Jumat, Juni 24, 2011

Bimbingan Islam dalam Mengabadikan Orang Besar


Barangkali akan ada orang bertanya:
Apakah tidak memenuhi suatu maksud umat, untuk mengembalikan sebagian keindahan yang pernah dicapai oleh orang-orang besar kita, yang telah berhasil mengisi lembaran sejarah yang berharga itu, lantas para pembesar itu diabadikan dalam bentuk patung, agar menjadi peringatan generasi berikutnya terhadap jasa-jasa, dan keunggulan yang pernah mereka capai? sebab peringatan bangsa itu sering dilupakan dan pertukaran malam, dan siang itu sendiri sebenarnya yang membawa lupa.

Untuk menjawab persoalan ini, perlu dijelaskan, bahwa Islam sama sekali tidak suka berlebih-lebihan dalam menghargai seseorang, betapapun tingginya kedudukan orang tersebut, baik mereka yang masih hidup ataupun yang sudah mati.

Rasulullah s.a.w. pernah bersabda:
"Jangan kamu menghormat aku (saw) seperti orang-orang Nasrani menghormati Isa as bin Maryam, tetapi katakanlah, bahwa Muhammad (saw) itu hamba Allah swt dan RasulNya." (Riwayat Bukhari dan lain-lain)
Mereka bermaksud akan berdiri apabila melihat Nabi, sebagai suatu penghormatan kepadanya, dan untuk mengagungkan kedudukannya.

Cara semacam berdiri dilarang oleh Nabi dengan sabdanya:
"Jangan kamu berdiri seperti orang-orang ajam (selain Arab) yang berdiri untuk menghormat satu sama lain." (Riwayat Abu Daud dan Ibnu Majah)
Beliau pun memberikan suatu peringatan kepada umatnya, sikap yang berlebih-lebihan terhadap kedudukan Nabi saw sesudah beliau mati, maka bersabdalah Nabi sebagai berikut:
"Jangan kamu menjadikan kuburku (saw) ini sebagai tempat hari raya." (Riwayat Abu Daud)
Dan dalam doanya kepada Tuhan swt beliau mengatakan:
"Ya Allah! Jangan engkau jadikan kuburku sebagai berhala yang disembah." (Riwayat Malik)
Ada beberapa orang datang kepada Nabi s.a.w., mereka itu memanggil Nabi saw dengan kata-katanya:
"Hai orang baik kami dan anak orang baik kami, hai tuan kami dan anak tuan kami."
Mendengar panggilan seperti itu, Nabi saw kemudian menegurnya dengan sabdanya sebagai berikut:
"Hai manusia! Ucapkanlah seperti ucapanmu biasa atau hampir seperti ucapanmu yang biasa itu, jangan kamu dapat diperdayakan oleh syaitan. Saya adalah Muhammad (saw), hamba Allah swt dan pesuruhNya. Saya tidak suka kamu mengangkat aku lebih dari kedudukanku yang telah Allah swt tempatkan aku." (Riwayat Nasa'i)
Agama ini (Islam) pendiriannya dalam masalah menghormat orang, tidak suka seseorang itu diangkat-angkat seperti berhala yang didirikan, dengan biaya beribu-ribu, supaya orang-orang memberikan penghormatan kepadanya.

Banyak sekali material yang dimasukkan oleh penganjur-penganjur kebesaran, dan juru kunci tempat-tempat bersejarah melalui pintu orang-orang atau pengikut, dan pengekornya yang telah mampu mendirikan berhala ini. Dengan begitu, maka pada hakikatnya mereka ini telah menyesatkan rakyat (umat Muhammad saw) dengan menggunakan orang-orang besar yang jujur itu.

Keabadian hakiki yang dikenal di kalangan umat Islam hanyalah Allah swt, yang mengetahui segala yang rahasia dan tersembunyi, yang tidak sesat dan tidak lupa. Sedang kebanyakan para pembesar yang namanya diabadikan di sisi Allah swt adalah orang-orang yang tidak begitu dikenal oleh manusia. Hal ini justru karena Allah swt suka kepada orang-orang yang baik, taqwa dan tidak perlu menampak-nampakkan kepada orang lain. Mereka ini apabila datang tidak dikenal, dan apabila pergi tidak dicari.

Sekalipun keabadian itu sangat perlu bagi manusia, tetapi tidak mesti dengan didirikannya patung untuk orang-orang besar, yang perlu diabadikan tersebut. Cara untuk mengabadikan yang dibenarkan oleh Islam ialah mengabadikan mereka itu ke dalam hati, dan lisan, yaitu dengan menyebut kesuksesan perjuangan mereka, dan peninggalan-peninggalan yang baik-baik, yang ditinggalkan untuk generasi sesudah mereka.

Dengan demikian mereka itu akan selalu menjadi sebutan orang-orang belakangan.
Rasulullah s.a.w. sendiri dan begitu juga para khalifah ra (khulafaurrasidin) dan pemuka-pemuka Islam lainnya, tidak ada yang diabadikan dengan berbentuk materi, dan patung-patung yang terbuat dari batu yang dipahat.

Keabadian mereka itu semata-mata adalah karena sifat-sifat baiknya (manaqibnya) yang diceriterakan oleh orang-orang dulu (salaf) kepada orang-orang belakangan (khalaf) dan yang diceriterakan oleh orang-orang tua kepada anak-anaknya.

Sifat beliau itu tertanam dalam hati, selalu disebut dalam lisan, selalu mengumandang di majlis dan klub-klub serta memenuhi hati, walaupun tanpa diwujudkan dengan patung dan gambar.

Halal dan Haram dalam Islam
oleh Yusuf Qardhawi

Sabtu, Juni 11, 2011

SBY Berbohong Mengenai Presiden RI ke-8


Pidato kali ini sungguh menyakitkan. Pertama ada forum pemimpin muda Indonesia, namun aku tidak diundang (bercanda). Kedua Presiden RI memperkenalkan dirinya dengan menyebut namanya SBY dan merupakan Presiden ke-6 RI yang terpilih pada PEMILU Presiden 2004 dan 2009.
Pertama tentang forum pertemuan pemimpin muda Indonesia. Saya menyayangkan, akan tidak adanya transparansi bagi mereka yang diundang dalam forum tersebut. Siapa saja mereka, mewakili anak buah/bawahan siapa saja, dan mereka telah memimpin siapa?
Forum tersebut menurut saya sunguh tidak jelas. Berbeda misalnya mereka yang hadir dijelaskan terlebih dahulu, misal Ms. A mewakili pemimpin muda dari Partai A, Ms. B pemimpin muda dari lembaga B, dan sebagainya.
Ini bagi saya, saya anggap sebuah “image building” yaitu membuat pencitraan. Pertama membuat citra bahwa SBY diterima diforum pemimpin muda Indonesia. Dan ini akan membuat persepsi bahwa pemuda-pemuda yang di luar forum tersebut, yang memberikan kritik kepada SBY, bukanlah calon-calon pemimpin Bangsa RI ke depan. Kedua, membuat citra bahwa Indonesia sudah memiliki pemimpin-pemimpin muda, yang sekarang duduk dalam forum pemimpin muda Indonesia. Sehingga nantinya jika ada pemimpin muda di luar forum tersebut, akan mudah ditolak.
Kedua tentang pidato SBY yang dimulai dengan memperkenalkan diri, karena ketua panitia sebelumnya juga memperkenalkan diri. Ini sebuah lelucon yang tidak pada tempatnya. Di dalam Negerinya sendiri, di forum yang katanya forum pemimpin muda Indonesia.
Susilo Bambang Yudhoyono, sudah dua periode sedang menjabat sebagai presiden RI memperkenalkan bahwa namanya adalah SBY. Saya menganggap Presiden RI SBY ini baru membuka topengnya, bahwa dia adalah SBY, namun yang sebenarnya adalah Susilo Bambang Yudhoyono.
Jangan lupakan peristiwa inisial nama itu ada karena adanya kejahatan atau sesuatu yang disembunyikan. Misal Mr. A yang disebutkan oleh salah seorang kader Partai Demokrat, yang berarti bahwa, inisial Mr. A meskipun tidak dibuat oleh Polisi namun memberikan arti bahwa Mr A adalah seorang yang merugikan Partai Demokrat, terlepas Mr A itu ada atau tidak.
Susilo bambang Yudhoyono membuat namanya sendiri dengan inisial SBY, dan memperkenalkan hal itu di pidato yang ditayangkan TV, sehingga bisa dikatakan diperkenalkan secara umum. Yang membuat inisial SBY adalah Susilo Bambang Yudhoyono sendiri, dan tentu ini topeng yang artinya bahwa ada sesatu dibalik inisial SBY ini. Dan sesuatu itu adalah sebuah kesalahan tentunya.
Kesalahan Mr. SBY (inisial) adalah menyatakan dirinya sebagai Presiden RI ke-6. Mr. SBY dengan mengatakan dirinya sebagai Presiden RI ke-6 berarti telah melakukan kebohongan publik. Karena sampai saat ini tahun 2011 dari sejak kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, sudah ada 8 Presiden. Selain kebohongan publik, Mr berinisial SBY sudah membuat sejarah palsu, atau menyelewengkan sejarah RI.
Saya urutkan satu persatu Presiden RI (Republik Indonesia):

Presiden RI 1. Ir Soekarno
Presiden PDRI (RI) 2. Mr Syafruddin Prawiranegara tanggal 22 Desember 1948 hingga 13 Juli 1949
Presiden RI 3. Mr Assaat periode 27 Desember 1949 hingga 15 Agustus 1950, setelah Konferensi Meja Bundar (KMB)
Presiden RI 4. Letjend. Soeharto
Presiden RI 5. BJ Habibie
Presiden RI 6. Gus Dur
Presiden RI 7. Megawati Soekarnoputri
Presiden RI 8. Letjend (Purn) SBY
Dan saya menilai MPR perlu sidang istimewa atas kesalahan Mr berinisial SBY yang sedang menjabat Presiden RI dan memberhentikannya sebagai Presiden RI dengan alasan:
1. Melakukan Kebohongan Publik
2. Memalsukan Sejarah RI
3. Tidak menghargai jasa Pahlawan Mr Assaat sebagai Presiden RI ke-3 di masa RIS
Semoga artikel ini bisa bermanfaat. Aksi bersama untuk menurunkan SBY, apabila MPR RI tidak mampu menjalankan tugasnya sebagai mandataris rakyat RI. Saya minta kepada Tuhan (ALLAH SWT) agar memberikan keajaiban bagi NKRI.

Senin, Juni 06, 2011

Surat Terbuka Mengkritik Hukum Pancasila




Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Kasihan Bung Karno, dia sebenarnya adalah manusia biasa. Dia sendiri mengakui bahwa dia hanya menggali Pancasila. Sesungguhnya kasihan Ir Soekarno, karena namanya disebut-sebut sebagai Bapak Bangsa RI, namun meninggal dalam kesedihan (imperialisme) NKRI.

Beliau di saat-saat akhir kekuasaannya, sudah memberikan sebuah pelajaran, bahwa dirinya tidak memiliki ajaran yang sempurna. Bagaimana ajarannya dikatakan sempurna padahal beliau hanya menggali, dan menyesuaikan dengan kondisi bangsanya. Hingga beliau merubah-rubah kebijakan di dalam negaranya yang beliau pimpin yaitu NKRI.

Beliau sendiri di akhir kekuasaannya pada tahun 1965 M, ditolak pertanggungjawabannya sebagai Presiden RI (mandataris MPRS RI). Beliau, diperalat oleh orang-orang yang ingin berlindung dibalik nama besar Soekarno. Beliau, Soekarno hanya sebagai alat, alat untuk mendapatkan kekuasaan. Sehingga nama beliau (Ir Soekarno), dan perkataan beliau, dinamakan ajaran Soekarno, yang luhur.

Padahal Beliau sendiri adalah orang yang beragama, dan sebagai sesama orang beragama, tentu akan mendahulukan ajaran agamanya. Setelah dilaksanakan agamanya, ternyata pelajaran dari Ir Soekarno adalah bersifat insidental. Tepat pada waktunya, dan menjadi sesat diwaktu yang tidak tepat.

Beliau mengajarkan BERDIKARI, JASMERAH, NASAKOM adalah tepat pada waktunya, namun menjadi bumerang kepada pelaksana yang tidak bisa menggunakannya. Ajaran beliau ini adalah merupakan juga berasal dari ajaran Muhammad saw, meskipun tidak semua ajaran Bung Karno adalah dari Muhammad saw.

Manusia tidak ada yang sempurna, dan sekarang kita lihat.Sebagai orang yang beragama islam, sekarang beliau dibuat patung. Apakah ini ajaran Bung Karno, membuat patung manusia?

Kita lihat, tugu selamat datang, di Jakarta, ada patung manusianya. Dan sampai saat ini, orang Islam juga seperti Bung Karno, tidak ada yang meminta dibuat patung, namun tidak ada larangan membuat patung di dalam ajaran Soekarno dan Pancasila. Sehingga masih banyak patung yang di buat, dan menunjukkan bahwa patung itu adalah sosok Pahlawan Bangsa Republik Indonesia, seperti Ir Soekarno (muslim), Jenderal Soedirman (muslim), Muhammad Hatta (muslim).

Dan sebuah kewajaran di saat ada yang menyimpulan bahwa Republik Indonesia adalah sebuah NEGARA KAFIR, yaitu KUFUR dari menjalankan perintah Tuhan dalam ajaran ISLAM. Meskipun masih ada ulama Islam yang membela RI yang sudah dikatakan KAFIR oleh umat Islam.

Saya tidak akan membela Soekarno, agar patungnya dihilangkan, namun saya akan membela agama saya, Islam. Karena membuat patung manusia bagi umat Islam adalah menjalankan larangan Tuhan. Artinya manusia dengan sengaja berbuat dosa, dan dibiarkan hingga dibenarkan berbuat dosa, di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini.

Ajaran apa yang Soekarno ajarkan adalah semu dan tidak layak untuk ditiru, SEMUANYA, seperti halnya membuat patung manusia sebagai milik bersama Bangsa RI, dan juga milik umat Islam. Sayang beliau sudah meninggal, sehingga tidak bertemu dengan generasi di RI, yang seperti saya.

Saya sendiri tidak pernah ketemu dengan Ir Soekarno, namun pernah melihat beliau dalam film-film dokumenter. Dan saya juga tidak membantah bahwa beliau adalah seorang muslim, karena beliau dimakamkan secara islam, paling tidak saya pernah ke makam beliau di Blitar. Dan melihat makamnya, seperti halnya umumnya orang islam yang dimakamkan. Serta beliau juga pernah berpidato bahwa beliau bukan seorang komunis, namun beliau adalah seorang muslim.

Sebagai seorang muslim, beliau sangat mengidolakan Nabi Muhammad saw, dan beliau juga sebenarnya tidak menginginkan untuk ditiru. Apalagi sebagai seorang muslim beliau punya sunnah, atau ajaran bahwa orang yang pantas untuk ditauladani/ditiru adalah Muhammad saw.

Beliau sendiri pernah berpidato tentang Ajaran Marheinisme, yang dia anggap bukan sebagai ajaran beliau. Namun sebagai pengejawantahan dari pemikiran nasionalisme, islam dan komunisme yang beliau pelajari dan kemudian beliau praktekkan di Indonesia.

Ajaran Marheinisme adalah sebuah teori untuk menjalankan sebuah proyek yang menggunakan pendekatan dari pemikiran Bung Karno. Dan tidak ada paksaan untuk menjalankan itu, di saat Bung Karno sudah tidak ada, terlebih lagi.

Hal ini berbeda dengan kepemimpinan Muhammad saw, yang kepemimpinannya, serta ketauladanannya adalah bersifat seterusnya/tidak terbatas waktu. Dan apabila menjalankan sesuai yang diperintahkan Tuhan, serta menjauhi larangan Tuhan dengan meniru/menauladani Muhammad saw adalah sebuah jalan yang lurus, dan selamat dunia akhirat.

Ajaran Bung Karno tidak layak dibandingkan dengan ajaran Muhammad saw, karena ajaran Muhammad saw adalah berupa agama yang universal. Sedangkan ajaran Bung Karno adalah bersifat insidental serta lokal. Dan itupun tidak berhasil membawa lokal serta insidental saat/waktu itu menjadi sebuah kesejahteraan bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Saat ini Presiden SBY dan banyak dari pemimpin serta wakil rakyat di RI menginginkan kembali kepada PANCA SILA. Namun hal ini tidak membuat yang jumlahnya sedikit seperti saya untuk mundur, dan mengikuti begitu saja ajakan mereka (SBY CS).

Saya menginginkan seperti apa yang ingin saya kemukakan berikut ini atas apa yang ada di RI saat ini (ERA SBY jilid II 2011, Juni) :

1. Sebagai seorang muslim, saya ingin nama baik Islam dan ajaran Islam dikembalikan, dengan cara menjalankan ajarannya.

2. Ada payung hukum dari Negara RI, untuk kaum muslim di RI menjalankan syariat Islam. Baik di dalam lingkup pribadi, lingkungan keluarga, masyarakat, maupun negara.

3. Membuat sebuat kebijakan umum yang mengikat antara umat muslim dengan non muslim berkaitan dengan syariat-syariat yang berhubungan dengan urusan bersama. Seperti membuat patung manusia, atau tokoh bangsa, yang dijadikan sebagai monumen/tugu/patung, meskipun tidak disembangyangi, namun hukumnya dalam islam adalah HARAM.

4. Tidak ada pajak bagi umat Muslim untuk dibayarkan kepada Negara, namun Negara berhak untuk memaksa warga muslim membayar zakat bagi yang mampu. Dan dalam pelaksanaan menggunakan zakat yang dikumpulkan oleh Negara dilaksanakan dengan transparan.


Saya hanya mengingatkan, bahwa ini adalah ajaran agama saya. Namun apabila peringatan ini tidak diindahkan, maka pelaksanaan PANCA SILA yang masih menjajah saya sebagai umat Islam, apabila dijalankan, maka saya kembalikan kepada Tuhan, karena hidup dan mati manusia ada ditangan Tuhan.

Saya bersyukur bisa menyampaikan ini, dan hidup saya bukan untuk memperjuangkan tegaknya PANCA SILA di Indonesia. Namun hidup saya untuk Allah swt.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

MLS

MLS
multi level sedekah

Mengenal Tambang Lebih Dekat

SATU JARINGAN,MULTI BISNIS!

Entri Populer