanpa rakyat tidak akan berani berperang, akan membela siap mereka berperang?. Negara tanpa rakyat juga tidak akan menjadikan utuh negara. Kembalikan pengadilan kepada lembaga pengadilan baik pelanggaran orang militer apalagi orang sipil. MK dan MA hanya satu sipil, sehingga tidak ada alasan mempertahankan pengadilan militer. Biarkan mereka memilih sebagai sipil atau memilih kembali ke tugas membela negara sebagai tugas seorang militer.
Polisi
Tugas polisi telah masuk dan memasuki pada tugas siskamling, militer untuk negara. Tugas polisi telah masuk pada tindak kejahatan yang menjadi tugas pengadilan untuk menetapkan dan memutuskan orang bersalah atau tidak. Tugas polisi mengungkap kejahatan telah berubah menjadi fitnah, karena bukti-bukti yang dibuat-buat. Sekali menyebar fitnah maka seterusnya akan menyebar fitnah. Tugas polisi lebih kejam dari penjajah, mengintimidasi, mengintai, menyiksa, dan membunuh rakyat yang dicurigai. Dan pekerjaan orang mencurigai adalah pekerjaan setan, dan tidak dengan berpikir positif dan memang tidak perlu polisi memperbaiki diri dengan akan menegakkan supremasi hukum atau akan berpikir positif atau lebih ekstrim lagi akan memperbaiki kerja polisi. Sudah cukup bagi polisi, tidak perlu lagi ada pejabat baru polisi yang dilantik bilang akan memperbaiki kerja polisi. Karena kenyataannya kerja polisi tidak bertambah baik. Silahkan keluar dari pemerintahan dan jalankan kehidupan sebagai rakyat, sebagaimana orang-orang yang kalian peras hartanya kemudian kehilangan pekerjaan dan tidak mendapatkan perhatian dari negara. Cukup bagi kalian ilmu yang sudah kalian dapat dari institusi kepolisian untuk menjalani hidup sebagai rakyat. Dan kalian pantas mendapatkan pendidikan itu geratis, dan tidak perlu uang pensiun. Karena institusi kepolisian adalah dihapus dengan tidak hormat beserta semua anggotanya tanpa adanya uang pensiun dan di cabutnya semua penghargaan kepada mereka. Dan pilihan selanjutnya adalah anda akankah mengulangi sebagai polisi, menjadi rakyat yang jahat atau menjadi rakyat yang baik dengan tanpa pesangon setelah pemecatan tidak hormat semua anggota polisi dan pembubaran institusi polisi.
Mari berjuang untuk penghapusan pajak, untuk Negara Indonesia menuju Negara Modern
From Freedom or Death
http://www.dodi-k.blogspot.com

Negara Tanpa Polisi

Pada hakikatnya arti sebuah negara adalah terbentuk karena memiliki wilayah, memiliki pemerintahan, dan memiliki rakyat yang bertekat untuk menjadi negara dan mendapatkan pengakuan dari negara lain dan dunia internasional. Pemerintahan dari sebuah negara merupakan pengemban amanah untuk menjalankan pemerintahan dari tingkat rendah sampai tingkat negara. Kekuasaan pemerintahan yang dimiliki digunakan semaksimal-maksimalnya untuk mensejahterakan rakyat. Pada zaman kolonial pemerintahan banyak menyengsarakan rakyat sehingga pemerintah membentuk badan polisi untuk mengendalikan rakyat yang bergejolak. Dan ternyata sampai saat ini polisi masih dipertahankan padahal dalam sejarah bangsa ini, rakyat adalah yang menjadi pemilik negeri ini. Dan telah konsisten untuk menjadikan negeri ini berdasarkan hukum bahkan untuk bisa didasarkan atas agama. Sehingga kesalahan dari semua anggota negara termasuk pemimpin bisa dihadapkan kepada institusi hukum atau didepan hukum agama. Dan hal ini terhalang oleh adanya polisi yang tidak memiliki hak untuk menjatuhkan hukuman dan penyelidikan, namun semua adalah dikembalikan kepada hukum di pengadilan berdasarkan saksi. Tanpa ada olah TKP, rekayasa, dan salah tangkap.
Dulu polisi banyak ditugaskan untuk menjaga obyek-obyek negara dan pemimpin negara, agar terhindar dari serangan kolonial dan pemberontak. Dan adanya polisi sekarang juga tidak lepas dari tugas itu. Dan rakyat dijadikan obyek sebagai yang dicurigai akan mengadakan pemberontakan dan pembangkangan kepada pemimpin-pemimpin negara. Sekaran polisi mengatakan sendiri repot jika menjaga pemimpin, padahal pemimpin sekarang tidak ingin dijaga karena ingin dekat dengan rakyat. Kenapa mempertahankan polisi?
Sungguh miris mengikuti kerja polisi yang tersiar dari TV, salah tangkap padahal yang ditangkap sudah dipaksa dan diinterogasi, diintimidasi apakah ini bukan pelanggaran HAM? Apakah atas nama tugas dari negara mereka terlepas dari hukum? Sebagai negara yang berdasarkan hukum semua warga negara tidak ada yang kebal hukum sekalipun Presiden. Tirulah zaman-zaman Ke nabian Muhammad saw, kekhalifahan, semua kembali kepada hukum. Di zaman Nabi Muhammad saw, beliau mengatakan seandainya Fatimah anakku mencuri maka aku akan potong tangannya. Di zaman Khalifah Ali, beliau rela menerima hasil keputusan Hakim yang memenangkan pencuri baju besinya karena saksi dari pihak Khalifah Ali tidak bisa diterima karena masih saudara dekat (anaknya sendiri). Mana pengadilan yang seperti ini di Indonesia yang diproklamasikan sejak 1945 ini? Dan mana pemimpin yang bisa seperti mereka?
Hanya pemimpin yang memiliki pandangan kedepan yang jernih yang akan mewujudkan ide ini. Dan seperti Pahlawan Ir Soekarno pernah katakan bahwa para pahlawan itu rela mengorbankan harta, dan jiwa untuk sebuah ide. Demikian pula saya berjuang untuk sebuah ide.

Freedom or Death.
http://www.dodi-k.blogspot.com

Rabu, Desember 24, 2008

NEGERI YANG DILUPAKAN OLEH NEGARA

MUTHOFAR HADI, S.Si./Mantan Presiden BEMFMIPA UNS

MAKKAH

Posting ini akan menjawab negeri yang saya maksud, meskipun secara umum negeri atau kota ini sudah dapat diketahui dalam posting Negara Lupa Negeri, dan Kebesaran Sang Pemimpin. Sebelum menjadi kota Makkah di bawah kerajaan Saudi Arabiya sekarang ini, Makkah adalah sebuah daerah yang sudah dikenal sebagai tempat pertemuan Nabi Adam as dan istrinya Hawa, sebagai tempat didirikannya Ka’bah oleh Nabi Ibrahim dan putranya. Dan sebagai tempat umat-umat sebelum datang Islam untuk berkumpul dan mempersembahkan jamuan ke ka’bah dan beribadah.

Sedangkan dalam penyebutannya Makkah disebut dalam kapasitasnya sebagai negeri, dengan pemimpin yang otonom dan tidak berada di bawah pemerintahan atau rezim tertentu. Hal ini dapat dibuktikan di saat negeri Makkah diserang oleh pasukan Abrahah dengan pasukan gajahnya. Abrahah ingin menghancurkan kebesaran dan kekuatan Makkah sebagai negeri dan tempat berkumpulnya banyak orang setiap tahunnya. Namun sekalipun Makkah tidak mendapatkan bantuan dari negeri lain, dalam arti bahwa Makkah dalam pemerintahan otonom waktu itu hanya menghadapi kekuatan Abrahah ini dengan doa. Dan keyakinan tersebut adalah sebagai wujud terjaganya ajaran yang telah dibangun di abad-abad sebelumnya. Meskipun sebagian besar mereka musrik, menyembah berhala, namun masih tersimpan keyakinan bahwa Makkah dijaga oleh Allah swt. Hal ini terbukti di saat pasukan Abrahah akan menghancurkan Ka’bah, sebagai bangunan yang diperuntukkan untuk Allah swt oleh keluarga Nabi Ibrahim, pasukan Abrahah diusir dan dikalahkan oleh burung yang datang secara berbondong-bondong dengan melempar batu yang berapi, sehingga pasukan Abrahah dapat terusir dan terkalahkan dari negeri Makkah.

Makkah menjadi terkenal di saat Sang Pemimpin menaklukkannya dengan pasukan dari Madinah, Sang Pemimpin, Muhammad saw, kemudian menjadikan negeri kedua setelah ibu kota negara Islam di negeri Madinah. Negeri Makkah menjadi negara semi otonom di bawah kepemimpinan Sang Pemimpin di negeri Madinah. Sampai kemudian dalam pesannya, sang pemimpin ingin meninggal dan dikuburkan di dekat Ka’bah, di Makkah. Maka di akhir-akhir pemerintahannya Sang Pemimpin menjalankan kepemimpinannya dari Makkah dan setelah beliau meninggal digantikan oleh Pengganti Sang Pemimpin yang bergelar Khalifah, Abu Bakar as Shidiq, Umar bin Khatab, Usman bin ‘afan, dan Ali bin Abu Thalib. Para khalifah ini memerintah dengan pusat pemerintahan sebagian besar di Makkah dengan membawahi banyak negeri-negeri yang telah memeluk Islam sebagai pilihan Sang Pemimpin yang telah menjadi keyakinan dan ajaran yang dipilih oleh banyak orang di banyak negeri bahkan sampai abad 14 H sekarang ini.

ATURAN YANG DILANGGAR

Sang Pemimpin sebelum meninggal menerangkan pilihannya, muslim mukmin, dalam bentuk agama yaitu agama Islam yang beliau sempurnakan dalam ibadah hajinya yang terakhir, Ibadah haji adalah bagian dari rukun Islam yang lima : syahadat, sholat, puasa, zakat, dan haji bagi yang mampu. Haji ini adalah dalam bentuk perjalanan seorang muslim mukmin menuju ke Ka’bah dan melakukan rukun haji sampai selesai sehingga ibadahnya bisa diterima Allah swt atau disebut haji mabrur. Di saat haji terakhirnya selesai beliau memproklamasikan bahwa pilihannya sudah sempurna, ajaran Allah swt yang diterimanya melalui wahyu sudah sempurna, “hari ini telah aku sempurnakan nikmatku untukmu, dan aku rela Islam menjadi agamamu”, dan Sang Pemimpin, Muhammad saw, bersabda “aku tinggal dua perkara untukmu, barang siapa yang berpegang teguh kepadanya, mereka tidak akan tersesat selamanya, yaitu Al Quran dan As Sunnah”.

Demikianlah perjalanan Sang Pemimpin, pilihannya dan ajarannya. Ajaran beliau ini yang kemudian disebarluaskan oleh pengikutnya termasuk oleh Pengganti Sang Pemimpin. Al Quran adalah wahyu yang disampaikan kepada rasul Muhammad saw yang kemudian di satukan dalam satu mushaf bernama mushaf al Quran yang terjaga dari kepalsuan dan kebohongan sampai saat ini 14 abad. Hanya saja dalam perjalanan para pengikutnya, mereka tidak sekuat di saat masih ada Rasul Muhammad saw, dan perjalanan pengikutnya atau kemudian disebut umat muslim telah digambarkan secara umum sampai akhir kehidupan di bumi atau disebut kiamat. Gambaran perjalanan umat muslim, yang mengikuti Rasul Muhammad saw, dan umat non muslim, yang tidak mengikuti Rasul Muhammad saw ditulis dalam wahyu Al Quran, dan perkataannya, yang disebut Al Hadist. Sedangkan aturan-aturan ibadah, muamalah, dan liku-liku kehidupan manusia diteladani dari pribadi Sang Pemimpin, Rasul Muhammad saw, baik dalam bentuk ucapan atau perbuatan yang dikenal dengan As Sunnah. Sehingga barang siapa yang mengikuti Al Quran dan As Sunnah tidak akan tersesat selamanya, sampai mereka mati, maka matinya adalah jalan menuju kehidupan kekal di surga Allah swt bersama Sang Pemimpin, Rasul Muhammad saw.

Sang Pemimpin mengatakan bahwa generasi, termasuk pemimpin, sesudah generasi Sang Pemimpin akan terus menurun, sampai suatu generasi yang generasi tersebut tidak melihat dan bertemu Sang Pemimpin tetapi memiliki keyakinan seperti Sang Pemimpin, Rasul Muhammad saw. Sehingga generasi mereka itu di katakan oleh Rasul Muhammad saw, Sang Pemimpin, lebih baik dari generasi pertamanya. Dan generasi ini juga memiliki ciri-ciri yang sudah disebutkan oleh Sang Pemimpin, ciri-ciri generasi tersebut sekarang dapat ditemukan dalam Hadist yang ditulis dan dibukukan dalam buku Hadist.

Setelah meninggalnya Sang Pemimpin, Rasul Muhammad saw, ajaran beliau menjadi ada di dalam Al Quran dan As Sunnah. Sewaktu Sang Pemimpin masih hidup ajarannya adalah dirinya, Sang Pemimpin adalah Al Quran berjalan dan As Sunnah itu sendiri. Hal yang sama telah Sang Pemimpin tanyakan kepada Pengganti Pemimpin di negeri lain, karena Sang Pemimpin ada di negeri Madinah. Dan Sang Pemimpin bertanya “apa yang akan kamu jadikan pedoman untuk mengurusi urusan umatku disaat aku tidak ada?” dan di jawab oleh Pengganti Beliau, Khalifah, dengan “Al Quran”, Sang Pemimpin “jika tidak kamu temukan?” di jawab khalifah “Sunnahmu, sunnah Rasul Muhammad saw”, Sang Pemimpin “jika tidak kamu temukan?“ di jawab khalifah “ijtihadku, dengan berdasarkan Al Quran dan As Sunnah”, Sang Pemimpin “jika tidak kamu temukan?” di jawab khalifah “ijtihat” dan Sang Pemimpin mengatakan “Benar, Benar, dan Benar” sehingga khalifah itu dilantik sebagai Penggantinya di negeri di luar Madinah.

Semasa kepemimpinan beliau juga tidak berarti bahwa beliau tidak memiliki permasalahan, permasalahan-permasalahan yang beliau hadapi itulah yang pemecahannya hadir berupa wahyu Al Quran dan As Sunnah sebagai wahyu juga. Karena Rasul, Muhammad saw tidak berbicara kecuali adalah wahyu Allah swt yang beliau terima. Sepanjang masa kepemimpinan beliau selama 23 tahun dimulai saat beliau pertamakali menerima wahyu umur 40 tahun sampai beliau wafat umur 63 tahun.

Selama 23 tahun kepemimpinan beliau di negeri Makkah, Madinah, dan meluas ke negeri tetangga bukan merupakan kehidupan yang pendek, dan bukan kehidupan yang semu atau dibuat-buat, sehingga wahyu yang diterimanya adalah nyata dari Allah swt berupa kabar gembira, berita, peringatan, sejarah, hukum, dan lainnya sesuai dengan situasi dan kondisi di saat Rasul Muhammad saw memimpin sampai sempurna menjadi Al Quran dan As Sunnah. Sehingga takdir Allah swt adalah pasti terjadi, baik berupa takdir buruk ataupun takdir baik, dan ini juga bagian dari keimanan dan bagaimana menghadapi takdir ini sudah dijalankan oleh Rasul Muhammad saw.

Sebagai manusia maka non muslim ataupun muslim juga akan mengalaminya, dan bagi kaum muslim mereka memiliki panutan yang juga sudah mengalami sebagai panduan hidup sampai mati yang sekarang ada dalam Al Quran dan As Sunnah, begitu pula non muslim. Karena kepemimpinan beliau bukan hanya untuk muslim saja, sehingga keteladanan beliau juga diteladani oleh non muslim. Pernyataannya adalah, siapa yang menjalankan jalan takdirnya seperti Rasul Muhammad saw maka dia bisa seperti Nabi Muhammad saw tidak muslim tidak non muslim tapi umum, universal. Mereka akan sama dengan jalan hidup Nabi Muhammad saw, di saat senang dia bersyukur dan di saat sedih dia bersabar. Begitulah Sang Pemimpin, Kebesarannya tidak menjadikan dia sombong, tidak menjadikan dia merendahkan orang lain, tidak memakan harta orang lain, bahkan dia dalam keadaan sempit masih bersodakoh dan menyuruh mengambil zakat bagi yang mampu berzakat, dan membagikan zakat secara merata untuk kepentingan negara dan rakyatnya, baik yang muslim ataupun non muslim sampai wafat.

Keteladanan yang bisa ditiru dari beliau adalah semua aspek kehidupan manusia, tua, muda, anak-nak, orang susah, orang senang, kaya, pejabat, rakyat, miskin dan lainnya sudah dicontohkan oleh Sang Pemimpin, Rasul Muhammad saw, dan sekarang ada di dalam Al Quran dan As Sunnah. Sehingga kepemimpinan beliau tidak hanya dilihat dari keberhasilannya mendapat pengikut yang banyak dan terus bertambah, tetapi juga dari kesabarannya menghadapi kesedihan, kesabarannya ditinggal lari pengikutnya, kesabarannya bersitegang dengan sahabatnya, keberaniannya berperang, perkataan dan perbuatan Sang Pemimpin lainnya bisa diteladani sebagai jalan hidup yang baik. Jalan hidupnya bukanlah jalan hidup manusia yang membuat rusak bumi, bukan jalan hidup yang menyesatkan, tetapi jalan hidup yang membawa kebahagiaan kekal di surga Allah swt.

Kehidupan kekal itulah yang menjadi cita-cita Sang Pemimpin, Nabi Muhammad saw dan pengikutnya dan umatnya. Umat Nabi, adalah orang yang hidup pada masa keNabian dan sesudah keNabiannya sampai kiamat. Artinya Nabi Muhammad saw adalah Nabi penutup dari semua Nabi yang pernah Allah swt beri wahyu di Bumi. Sehingga umat Nabi Muhammad saw bukan hanya yang mengikutinya, orang muslim, saja, tetapi termasuk non muslim setelah keNabiaannya adalah umatnya. Sehingga keuniversalan Al Quran dan As Sunnah tidak hanya berisi kabar gembira bagi muslim tetapi juga berisi tentang kerugian bagi orang-orang non muslim sebagai umat Nabi Muhammad saw. Orang muslim yang keluar dari Islam maka dia adalah umat Nabi Muhammad yang telah memilih kafir. Pilihannya sudah berbeda dengan pilihan Sang Pemimpin. Sehingga balasan bagi mereka yang kafir diterangkan oleh Sang Pemimpin akan menjadi penghuni neraka dan mereka kekal didalamnya.

Keberlangsungan Kepemimpinan setelah Sang Pemimpin juga mengacu kepada hal tersebut, dan apa yang ditinggalkan untuk pengikutnya yaitu Al Quran dan As Sunnah. Dan itu yang kemudian diterapkan dalam landasan kehidupan setelah Sang Pemimpin Wafat. Mulai dari proses pergantian Sang Pemimpin, mengambil zakat, sholat, haji dan muamalah di dalam negeri atau ke luar negeri termasuk perang. Kepemimpinan Pengganti Sang Pemimpin oleh sahabat-sahabatnya berlangsnung sampai ke generasi cucu-cucu beliau. Setelah itu Kepemimpinan beralih kepada generasi yang tidak pernah melihat dan bertemu langsung dengan Nabi Muhammad saw. Kepemimpinan di masa generasi cucu beliau adalah kepemimpinan yang dilupakan, dinegeri yang dilupakan, dan aturan yang dilupakan. Kepemimpinan beliau, pengganti Sang Pemimpin, cucu Sang Pemimpin, diperoleh karena pengakuan dari rakyat karena tidak mengakui kepemimpinan Negara.

Negara Islam yang sudah memiliki banyak negeri-negeri tidak diakui oleh rakyat dan pengganti sang pemimpin, cucu Nabi Rasul Muhammad saw, Hasan bin Ali bin Abu Thalib diangkat menjadi Khalifah dan berkedudukan di Makkah. Kekhalifahan Hasan ra tidak berlangsung lama, beliau diperangi oleh pemimpin Negara, dan wafat bersama keluarga, dan pengikutnya. Kemudian Kekhalifahan beralih kepada Husein bin Ali bin Abu Thalib, adiknya, yang juga diangkat oleh rakyat. Sedangkan kepemimpinan Negara diberikan oleh pemimpin sebelumnya yang secara tidak aklamasi menyatakan dirinya sebagai pemimpin pengganti Khalifah Ali bin Abu Thalib yang meninggal dunia karena luka dari pembunuhan yang tidak berhasil di saat khalifah Ali bin Abu Thalib sedang menjadi imam sholat.

Kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib selesai dan kepemimpinan Muawiyah tidak diakui secara aklamasi, termasuk penduduk Makkah dan mengangkat Hasan ra sebagai Khalifah, yang digantikan Husein ra. Permusuhan antara Kekhalifahan di Makkah dan Kepemimpinan Negara Islam berlanjut sampai terjadi peperangan yang mengakibatkan Khalifah Husein dan pengikutnya banyak yang meninggal dan menjadi tawanan Pemimpin Negara. Mereka hidup sebagai tawanan dan dilecehkan oleh Pemimpin Negara sekalipun Pemimpin Negara mengetahui bahwa sedikit dari yang ditahan adalah keturunan Sang Pemimpin, Rasul dan Nabi Muhammad saw

Pemimpin negara dan pengikutnya memilih jalan Nabi Muhammad saw tetapi tidak berperilaku seperti Nabi Muhammad saw. Dan mereka tidak bisa menjalani takdir dengan baik, namun memilih menjalani takdir dengan jelek. Semua menjalani bahwa generasi setelah Nabi adalah akan menurun, tetapi sungguh sikap Pemimpin Negara dan pengikutnya tidak bisa dijadikan contoh dan teladan yang baik. Mereka keturunan dari orang yang meminta diakui sebagai pemimpin, mereka mengangkat diri mereka sebagai pemimpin, dan melenyapkan orang yang tidak mengakui pengakuan mereka sebagai pemimpin. Mereka keturunan orang yang memaksa orang untuk mengakuinya sebagai pemimpin, dan menghukum siksa, dan mati bagi orang yang tidak mengakui pengakuannya sebagai pemimpin. Pemimpin seperti ini sama dengan dajjal yang akan memaksa orang lain untuk mengakui dajjal sebagai pemimpinnya bahkan akan membunuhnya jika tidak mengakui dajjal sebagai pemimpinnya.

Dajjal akan melakukan peperangan di bumi untuk memaksa orang mengikuti dajjal, sampai nanti Isa as akan diturunkan oleh Allah swt untuk membunuh dajjal. Dan mulailah babak baru kehidupan di bumi dalam masa kekhalifahan Isa as dan pengikut-pengikutnya termasuk Muhammad bin Abdullah keturunan Sang Pemimpin, Rasul Muhammad saw yang bergelar Al Mahdina. Masa kekhalifahan Isa as berlangsung bersama kekhalifahan Al Mahdina, dalam kurun waktu 8, 9, atau 10 tahun. Allahua’lam.

"Ketika dajjal sedang berbuat kerusakan seperti itu, Allah swt mengutus Isa bin Maryam turun di dekat menara putih di sebelah timur Damaskus dengan mengenakan pakaian dua warna sambil meletakkan dua telapak tangannya pada sayap dua malaikat. Apabila ia tundukkan kepalanya, hujan pun turun. Jika dia angkat kepalanya, maka butiran-butiran mutiara berjatuhan dari kepalanya. Orang kafir tidaklah mencium bau napasnya melainkan mati dan bau napasnya bisa dicium sejauh mata memandang. Dia mencari Dajjal sehingga ditemukannya di pintu gerbang Kota Ludd, lalu dajjal dibunuhnya. (HR. Muslim)

"Kemudian Isa bin Maryam mendatangi suatu kaum yang dilindungi oleh Allah saw dari dajjal, lalu Isa bin Maryam mengusap wajah mereka dan memberitahukan kepada mereka mengenai derajat mereka di surga. (HR. Muslim)

"Ketika Isa bin Maryam dalam keadaan begitu, Allah swt mewahyukan kepadanya “Sesungguhnya Aku telah mengeluarkan hamba-hambaku yang tidak terkalahkan oleh siapapun. Karena itu selamatkan hamba-hambaku yang shalih ke bukit.” (HR. Muslim)


Posting Lainnya
BEM FMIPA DAN BEM UNS

Posting lain http://www.muthofarhadi.multiply.com

Kebesaran Sang Pemimpin

MUTHOFAR HADI/Mantan Presiden BEMFMIPA UNS

Dalam posting Negara Lupa Negeri banyak saya tulis penyebutan Sang Pemimpin. Sang Pemimpin dalam tulisan ini adalah sama dengan Sang Pemimpin dalam judul Negara Lupa Negeri. Sang Pemimpin bukan minta untuk dipilih menjadi pemimpin, kebesaran Sang Pemimpin di dalam namanya yang terkenal, ajarannya tersebar luas, dan pengikutnya yang banyak bukan karena dia mewajibkan orang lain untuk mengikutinya.

Dia memilih, untuk tidak memaksa orang lain agar mengikutinya, dalam arti bahwa kebesarannya dalam memimpin adalah proses dari pilihannya yang panjang dan penuh perjuangan. Sehingga orang lain mengakuinya sebagai pemimpin dengan semua atribut yang kemudian melekat padanya dengan kerelaan dan kepasrahan.

Orang lain sudah memilih seperti pilihan Sang Pemimpin. Sehingga sekalipun Sang Pemimpin sudah diakui sebagai pemimpin, namun tidak membedakan kedudukan tersebut dalam kepemimpinan Sang Pemimpin. Sang Pemimpin bukan Raja yang memiliki kerajaan, singgasana, baju kebesaran dan mahkota, kemewahan harta, permaisuri dan selir, fasilitas pribadi dan kantor dinas, bahkan gaji serta pensiun. Sang Pemimpin tidak memintanya.

Kebesaran Sang Pemimpin bukan karena pengikutnya yang banyak, bala tentaranya yang pemberani, atau wilayahnya yang terus semakin luas. Kebesarannya adalah karena keberaniannya memilih.

Sehingga kebesarannya tidak pernah hilang selama pilihan itu masih ada, dalam arti orang lain yang sudah memilih seperti Sang Pemimpin masih ada meskipun mereka tidak menjadi pemimpin.

Atau sekalipun mereka menjadi pemimpin dengan tipikal kepemimpinan yang berbeda dengan Sang Pemimpin.

Sebab pilihan itu adalah sebuah sikap, yang akan mempengaruhi, sikap terhadap orang lain, sikap kepada dunia tidak terlihat manusia, dan sikap kepada lingkungannya.

Pilihan itu bisa memisahkan antara yang benar dengan yang salah, pilihan yang dulu pernah dipilih oleh orang sebelum Sang Pemimpin, dengan konsekuensi dia di asingkan, dan juga diusir dari negeri.

Pilihan yang telah menjadikan Sang Pemimpin muda dulu menangis mendengar orang yang telah menjatuhkan pilihan tersebut diusir dan mati dalam kesendirian. Pilihan yang menyebabkan hampir semua penduduk negeri memusuhinya, memusuhi mereka yang memilih seperti pilihan mereka, memusuhi pilihan seperti pilihan Sang Pemimpin.

Sang Pemimpin muda melihat, mendengar dan merasakan sendiri akan kejadian tersebut, kemudian dia banyak menyendiri melihat kesekelilingnya, matahari, bulan, langit, tetumbuhan, hewan ternak dan pilihannya.

Sang Pemimpin merasakan bahwa pilihannya untuk berbuat baik, tidak berkata bohong, menghormati orang yang lebih tua dan tetangga, meninggalkan perbuatan jahat merupakan suatu pilihan langka di negerinya.

Pilihan untuk tidak musyrik, pilihan untuk tidak munafik, pilihan untuk tidak kafir, dan pilihan untuk tidak berbuat dholim adalah pilihan yang bisa menyebabkan dirinya terusir dari negeri.

Seperti yang telah terjadi sebelum-sebelumnya.

Memang bagi orang yang belajar agama dan banyak membaca, kejadian pengusiran tersebut pernah dan sering terjadi pada diri para Nabi sebelum Sang Pemimpin ini.

Sekalipun Sang Pemimpin muda belum menjadi pemimpin namun kepribadiannya sudah diakui oleh para penduduk negeri sebagai pribadi yang baik, berasal dari keturunan yang baik, dan dapat dipercaya.

Namun pengakuan tersebut dengan seketika berubah, bukan karena pilihan Sang Pemimpin yang berubah, bukan karena kecacatan kepribadiannya, dan bukan karena asal keturunannya.

Tapi karena pilihan Sang Pemimpin sudah dengan yakin diutarakannya kepada orang-orang penduduk negeri.

Penolakan yang juga dia rasakan berasal dari dalam garis keturunan yang sama dengannya.

Sang Pemimpin adalah seorang yang lahir dalam keadaan yatim, ayahnya meninggal disaat dia masih dalam kandungan, yatim piatu di saat berumur anak-anak, dan tidak memiliki saudara kandung tetapi memiliki saudara sepupu yang banyak dan juga saudara sepersusuan.

Dia adalah putra dari Abdullah, cucu dari Abdul Muthalib yang diberinama Muhammad saw dan ibunya bernama Aminah.

Perjuangannya dalam mempertahankan pilihannya tidak berbeda dengan para pendahulu-pendahulunya, Sang Pemimpin mendapatkan pertentangan akan pilihannya tersebut dari pamannya sendiri, pemuka negeri, dan para pemuda negeri.

Pilihannya bersyahadat TIDAK ADA TUHAN SELAIN ALLAH SWT DAN MUHAMMAD SAW ADALAH UTUSAN ALLAH SWT tidak kemudian meninggalkan pilihannya untuk berbuat baik dan meninggalkan perbuatan jahat.

Dengan pilihannya sendiri dan didukung wahyu yang dia peroleh dari Allah swt itu dia kemudian mendapatkan pengakuan dari istrinya, dari saudara sepupunya, anak-anaknya, dan sedikit dari tetangga-tetangga dekatnya.

Kemudian pilihan itu menjadi sebuah keyakinan atau ajaran, orang yang mendengarnya mulai tertarik dan memilih keyakinan tersebut sebagai jalan hidup dan mengakui kepemimpinannya.

Mulailah babak demi babak kepemimpinan Sang Pemimpin, Muhammad saw, dengan menggunakan strategi-strategi guna menampung dan menyalurkan keyakinan, orang-orang yang memilihnya, agar tidak terganggu oleh penentang keyakinan Sang Pemimpin yang sudah menjadi sebuah ajaran.

Mulai dari pertemuan sembunyi-sembunyi, hijrah, negosiasi, hijrah lagi, sampai pada pilihan untuk berperang.

Perang memang menjadi suatu jalan untuk mempertahankan keyakinan Sang Pemimpin dan pengikutnya.

Perang yang terjadi karena perbedaan pilihan ajaran walaupun mereka adalah berasal dari satu negeri, satu suku bangsa, satu garis keturunan dan satu ikatan pernikahan.

Semua ikatan fisik dan batin, dengan seketika adanya jalan peperangan yang dipilih, menjadi tidak berguna untuk mencegahnya, hanya dan hanya jika salah satu melepaskan ajarannya dan mengikuti ajaran satunya sebagai jalan mencegah terjadinya peperangan.

Sang Pemimpin bukanlah orang yang takut berperang, bukan pula orang yang berbohong dan bukan pula orang yang tidak amanah.

Dia adalah orang yang amanah pada ajaran yang diwahyukan Allah swt kepadanya, orang yang jujur, dan juga orang yang pandai berperang. Dan hal ini ditauladani, sehingga kepribadian Sang Pemimpin merupakan contoh nyata bagi pengikut-pengikutnya.

Sampai akhirnya negeri yang mereka tinggalkan dahulu bisa mereka kuasai dengan pengerahan pasukan tanpa pertumpahan darah yang besar, penduduk negeri dengan kerelaan menyatakan takluk dan mengikuti ajaran Sang Pemimpin sampai saat ini. Bahkan merupakan satu negeri yang kemudian dikatakan oleh Rosul Muhammad saw, Sang Pemimpin, tidak akan bisa dimasuki oleh dajjal bersama negeri Madinah, yang menjadi pusat pemerintahan di jaman Sang Pemimpin hingga beliau wafat dan dikebumikan di negeri Makkah.

Kebesaran Sang Pemimpin yang tidak bisa dilakukan oleh pengganti-penggantinya hingga saat ini adalah, kedekatannya kepada Allah swt.

Sang Pemimpin memiliki gelar, Nabi dan Rosul, yang tidak ada Nabi dan Rosul setelahnya, karena Sang Pemimpin, Muhammad saw adalah Nabi dan Rosul terakhir sampai kiamat.

Sehingga terjadi penurunan kualitas kepemimpinan dari pemimpin ke pemimpin yang silih berganti menggantikan Sang Pemimpin.

Namun secara kuantitas ajaran Sang Pemimpin diakui, diyakini, dan diikuti oleh banyak orang dan banyak negeri sampai saat sekarang dengan silih bergantinya kepemimpinan. Lebih dari 1/3 penduduk dunia saat ini adalah muslim dan mukmin, pengikut Sang Pemimpin, Muhammad saw.

Pada kurun waktu 14 abad kepemimpinannya telah berganti dari Sang Pemimpin yang bergelar Nabi dan Rasul, kepemimpin pengganti yang bergelar Khalifah, kepemimpinan-pemimpin wilayah yang juga bergelar Khalifah sampai kemudian pada kepemimpinan lokal yang bergelar Sultan.

Kepemimpinan khalifah dan sultan saat ini sebenarnya memiliki makna kepemimpinan yang sama dengan kepemimpinan di masa pengganti Sang Pemimpin yaitu dalam bentuk khalifah. Hanya luas wilayah, kepemimpinan, hukum, dan banyak masyarakatnya sudah tidak mengakui sebagai pemimpin negeri atau negara bagi mereka. Hal ini dikarenakan wilayah sultan sudah diberikan dan melebur sebagai wilayah penyatuan dari berbagai negeri dalam bentuk negara kerajaan dan atau ada juga yang berbentuk republik atau parlementer.

Dalam negara kerajaan sultan beralih gelar menjadi raja atau tetap sebagai sultan, sedangkan dalam bentuk negara republik dan parlementer sultan ada di lembaga negara tidak fungsional namun sebagai pelestari adat dan kebudayaan dari peninggalan sultan di daerah atau wilayah masing-masing dengan atau tanpa jabatan sebagai pegawai negara. Hal ini yang terjadi di Indonesia.

Negeri Makkah, negeri Madinah hilang menjadi kota, dengan kekhasannya kota masing-masing. Negeri Yogyakarta masih dengan bentuknya yang baru sebagai gubernuran di bawah negara Indonesia. Negeri Brunei dengan bentuknya sekarang dipimpin oleh Sultan. Dan masih ada contoh yang lain dari perubahan bentuk kepemimpinan dari pengganti Sang Pemimpin saat ini. Istilah Gubernur sudah muncul pada abad sebelum terbentuknya negara-negara. Dan sampai saat ini belum ada yang mengembalikannya seperti sebelum perubahan tersebut, justru dari perubahan tersebut kemudian dilanjutkan sampai sekarang, sehingga ikatan negeri dan negara menjadi gubernuran dan negara, seperti di praktekkan saat ini di mayoritas negara di dunia.

Kebesaran negeri Makkah tidak terdengar kecuali dalam ibadah haji, kebesaran negeri Madinah tidak terdengar dan kebesaran negeri-negeri yang lainnya juga tidak terdengar kecuali banyak diantaranya menjadi kota yang dilanda perang. Kota-kota kecil maupun besar, kaya atau miskin tidak memiliki kemampuan untuk mencukupi kebutuhan sendiri, apalagi untuk membantu kota lain, begitu pula dengan propinsi. Semua kembali dan bertanggungjawab kepada negara bukan kepada rakyatnya masing-masing.

Di akhir dari posting Negara Lupa Negeri saya tuliskan judul Menemukan Pemimpin.

Dengan keberadaan negeri saat ini bisa jadi kepemimpinannya memang tidak diketahui, namun keberadaan Makkah akan menjadi titik pusat bagi kepemimpinannya selanjutnya.

Dan memang negeri-negeri yang dulu jaya sekarang dalam bentuk apapun baik itu kota atau propinsi masih dilupakan oleh negara.

Arus pajak yang hanya ke pusat negara dari semua penduduk negara, sudah seharusnya dihapuskan.

Sudah tidak jamannya lagi pemungutan pajak dilakukan negara kepada rakyat, sudah tidak jamannya lagi rakyat memeras keringat, pemimpin atau raja di jaman sekarang yang menikmati.

Dan pemberontakan karena kewajiban pajak yang dibebankan kepada rakyat oleh negara adalah sejarah nyata negeri dan negara Indonesia ini.

Sehingga jika rakyat sudah memilih maka raja raja atau pemimpin akan melihatnya, mereka tetap sebagai raja atau pemimpin atau rakyat yang akan menjadi pengganti Sang Pemimpin berikutnya. Semua orang tidak memiliki pengetahuan akan apa yang akan terjadi, kecuali kemunculan Pemimpin yang dijanjikan adalah bukan suatu ramalan tetapi janji Allah swt melalui wahyu yang diterima Sang Pemimpin sebelum meninggalkan dunia.
Wallahua’lam

Posting Lainnya :

PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN

NEGERI YANG DILUPAKAN OLEH NEGARA

PRESIDEN BEM FMIPA UNS DAN BEM UNS

Pada dasarnya perubahan kehidupan berorganisasi dalam kampus mulai semarak setelah tuntutan pencabutan NKK/BKK (Norma Kehidupan Kampus/Badan Kehidupan Kampus). Dan pengembalian organisasi seperti sebelum peraturan NKK/BKK itu yaitu ke pada otonomi organisasi mahasiswa bahkan sampai ke tingkat Senat kampus sebagai anggota. Namun kejadiannya tidak kemudian bisa dikembalikan persisi seperti itu, Organisasi mahasiswa kembali mengunakan istilah Badan Eksekutif Mahasiswa sebagai ganti senat mahasiswa, dan Dewan Mahasiswa sebagai ganti Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM). Kejadian tersebut kurang lebihnya sudah diperjuangkan sejak 1998, namun baru pada tahun 1999 dibahas oleh tim di masing-masing perguruan tinggi berupa draf Ad/ART DEMA di tahun 1999.

Dan pada akhir tahun itu di UNS dilaksanakan PEMILU pertama, pemilu untuk memilih pemimpin atau ketua mahasiswa yang akan duduk di BEM (FMIPA) UNS. Kemudian pada tahun 2000 Pemilu DEMA UNS yang menggunakan sistem distrik, dengan menggunakan pemilih di masing-masing fakultas.

PEMILU DEMA UNS. Di masing-masing fakultas para calon anggota DEMA melakukan debat terbuka di depan mahasiswa dengan jadwal dari panitia PEMILU DEMA (dibawah kontrol BPM UNS), dan masing-masing calon anggota adalah dari utusan lembaga mahasiswa yang pernah ada atau utusan lembaga yang masih eksis seperti UKM. Dari masing-masing lembaga ini mereka ingin merebutkan kursi di DEMA dari masing-masing fakultas mereka, agar lembaga-lembaga mereka bisa tetap eksis dengan akan dibentuknya DEMA dan BEM. Banyak rumor yang beredar bahwa UKM-UKM akan menjadi bawahan BEM dan DEMA, tidak bisa lagi dengan otonom meminta dana ke Universitas atau Fakultas. Begitupula dari lmebaga yang akan menempatkan orang di DEMA dari luar UKM akan mempergunakan untuk membentuk DEMA dan BEM seperti yang mereka inginkan. Dari masing-masing fakultas dipilih 4 wakil atau sesuai jumlah mahasiswanya. Di FMIPA yang baru berdiri 1997 dilakukan dengan mengambil 4 dari calon yang maju, dan begitu pula dari fakultas lain, masing-masing 4 sekalipun jumlah mahasiswanya banyak. Dan itu yang kemudian dipertanyakan oleh mahasiswa dan lembaga ekstra kampus dari keanggotaan DEMA yang terbentuk, karena tidak representatif dari semua mahasiswa waktu itu.

Periode kepengurusan DEMA waktu itu 2 tahun 2000 - 2002, dan pekerjaan pertama setelah membahas dan mengesahkan AD/ART adalah melaksanakan PEMILU BEM secara langsung, yang kemudian dilaksanakan dengan sistem partai dan terpilih Presiden SUKARNO Mahasiswa dari FE, yang juga anggota DEMA UNS yang disetujui pengunduran dirinya agar maju di pemilihan Presiden BEM UNS Pertama.

UNS memiliki Presiden pertama yang sama dengan Presiden pertama Indonesia, namanya, Sukarno.

Mungkin terinspirasi dari pemerintahan Indonesia yang Presiden pertamanya adalah Ir SOEKARNO, dia memenangkan pemilu presiden dari 3 calon (Sukarno, Ikhwan, dan Erwin Prayitno) yang ikut meramaikan bursa calon Presiden dengan masing-masing didukung partainya. Karena sekedar meramaikan dan terpilih akhirnya menjadi heboh di DEMA, karena DEMA kehilangan satu anggota DEMA.

Dan keterkejutan berlanjut di saat Sukarno memenangkan pemilu, karena benar-benar di luar dugaan. Dan Sukarno membentuk kabinet, yang ternyata banyak di soroti oleh BEM-BEM fakultas susunan kabinetnya tidak bagus dan tidak menempatkan orang-orang yang tepat dan cakap.

Pemilu DEMA dan BEM UNS berlangsung setelah Senat senat fakultas telah berubah menjadi BEM dengan pemilu, karena saya dulu termasuk antipati dengan organisasi mahasiswaBEM, saya masih berada di Himpunan Mahasiswa dan UKM KSR sehingga hiruk piruk pemilu di fakultas itu tidak banyak membuat tertarik, bahkan saya lebih banyak berdiskusi dengan calon-calon ketua BEM FMIPA tentang hubungan antara BEMF dengan HIMABIO (HMJ Biologi) yang pada saat itu 1999 - 2000 saya sebagai ketuanya.

Saya sering bersikap acuh saat ditanya tentang pemilu BEM dan kesempatan saya untuk ikut meramaikan PEMILU BEM FMIPA namun saya jawab dengan tidak, dan saya masih tetap ingin di HIMABIO, sehingga selepas dari ketua HIMABIO saya diminta oleh ketua BEM FMIPA yang terpilih Agung Kusuma Handoko untuk ikut dalam kabinetnya. Dan setelah saya pikir pikir saya kemudian mendaftar karena ketua BEM terpilih melakukan seleksi untuk memperkuat kabinet BEM FMIPA pertama di UNS atau mungkin di Dunia, ha ha ha ......Di Indonesia kali ya?

"Semoga Allah swt memberikan balasan kebaikan atas perjuangan kami semua dalam masa kepengurusan kami di BEM FMIPA UNS bersama Kusuma Agung Handoko, semoga tidak ada dosa yang kami tinggalkan."

Saya sendiri tidak tahu apakah ini BEM yang pertama atau yang keberapa karena tidak ada publikasi yang saya dengar tentang pembentukan BEM ini baik di UNS atau Universitas lain. Seolah-olah memang dunia organisasi waktu itu berawal dari UNS, para mantan aktivis sebelumnya yang membentuk SMPR di UNS termasuk ketua terpilih Kusuma Agung Handoko dan Almarhum Nova Indra Trisuarta.

Nova Indra Trisudarta adalah mahasiswa jurusan biologi, Presiden ke 2 BEM FMIPA UNS, dia meninggal sebelum selesai membentuk kabinet BEM FMIPA UNS karena terhanyut/tenggelam di sungai bengawan solo di saat membantu teman mahasiswa biologi FMIPA yang mengambil data penelitian skripsi.

"Semoga amal baiknya dibalas kebaikan oleh Allah swt, aamiin."

Pada masa saya di BEM FMIPA antara tahun 2000 - 2001 saya ketua bidang I Pendidkan dan Penalaran, dan Almarhum Nova Indra Trisudarta (ketua HIMAGI/HIMABIO pertama HMJ Biologi FMIPA UNS 1997 -1998) adalah ketua bidang II kalau tidak III. Semoga perjuangan beliau selama menjadi Mahasiswa di UNS dibalas pahala oleh Allah swt. Termasuk dalam perjuangannya di HIMAGI, BEM FMIPA UNS, dan organisai-organisai lain di luar kampus. aamiin.

Bidang Pendidkan dan Penalaran adalah nama bidang yang namanya juga saya minta sendiri kepada ketua BEM terpilih sesuai visi dan misi saya di FMIPA UNS, termasuk anggota bidangnya dengan persetujuan ketua BEM FMIPA.

Kemudian pada pemilu DEMA tahun 2000 saya dicalonkan dari FMIPA dan akhirnya mencalonkan diri juga dan duduk sebagai anggota DEMA di komisi internal, yang mengurusi keaktifan anggota DEMA dalam kerjanya jadi bisa mengusulkan ke presidium DEMA (DEMA UNS tidak memiliki Ketua) peneguran, sampai penggantian dan pengunduran diri anggota DEMA UNS dan keaktivan organisasi mahasiswa di UNS, jadi merangkap jabatan di Kabid BEM FMIPA dan DEMA UNS. Dulu aturannya yang tidak boleh merangkap jabatan adalah ketua-ketua organisasi mahasiswa. Pernah juga menjadi perdebatan, dan anggota DEMA yang lain tidak mempermasalahkannya lagi dengan rangkap jabatan saya.

Kemudian kami komisi internal/dema dalam kerja melakukan sosialisasi tentang AD/ART DEMA/BEM UNS kelembaga mahasiswa di UNS dan mahasiswa UNS. Termasuk Konsolidari lembaga mahasiswa di UNS sebelum BEM UNS terbentuk. Makanya setelah BEM UNS terbentuk mereka merindukan konsolidari dengan DEMA karena DEMA kemudian hanya berkoordinasi dengan BEM UNS.

Sehingga DEMA kembali mendapat pertentangan dari UKM dan mengatakan DEMA sudah tidak memperjuangkan UKM lagi dan mengandalkan BEM UNS.

Itulah kehidupan pertama kali DEMA, BEM di UNS. Menurutku tugasnya komisi internal paling banyak dan paling rajin jika ada rapat, sekalipun ada yang gak aktif tidak kemudian kita gunakan untuk mengajukan pemecatan kepada mereka, dan pernah juga karena tidak pernah masuk kita ajukan untuk di non aktifkan. Yang kemudian tugasnya diambil alih oleh sekretaris DEMA, Yosep Budiman. Dan untungnya sampai saya mengundurkan diri dari DEMA UNS tahun 2001 tidak ada yang digantikan karena tidak aktiv.

Setelah kepengurusan BEM 2001 sebagai Kabid I selesai saya diminta untuk maju menjadi calon Ketua BEM FMIPA, sedangkan di DEMA masih sebagai anggota komisi internal. Jika lihat ketenarannya akan lebih tenar jika saya di DEMA dan menunggu BEM UNS terjadi pergantian karena masanya hanya 1 tahun dan hampir bersamaan dengan pemilu BEM Fakultas. Namun saya melihat sekalipun kerja setahun BEM UNS seperti kerja 2 tahun, karena wajah Presidennya pernah kerja bareng di DEMA sejak dia jadi anggota DEMA UNS. kelihatannya lama sekali.

Di DEMA saya masih ingat beberapa nama Ki Bagus "adek kecil" (karena dia paling muda), Naeni (wanita yang rajin diskusi), yang sampai sekarang aku masih lupa justru temen dari FP yang tidak pernah aku lihat datang ke rapat. Di presidium ada Iwan, Yono, Yosep, Adi, si gendut Bondan, Indri, dan yang lainnya.

Akhirnya saya ikuti kemauan temen-temen mahasiswa FMIPA yang mencalonkanku menjadi Presiden BEM FMIPA, padahal dari Jurusan Biologi ada yang maju juga katanya karena aku tidak akan maju. Dan ini adalah pemilu ketua BEM FMIPA ketiga setelah Nova Indra Tri Sudarta Ketua terpilih dalam pemilu sebelumnya meninggal dunia.

Aku tidak mau pusing dengan kampanye baik dari pihakku atau yang dari Biologi, sekalipun aku mahasiswa Biologi. Dan setelah kampanye penuh dengan perdebatan dan pertengkaran lidah atau bersilat lidah akhirnya di akhir penghitungan aku dinyatakan menang mutlak, aku mendengar itu jadi gak ingat angkanya sampai sekarang meskipun pernah aku ingat saat selesai penghitungan suara.

Dan marahlah anak-anak biologi dengan mengatakan penghianat dan segala macamnya termasuk oportunis juga keluar. Dan jika botol yang maju juga akan jadi kata mereka, apalagi setelah penghitungan ternyata pemilihku banyak di bilik perempuan, rame dengan rumor manipulasi segala.

Dan benar jika kehidupan mahasiswa miniatur kehidupan negara, seperti halnya pemerintahan mahasiswa juga miniatur pemerintahan negara.

Sekalipun aku tidak sepenuhnya percaya, karena universitasnya banyak dan negaranya hanya 1, dulu, tapi boleh juga. Saya juga baikan dengan mahasiswa biologi karena bagaimanapun mereka memperjuangkan aspirasinya sebagai bagian dari mahasiswa FMIPA. Saya banyak didukung oleh pemilih dari luar biologi terutama UKM SKI yang dulu mencalonkan dan sebagai pendukung Almarhum Nova Indra Tri Sudarta. Sebelum terpilih Almarhum adalah anggota AMSKI (Anggota Muda SKI) yang dibentuk disaat ada "pertengkaran" kaderisasi (mendapatkan kader) HMI dan SKI, jika saya tidak salah ingat. Saya sendiri masih di BEM dan DEMA jadi sekedar mendengar isu, dan banyak rumar beredar setelah itu yang aku tidak tahu sekarang.

Dan ternyata setelah menjalankan pemerintahan BEM FMIPA saya diminta lagi untuk maju ke Pemilu Presiden BEM UNS, kata yang mendukungku ini, wakil dari FMIPA, dia menambahkan. Pusing juga jika terus-terusan menuruti mereka, aku marahi mereka. Kalian tidak konsekuen dulu menyuruhku maju jadi ketua BEM FMIPA sekarang minta aku maju ke pemilu BEM UNS, kalau jadi bagaimana pertanggungjawabanku ke pemilihku di FMIPA?, akhirnya mereka mengiyakan. Namun karena saya sudah banyak pengalaman kerja-kerja BEM FMIPA lebih banyak saya berikan kepada staff2 saya, namun justru karena banyak berurusan dengan masalah diluar BEM jadi sakit, dulu saya dipusingkan dengan komunis yang akan kembali lagi, yang menjadikan saya kemudian dirawat beberapa hari dan istirahat beberapa bulan di rumah. Capek memikirkan hal yang tidak tampak, seperti komunis datang lagi, karena ingin memberantasnya dilarang, ingin meninggalkannya tidak bisa. Kesalahanku lebih banyak ke luar kampus/MIPA.

Sehingga perjuangan sebagai Presiden BEM aku banyak dibantu oleh tim pengurusku, sampai aku sakitpun mereka bisa mengerjakannya sampai aku sembuh dan mereka menyembunyikan sakitku itu sehingga banyak mahasiswa dan pengurus lembaga ukm atau lso dan hmj yang menanyakanku tidak pernah di kampus atau di BEM FMIPA. Saya sendiri tidak tahu berapa lama. Tetapi tidak ada 6 bulan sepertinya, dan pertanyaan itu muncul saat selesai masa kepengurusan BEM FMIPA dalam acara pertanggungjawaban. Dan alhamdulillah saya dan teman-teman diterima pertanggungjawabannya sebagai Presiden dan Pengurus BEM FMIPA UNS periode 2001 - 2002.

Terimakasih teman-teman semoga Allah swt membalas perjuangan kalian dengan kebaikan, dan mahasiswa FMIPA UNS dan lembaga lain yang bekerjasama dengan kami dari UNS ataupun luar UNS mendapatkan manfaat dari kepengurusan kami.

Semoga Allah swt membalas kebaikan dan perjuangan kalian. Aamiin.

Dan saya juga bersyukur bisa berjuang di DEMA UNS, UKM KSR UNS dan lembaga eksternal kampus KAMMI, semoga perjuangan ku bersama mereka dan diluar lembaga kami tersebut dibalas kebaikan dan pahala oleh Allah swt. Aamiin.

Salam Reformasi

by
Muthofar Hadi, S.Si.

Senin, Desember 15, 2008

Polisi di Indonesia

Kecilku
Aku dibesarkan dengan didikan dalam masyarakat yang majemuk. Petani, pedagang, guru, polisi, tentara, semua sudah aku kenal sejak kecil. Aku suka polisi sewaktu kecil, bahkan suka ingin jadi the CHIPs.

Sekarang
Boleh orang bilang suka atau tidak dengan saya, tapi beberapa bulan lalu dalam T&J di Answer.Yahoo.com saya sempat bertanya "Bubarkan Saja Polisi".

Melihat rekaman marahnya SBY di Istana saya kemudian melihat kepemimpinan ini sedang goyah. Dan dalam rekaman tersebut tidak diperlihatkan yang menjawab pertanyaan Presiden.

Hari Ini
Polisi menurut saya tidak perlu karena alasan mereka sendiri yang tidak mau kerja, mereka bekerja karena ada laporan (lihat di TV, sumbernya) dan mereka mempunyai slogan "Pengayom Masyarakat" yang sebenarnya adalah slogan pemimpin.

Mereka adalah aparat bukan pemimpin.

Akibat yang saya lihat polisi banyak berperan dalam penarikan pajak kepada rakyat yang semestinya PAJAK HARUS DIHAPUSKAN.

Polisi juga menjadikan pemimpin di tingkat rendah sampai tinggi tidak berkutik karena setiap ada perkara kembali dulu ke polisi.

Agar trias politica berjalan bubarkan polisi dan bebaskan pajak.

Berdayakan pemimpin di tingkat rendah sampai tinggi tanpa polisi. Dan dampingi setiap pemimpin ditingkat rendah sampai tinggi dengan hakim sehingga hukum ditegakkan dimana ada pelanggaran. Tidak mesti kepolisi dulu.

Lihat presiden tidak bisa menangani demonstrasi karena mengharapkan peran polisi.
Dan hukum sedang dan sedang berjalan tanpa henti karena mengharapkan proses di polisi.

Cukup bagi polisi, kembalikan hukum kepada hakim dan pengadilan. Keputusan hakim adalah mutlak.

Habiskan peran polisi dari hukum dan tindak kejahatan. Jadikan sumber hukum kepada kitab hukum bukan polisi.

Sekalipun mereka dibubarkan mereka menganggur mereka adalah pengangguran yang tahu hukum jadi tidak usah kawatir.

Setiap kejahatan oleh siapapun kembalikan ke pengadilan dan keputusan hakim.

Merdeka untuk Indonesia

Negara Lupa Negeri

Negara dan Negeri

Negeri dalam sejarah Bangsa adalah sebuah daerah dengan wilayah yang kecil dan berpenduduk sedikit dan memiliki pemimpin. Pemimpin Negeri pada awalnya seperti Raja, memiliki otoritas yang tinggi. Kemudian karena ketekunannya belajar dia menjadi Pemimpin bukan Raja.

Kepemimpinannya membawa negerinya damai, terbebas dari serangan negeri lain, makmur dan sejahtera.

Pemimpin negeri juga memiliki hubungan baik dengan negeri-negeri tetangga. Bahkan dari utusan-utusan yang dia utus menambah lebar wilayahnya, karena negeri-negeri lain berkeinginan untuk menggabungkan diri. Kebesaran negeri sang pemimpin pun melegenda, sehingga negeri-negeri kecil di bawah imperium yang ada kemudian banyak yang bergabung dengan negeri Sang Pemimpin.

Kejadian ini membuat Imperium marah dan mengadakan serangan kepada negeri Sang Pemimpin, bertahun-tahun mereka saling menyerang dan berperang, hingga Sang Pemimpin Wafat.

Imperium itu masih melakukan peperangan. Namun Sang Pemimpin sudah mengatakan kepada kerabatnya bahwa di masa kepemimpinan kalian imperium itu akan kalian kuasai.
Di saat kemakmuran di negeri Sang Pemimpin meluas ke negeri lain kepemimpinannya berakhir karena Sang Pemimpin meninggal, dan terjadi sedikit ketegangan untuk memilih pengganti Sang Pemimpin sampai sekarang.

Namun para kerabat sudah memilih dan pilihannya kemudian di akui oleh semua rakyat sehingga tidak ada lagi pertentangan. Ketika itulah imperium dapat ditaklukkan. Sehingga Negeri sang pemimpin menjadi Negara yang membawahi banyak negeri.

Sang Pemimpin yang Hilang

Kepemimpinan negara di negeri Pengganti Sang Pemimpin tidak beralih dari negeri awal dari Sang Pemimpin. Kepemimpinan Negara juga dikendalikan dari Negeri, yang membedakan adalah luas Negara tidak seperti Negeri.

Karena Negara membawahi banyak negeri maka negeri-negeri itu dinamakan dengan nama tersendiri termasuk negeri awal mula Sang Pemimpin.

Lama berlangsung keberadaan Negeri semakin tidak jelas, bahkan hilang ditelan kemewahan dan kemegahan pembangunan oleh Pengganti Sang Pemimpin yang terus melakukan pembangunan dan Hutang untuk membangun katanya.

Sampai-sampai terjadi banyak pemberontakan di beberapa negeri sehingga Negara tidak lagi berekspansi namun mengamankan keamanan negara dari perpecahan.

Negeri tempat SangPemimpin masih aman-aman saja karena mereka mewarisi tradisi dari sang pemimpin, berbeda dengan negara yang sudah bercampur dengan tradisi dari negeri-negeri yang bergabung atau ditaklukkan.

Sayang keberadaan negeri ini tidak menjadi sumber penyelesaian namun negara mengambil jalan penyelesaian sendiri. Akhirnya lambat laun negara banyak mengalami hutang dan kerugian akibatnya banyak negeri-negeri yang kelaparan, dan tidak produktif lagi.

Kepemimpinan yang Hilang

Sistem pemerintahan yang dikatakan lebih baik dari pemerintahan negeri dan disebut pemerintahan negara dielu-elukan, dan tidak ada yang boleh mengatakan pemerintahan negeri lebih baik dari pemerintahan negara.

Dan terbentuklah aparat-aparat negara yang menjalankan perintah tersebut. Setiap pergantian pemimpin negara mereka juga berganti orientasi karena setiap pemimpin memiliki keinginan yang berbeda.

Meskipun hal tersebut menjadikan pertumpahan darah antara aparat dan rakyat. begitulah perjalanan negara sampai sekarang dan negeri pun merasakan keprihatinan untuk mengembalikan kejayaan dan kemakmuran negeri dalam konteks negara.

Negeri memang tidak ada pertumpahan darah, dan cekcok. Penuh kedamaian, dan kesabaran karena mereka juga ikut merasakan kemiskinan sepertihalnya negeri-negeri di bawah negara.
Namun mereka tidak memiliki pilihan yang banyak karena kepemimpinan terus-terusan diperebutkan antar pemimpin di tiap-tiap negeri untuk menjadi pemimpin negara.

Bahkan ada yang mengatakan tidak menginginkan pemimpin dari yang bukan negerinya segala. Dan ada juga yang berbohong seperti itu untuk menjatuhkan negeri yang lain. Ya begitulah keadaan negara disaat kepemimpinan negara sedang diperebutkan.

Menemukan Pemimpin
Ternyata Sang Pemimpin yang telah meninggal meninggalkan anak sampai keturunan yang tidak diketahui, bahkan banyak dari warga tidak mengetahui akan keberadaan keturunan Sang Pemimpin. Silsilahnya sudah terputus. Namun kepemimpinannya sudah terlihat sebagai dirinya sendiri bukan diri sang pemimpin. Sehingga dia besar dan terkenal sebagai dirinya sendiri. Memang orang yang baik meninggalkan keturunan yang baik.

jangan GR ya.
Bukan Saya.

link terkait
http://dodi-k.blogspot.com/2008/09/pemimpun-dan-kepemimpinan.html
http://dodi-k.blogspot.com/2008/10/kota-dan-dunia.html

Jumat, Desember 12, 2008

Undangan ke Unram

SID ID No. 16/22can/p2008 Wednesday, November 4, 2008

Muthofar Hadi

RT 50 Gerselo, Kelurahan Patalan, Kec. Jetis, Bantul

Yang terhormat Bpk/Ibu/Sdra/Sdri Muthofar Hadi

BEASISWA SUMMIT 2008

INVITATION TO INTERVIEW TEST

Atas nama Summit Institute for Development (SID), kami mengucapkan selamat atas terpilihnya anda untuk mengikuti proses seleksi tahap berikutnya. Adapun tahap seleksi yang telah anda lalui adalah sebagai berikut;

  1. Periode Penerimaan Surat Lamaran
  2. Periode Initial Screening
  3. Periode Analyses Content
  4. Periode Rating
  5. Periode Reference Verification

Melalui surat ini, kami bermaksud mengundang anda sebagai salah satu kandidat dari 22 kandidat untuk mengikuti Proses Seleksi Tahap Akhir yaitu Tes Interview untuk memilih 2 calon penerima program Beasiswa SUMMIT 2008.

Tes interview akan dilaksanakan oleh Tim Seleksi Bersama SID – Universitas Mataram. Berikut adalah lokasi dan jadwal tes Anda.


Interview Test [ Tes Wawancara ]

Tanggal : 13 November 2008

Waktu : 09.00 - 09.45

Lokasi Tes : Pusat Penelitian Bahasa dan Kebudayaan (P2BK)

Universitas Mataram

Jl. Pendidikan No. 37 Mataram

Phone: (0370) 623207

Interview Test / selection bertujuan untuk melihat ranking anda berdasarkan criteria sebagai berikut:

* Motivasi

* Pengetahuan Umum dan pengetahuan khusus bidang yang digeluti/minati

* Kemampuan dalam menjelaskan hubungan antara studi yang direncanakan dengan pekerjaan saat ini dan yang akan datang [masa depan]

* Kapasitas untuk melaksanakan penelitian/studi

* Kapasitas lain seperti kepemimpinan dan kemampuan berkarya dimasyarakat

Berikut adalah beberapa hal yang harus anda bawa dalam mengikuti proses Seleksi Wawancara / Interview Test:

* Ijazah dan Transkrip Nilai Asli

* Bukti Identitas Diri sesuai dengan yang tercantum dalam lamaran

* Bukti Pendaftaran dan Penerimaan dari Universitas Mataram [ jika sudah mulai kuliah]

* Bukti korespondensi dengan Calon Pembimbing

* Bukti artikel / tulisan ilmiah yang pernah dibuat

Semoga Anda sukses dalam menjalani tes tersebut.

Hormat Kami

Mandri S. Apriatni

Chief Secretary

Summit Institute for Development (SID)

Note:

Anda harus mengingat Nomor SID ID anda (tertera pada amplop / di awal surat), jika anda menghubungi ADS untuk informasi lebih lanjut. Harap anda secepatnya mengkonfirmasi penerimaan surat ini ke kantor P2BK (Att: L. Azra’i Gazali) via fax /telepon 0370 - 623207 maupun email ke beasiswasummit@gmail.com

Tanggal dan lokasi tes tidak dapat diubah maupun ditunda. Ketidakhadiran Anda pada tes tersebut mengindikasikan bahwa lamaran Anda dianggap gugur.


Ada apa dengan beasiswa SUMMIT???

Hari ini saya browsing diinternet dan kembali mengamati pemberi informasi penerimaan beasiswa di mataram S2 kerjasama SUMMIT dengan lembaga UNRAM.
Ini adalah web dari pemberi informasi beasiswa.

http://www.sksebayang.web.ugm.ac.id/

Setelah saya baca, kurikulum vitaenya meyakinkan namun disaat mengklik

Summit Institute for Development

di bagian atas ternyata adalah web http://indonesia.mercycorps.org/


Sedangkan saya sendiri telah mengikuti wawancara terakhir di unram dan diberitakan akan diumumkan pertengahan bulan desember ini. Tetapi dari data tersebut saya jadi tidak yakin akan adanya summit dan yang namanya susi ini.

Bagi yang berkepentingan terhadap hal ini silahkan melakukan konfirmasi.


MLS

MLS
multi level sedekah

Mengenal Tambang Lebih Dekat

SATU JARINGAN,MULTI BISNIS!

Entri Populer