Senin, September 28, 2009

2 Oktober 2009 Hari Batik dan 44 Tahun Hari Kesaktian Pancasila

Hari Kesaktian Pancasila adalah hari dimana tanggal 1 Oktober disebut sebagai hari nasional  mengingat pengorbanan 7 Pahlawan Revolusi yang gugur dalam penganiayaan oleh oknum-oknum militer/rakyat Indonesia atas nama PKI di Lubang Buaya Jakarta pada tanggal 1 Oktober 1965.


Peristiwa 1 Oktober atau gerakan 1 Oktober dinihari oleh PKI dilancarkan dengan mengatasnamakan gerakan anti dewan jenderal. Mereka mengatakan bahwa gerakan 1 Oktober 1965 telah berhasil menghentikan Dewan Jenderal yang akan melakukan kudeta, dan menduduki RRI Jakarta menyiarkan keberhasilan tersebut.

Gerakan ini dapat diketahui kejanggalannya karena pada hari 1 oktober rumah beberapa Jenderal (7 Jenderal) dirusak, dan para Jenderal-jenderal tersebut menjadi korban penculikan. Satu diantara ketujuh Jenderal yang selamat dari penculikan dan pembunuhan saat penculikan adalah Jenderal Abdul Haris Nasution.

Para penculik dari oknum anggota Cakrabirawa, dan AD menculik 6 Jenderal lainnya yaitu Jenderal Ahmad Yani, Jenderal Suprapto, Jenderal DI Panjaitan, Jenderal Sutoyo Siswo Miharjo, Jenderal S. Parman, dan Jenderal MT Haryono. Kecuali itu, para penculik/teroris itu telah membunuh Ade Irma Suryani Nasution, dan menculik Letnan Piere Tendean yang menjadi ajudan Jenderal Abdul Haris Nasution.

Kejadian teror tersebut terjadi pada hari yang sama dan pada jam yang sama dimasing-masing rumah para Jenderal AD aktif tersebut. Para jenderal AD yang menjadi sasaran teror/penculikan itu adalah para Jenderal kesayangan Presiden RI Sukarno.

Sehingga disaat para teroris mengatakan mereka diutus Ir Sukarno untuk menjemput para jenderal dengan pakaian seadanya saja, para jenderal bersedia. Kepatuhan mereka akhirnya menjadikan mereka ditipu daya oleh Teroris/PKI dan mengantarkan mereka pada penyiksaan di Lubang Buaya Jakarta.

Para Teroris/PKI ini mengatasnamakan gerakan anti Dewan Jenderal yang pada intinya Dewan Jenderal sendiri tidak ada. Para Jenderal yang menjadi sasaran teror tersebut kemudian dipaksa untuk menandatangani surat yang menyatakan mereka anggota Dewan Jenderal. Namun tidak ada satupun Jenderal yang menandatanganinya hingga para Jenderal ini dibunuh dengan keji dan banyak bekas penganiayaan.

Itu adalah sekilas perjuangan di era 1965 M, dimana teroris/PKI mengakui telah menggagalkan dewan Jenderal dan menghapus kepangkatan Jenderal dengan pangkat tertinggi pada komando Letkol Untung. Letkol Untung adalah anggota Cakrabirawa (Pasukan Pengaman Presiden) yang berhaluan komunis.

Dengan adanya kekacauan di Jakarta tersebut maka timbul keresahan dimasyarakat, hingga akhirnya Jenderal Soeharto memberikan komando kepada Komandan RPKAD Letkol Sarwo Edi Wibowo untuk segera merebut kembali RRI dari penguasaan Letkol Untung/Teroris. Selain itu RPKAD juga mengadakan penyisiran-penyisiran hingga menemukan sumur tua yang sudah ditutup tanah, sebagai tempat para Jenderal ditanam/dibuang. Dalam Film G30/S/PKI bisa dilihat bagaimana kondisi korban Teroris/PKI pimpinan Letkol Untung dan Aidit.

Para Jenderal tersebut kemudian diangkat kembali dan dimakamkan/dikuburkan di Taman Makam Pahlawan pada tanggal 5 Oktober 1965 M. Semoga keluarga yang ditinggalkan mendapat kemulyaan didunia dan di akhirat.

Pada tanggal 2 Oktober 2009 M diperingati sebagai Hari Batik, dimana batik Indonesia diakui sebagai budaya dunia dari Indonesia.

Kenangan 1 Oktober sering diartikan sebagai peringatan 30 September 1965 M, hal tersebut jika dilihat dari tanggal kejadiannya adalah tidak tepat dan mengaburkan sejarah. Ada beberapa aliansi masyarakat yang juga menuntut untuk merubah penyebutan G/30/S/PKI dengan Gerakan 1 Oktober (Gestok), seperti presiden Sukarno sebutkan berulang-ulang. Dan hal itu adalah benar, sehingga perlu adanya peringatan dan perubahan penyebutan kedalam Gestok agar antara kejadian dan tulisan sejarah menjadi sama dan sejalan.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang mengingat sejarahnya, dan ternyata Indonesia tidak menjadi besar karena melupakan sejarah.

Sebagai bangsa maka Indonesia punya potensi untuk besar dan jaya dengan salah satunya mengingat kembali sejarah, bahwa peristiwa TERORIS oleh PKI itu terjadi pada 1 Oktober 1965 M yang kemudian diabadikan dengan nama HARI KESAKTIAN PANCASILA bukan gerakan 30 September 1965 M.

Korban dari Gerakan TERORISME GESTOK juga dari pihak diluar keluarga Jenderal-Jenderal yang sudah disebutkan di atas, seorang polisi Brigadir Polisi Karel Sasuit Tubun juga tewas. Selain itu di Yogyakarta, Kolonel Katamso, dan Letkol Sugiyono dibawa oleh beberapa anak buahnya sendiri yang menjadi anggota TERORIS GESTOK, dan membunuh keduanya di Batalyon TERORIS (baca di posting 1 Oktober di Yogyakarta 1965 M).

Kejadian lainnya dimasyarakat adalah rumah-rumah pimpinan dusun dari kelompok NU di tandai oleh pengikut2 PKI, hingga salah satu saksi sejarah ini menuturkan kepada saya bahwa setiap malam dirinya disuruh ayahandanya yang seorang kepala dusun (berafiliasi pada NU) untuk melihat rumahnya. Jika ada tanda X maka kepala dusun ini akan meninggalkan rumahnya, istrinya dan anak2nya. Saksi mata ini saat itu berusia 12 tahun, dia memiliki seorang kakak, dan 4 orang adek.

Sekarang rumah itu sudah direnovasi karena tidak layak untuk dihuni (bangunan tanpa semen) yang sebagian roboh karena Gempa Bumi 2006 di Bantul. Saksi mata yang tidak lain adalah Ibu Badinah, BA seorang guru SD Pleret, SD Kretek, SLTPN Pundong (Menang) meninggal bersama dengan Ibunya (Ibu Dukuh Ny Muhdini), dan adik ragilnya Ni Purwanti.

Semoga Arwah beliau2 diterima Allah swt, diberi surga Allah swt dan keluarga, sanak saudara yang masih hidup dihidupkan dalam kemulyaan di dunia hingga akhirat mereka. Tidak lupa Guru2 dan Orang tua mereka diberikan pahala oleh Allah swt atas jasa-jasa/amal ibadahnya semasa didunia.
(M. Hadi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MLS

MLS
multi level sedekah

Mengenal Tambang Lebih Dekat

SATU JARINGAN,MULTI BISNIS!

Entri Populer